13. husein ternyata..

59 10 1
                                    

"Mbak Yes, goleki koncomu sik ngguanteng kae lho! Sek mbien tau rene." heboh Yunek ketika Yesi baru kembali ke meja tamu. Gadis itu baru saja ke belakang membenarkan sanggulnya sebentar, karena rasanya seperti akan copot. (Mbak Yes, dicari temenmu yang ganteng itu lho, yang dulu pernah ke sini).

"Sopo kancaku sing ngganteng?"
(Siapa temenku yang ganteng?)

"Mendesss!"
(Jamet cewek).

Belum sempat Yunek menjawab, terdengar suara familiar yang sering Yesi dengar di sekolah.

Yesi langsung terkejut ketika menyadari siapa yang datang.

"Heh! Kok kamu sampe sini e?!"

Yesi terkejut saat Husein muncul dengan dandanan rapi ala kondangan.

Tadi Reno juga datang, tapi kan Reno masih saudara Januar. Kalau Husein? Kenapa dia datang kemari? Padahal rumah Husein kan jauh, di Deresan sana, alias 20 km dari sini.

"Mukamu beda banget e, Yes." kata Husein sambil tertawa terpingkal-pingkal.

"Iyo, koyo bencong." balas Yesi menghina dirinya duluan sebelum Husein menghinanya.
(Iya, kayak bencong)

Walaupun sering didandani menor begini, terutama saat pertunjukan tari, ia tetap kurang percaya diri. Apalagi ketika foundation-nya berubah abu-abu.

"Kok kamu sampe sini e, Hus???" tanya Yesi lagi.

"Lah, aku yo tamu undangan keles. Ndi souvenirku."

Cowok itu duduk di dekat Yesi. Dan tak lama Reno muncul dan terkejut juga dengan kedatangan Husein.

"Loh, ngopo koe neng kene?" bingung Reno.
(Loh, ngapain kamu di sini?)

"Mang ra oleh?"
(Emang gak boleh?)

Yesi semakin bingung karena Reno ternyata juga tidak tahu alasan Husein datang ke sini.

Apa Husein sebenarnya saudara jauh Pakde Suryo? Atau Bude Sari?

Tapi kalau Bude Sari sepertinya tidak mungkin. Kalau memang saudara, harusnya Reno tahu.

Yesi masih penasaran dan bertanya-tanya. Sementara Reno masih menginterogasi Husein karena tidak mau mengaku.

"Sein.."

Liana tiba-tiba muncul. Tangannya memegang ponsel dan layarnya menyala, menampilkan obrolan WhatsApp. Yesi menangkap sekilas, obrolan di ponsel Liana menampilkan kontak bernama 'Syg❤️' tapi yang menjadi perhatian Yesi adalah foto profilnya yang terasa sangat familiar.

"Bentar ya gaes." kata Husein tiba-tiba.

Dengan mengejutkan, cowok bermata elang itu beranjak begitu dipanggil Liana. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam acara.

Yesi hanya melongo menyaksikan kejadian barusan.

Ini bukan seperti yang Yesi pikirkan kan?

*****

Tamu undangan semakin banyak berdatangan. Acara semakin meriah dengan adanya organ tunggal lengkap dengan penyanyi campursari.

Pager ayu seperti Yesi curi-curi kesempatan untuk mengambil makan di stand jajanan yang tersedia, seperti bakso, siomay, tengkleng, dan buah-buahan.

Mata Yesi daritadi mencari-cari keberadaan Januar, tapi belum ketemu juga. Ia lantas kembali ke meja tamu untuk bergantian dengan pager ayu lainnya.

Husein tiba-tiba muncul lagi ke meja tamu tempat Yesi bertugas sambil cengengas-cengenges. Ia menempati kursi kosong dengan masih dalam posisi memegang mangkuk baksonya.

"Heh, sejak kapan e dirimu kenal Liana?" Yesi langsung menginterogasi.

"Hehe."

"Haha hehe."

"Pas kamu sama Liana ke rumah Janu itu lho."

Yesi ingat. Waktu ke Deresan itu ia bertemu Husein di depan kos-kosan milik Bude Sari. Dan di situ ada Liana. Tapi waktu itu Liana dan Husein...

"Kan kamu masuk ke dalem rumah lagi to. Nah, di luar aku ngobrol sama Liana. Eh, lama-lama malah aku minta nomer. Yaudah deh, WhatsApp-an."

"Terus???"

"Jadi. Hehe."

JogjalovartaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora