11. fans janu anak kecil

59 11 1
                                    

Selesai dengan urusan bakwan, mereka kemudian pergi ke depan kecuali Januar dan Yesi. Januar membereskan barang-barang, sedangkan Yesi ikut membantunya.

Yesi tertawa kecil melihat Januar mencuci baskom, "Januar lucu~" gumamnya.

Apapun yang Januar lakukan, bagi Yesi menggemaskan.

"Jan, aku boleh foto kamu gak? Kamu lucu~"

"Gak."

Yesi cemberut.

"Jan, boleh minta nomormu?" Yesi masih saja usaha.

Januar selesai mencuci baskom dan mengelap tangannya dengan serbet. Cowok kebulean itu tiba-tiba mengulungkan ponselnya ke Yesi. Dan gadis itu otomatis menatapnya bingung.

"Tulis nomermu." kata Januar datar.

"Nomer?"

NOMER?!!

Apa ini pertanda kalo Januar mau membuka hatinya? Yesi sudah berpikir macam-macam.

"I--iya, Jan."

Yesi langsung mengetikkan nomornya di ponsel Januar. Tak lupa ia diam-diam mengklik Call agar dia juga bisa tahu nomor Januar. Namun, ternyata tidak tersambung-sambung. Dia coba membuka aplikasi WA, namun di-password.

Cara ngecek sek nganggo *123# kae pie yo, batin Yesi.

"Gak ada pulsanya itu." Januar langsung merebut ponselnya dari tangan Yesi sebelum gadis itu mencoba *123#.

Yesi kecewa.

"Nanti chat aku ya, Jan? Hehe."

"Nanti tak isi pulsa buat ganti Strawberry Frappe kemarin."

Yesi terkejut. Kok Januar tau?!

"M--maksudnya, Jan?"

"Gak usah beli-beliin aku minuman lagi."

*****

Yesi kembali ke ruang tamu. Di situ hanya ada Pakde Suryo dan Winan.

"Mak Lampir kemana?" tanya Yesi berbisik ke Winan.

"Hah?"

"Liana."

"Ke mobil. Ngambek. Cie goleki." goda Winan.

Bude Sari kemudian menemui Pakde Suryo di teras rumah. Mereka basa-basi tentang cuaca, anak masing-masing, dan kegiatan masing-masing untuk mengusir rasa canggung.

Yesi tahu, selama 17 tahun ia lahir dan tinggal di Kaliurang, Pakde Suryo kalau canggung pasti semakin banyak omong. Seperti sekarang ini.

Yesi bosan dan pergi ke halaman depan melihat-lihat tanaman sawi dan selada yang ditata di sisi pagar. Tampak segar dan siap panen.

Tiba-tiba muncul seseorang mengendarai motor GL Pro yang wajahnya tidak asing. Dia memakai kaos oblong dan celana pendek diatas dengkul. Di depan cowok itu ada anak perempuan kecil mungil berkuncir dua yang wajahnya sangat mirip dengan Husein.

"Loh Yesi?" Husein menghentikan motornya tepat di depannya. "Ngapain kamu disini?"

"Ini, nganter tetanggaku ngapel. Kamu darimana e?"

"Biasa, ngajak muter-muter adekku. Tadi nangis gara-gara es krimnya tak makan."

"Wo dasar, kakakmu nakal ya Jam?" kata Yesi sambil menoel-noel pipi adek Husein itu. "Bentukanmu kok lucu e Sen, bawa motor gede tapi bawa adek kecilmu di depan."

"Iya, kayak di Tiktok itu kan, yang MAIN BAWA ADEK CEEK.." seru Husein. "Eh btw, yang ngapel sebenernya kamu apa tetanggamu e?"

"Tetanggaku."

"Kok ada Janu?"

Yesi menoleh ke belakang, Januar sudah muncul di depan pintu.

"Hehe, sekalian aku." lirih Yesi.

"Halo, Jan!" sapa Husein ke Januar yang dibalas dengan senyuman.

"Seko ngendi?"

"Biasa muterke bocah."

Jamjam mengangkat kedua tangannya ke arah Januar seperti minta gendong.

"Apa Dek? Itu namanya Mas Janu."

Jamjam kemudian mengoceh sesuatu.

"Husein!" teriak Yesi. "Adek kamu genit ke Januaaar..!"

JogjalovartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang