25. januar balik ke rumah

60 12 5
                                    

"Sepi tenan yo ra eneng Janu." celetuk Yesi sambil menatap ke arah keramaian lomba makan kerupuk.
(Sepi bener gak ada Janu)

Lomba 17-an dilaksanakan di lapangan voli RT yang terletak di sisi paling timur pemukiman warga.

Yunek yang mendengar ucapan Yesi barusan mengerutkan dahi, "Sepi??? Rame koyo ngene kok sepi."
(Rame kayak gini kok sepi)

"Hatiku yang sepi~"

Yunek tergelak, "Walah-walah. Lha, jare dirimu ki ndue pacar, Mbak? Kok iseh galauni Mas Janu ki piye e?"
(Walah-walah. Katanya udah punya cowok? Tapi kok masih galauin Mas Janu?)

"Oiyo ding, hehe."
(Oiya, hehe)

Yesi lupa. Dia kan kemarin bohong kalau punya pacar. Dengan tujuan agar mengurangi ceng-cengan anak karang taruna. Sebenarnya tidak masalah diceng-cengi dengan Januar, ia malah senang. Hanya saja, Yesi tidak enak pada Januar karena cowok itu sudah punya pacar.

Ah, Januar lagi. Januar lagi.

Move on, Yes.. move on..

"Pacarmu Mas Nakula po, Mbak?" tebak Yunek.

"He? Uduk yo."
(He? Bukan ya)

"Tak kiro Mas Nakula e. Ha jare wingi dekne arep pdkt ro koe ki, Mbak."
(Kirain Mas Nakula. Soalnya kemarin dia bilang mau pdkt sama kamu, Mbak)

"Udu Nakula." tepis Yesi. "Koe ra kenal pokoke."
(Bulan Nakula, kamu gak kenal orangnya)

"Padahal Mas Nakula ki cocok ro koe lho, Mbak." kata Yunek. "Wes ganteng, otote gede, sugih. Yo walopun wonge rodo aneh, tapi dekne nek wes sayang, sayang tenanan lho, Mbak. Opo wae dilakokke lho nggo cewek e. Cewek e pengen opo wae ditukokke. Penak to? Dijamin sejahtera nek ro Mas Nakula."
(Padahal Mas Nakula tuh cocok sama kamu loh, Mba. Udah ganteng, ototnya gede, tajir. Ya walaupun orangnya rada freak, tapi dia kalo sayang, sayang beneran loh, Mba. Apa aja dilakuin buat cewenya. Cewenya mau apa aja dibeliin. Enak kan? Dijamin sejahtera kalo sama Mas Nakula)

Yesi tertawa mendengar penuturan Yunek barusan, yang lebih terdengar seperti sales.

"Nek Janu pie? Cocok ra ro aku?" tanya Yesi minta pendapat.
(Kalo Janu gimana? Cocok ga sama aku?)

"Cocok, tapi kan dirimu mung bertepuk sebelah tangan to nek ro Mas Janu? Mending ro Mas Nakula lah."
(Cocok, tapi kan kamu cuma bertepuk sebelah tangan kalo ama Mas Janu? Mending sama Mas Nakula lah)

Jleb.

"Yo rasah jujur-jujur banget ngono lho!"
(Ya gausa jujur-jujur banget gitu kali!)

"Lhayo tenan to?"
(Lah kan bener?)

"Yo iyo, ning ojo diperjelas juga kalik."
(Ya iya, tapi jangan diperjelas)

"Hehe. Peace."

Mereka berdua kembali sibuk menyiapkan kerupuk yang akan dilombakan di sesi selanjutnya. Suasana semakin ramai saja karena warga lain mulai berdatangan.

"Eh, Mbak. Kae kok koyo mobile Pakde Suryo yo?" Yunek menepuk punggung tangan Yesi, sedangkan tangan lainnya menunjuk ke jalan pemukiman, "Eh, hooh kae ono Mas Janu lho!"
(Eh, Mba. Itu kok kayak mobilnya Pakde Suryo ya? Eh, iya tuh ada Mas Janu!)

"Yowes rasah heboh." ujar Yesi datar, meski hatinya antusias.
(Yaudah ga usah heboh)

*****

Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit, Januar sudah bisa pulang meski harus rawat jalan. Cowok itu dibawa ke Kaliurang agar ibunya lebih mudah untuk mengurus.

Begitu tahu jika Januar sudah dibawa pulang, tentunya tetangga yang belum sempat menengok akhirnya menengok sambil membawa makanan. Selain makanan, mereka juga memberikan Januar amplop berisi uang.

Yesi ikut menengok lagi bersama anggota karang taruna. Gara-gara dipaksa. Sebenarnya dia sedikit malu kalau menengok lagi.

"Ayo to, Yes!"

"Aku wes niliki yo, ro sedulure Janu."
(Aku udah nengokin ya, sama sodaranya Janu)

"Kan karo cah karang taruna urung. Ayo to."
(Kan sama anak karang taruna belom. Ayolah)

Sampai di tempat Januar, gadis itu lebih banyak jaim dan duduk di pinggiran, sehingga membuat teman-teman yang lain heran dan malah menggodanya.

"Yesi ki ngopo e kok meneng wae, gek lungguhe malah mojok-mojok. Mbok kene lho sek cerak." celetuk salah satu anggota karang taruna.
(Yesi tu kenapa sih kok diem aja, mana duduknya malah mojok-mojok. Sini lho yang deket)

Yesi kan biasanya heboh dan menimbrung secara aktif jika berada di tengah perkumpulan. Makanya ketika tiba-tiba tidak seperti biasanya, yang lain merasa aneh.

"Yesi ki malu-malu og." kata Mas Winan.

"Padahal wingi opo-opo Janu, opo-opo Janu." celetuk anggota lain yang membuat Yesi terkejut.
(Padahal kemaren apa-apa Janu, apa-apa Janu)

Kok?

"Meneng wae lho aku padahal, kok yo iseh keno. Ckck." keluh Yesi, membuat yang lain tertawa.
(Diem aja loh aku, kok ya masih kena. Ckck)

"Rene, Yes. Kok le adoh-adoh ki lho." kata Bude Sari sambil telapak tangannya menepuk permukaan tikar di sebelahnya.
(Sini, Yes. Kok jauh-jauh sih)

"Hehe, teng mriki mawon, Bude."
(Hehe, di sini aja, Bude)

Setelah mengobrol ngalor ngidul, mereka pun berpamitan. Sehingga, rumah jadi sepi lagi.

"Wes diombe mau obate?" tanya ibunya.
(Udah diminum obatnya?)

"Uwes."
(Udah)

"Yowes aku tak balik rono yo."
(Yaudah mama balik ke sana ya)

Bude Sari pergi kembali ke rumah utama sedangkan Januar masuk ke dalam kamarnya.

Ia melepas kabel charger dari ponsel dan rebahan sambil scroll Instagram. Jari tangannya aktif menggulir dari bawah ke atas, namun bola matanya menatap kosong dan pikirannya melayang entah ke mana.

Tiap ada tamu yang menengok, baik tetangga maupun temannya sekolah, Januar kembali normal seperti biasa. Namun ketika mereka semua pamit pulang dan suasana menjadi sepi, Januar jadi lebih banyak melamun.

JogjalovartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang