29. ternyata kamu?

96 19 4
                                    

Kunciran kuda di kepala seorang gadis mengayun ke kanan dan ke kiri ketika ia berjalan menyusuri gang kecil.

Langkahnya kemudian berhenti di depan sebuah rumah yang di halamannya banyak tanaman hias.

"Pakde! Bude Sari enten?"
(Pakde! Bude Sari ada?)

"Kae, neng njero." kata lelaki paruh baya yang sedang mencuci mobilnya. "Buk e...! Goleki anak wedok ki lho...!"
(Itu di dalem)
(Bu! Dicari anak ceweknya ni lho!)

"Weh.. weh.. weh.. kok anak wedok." kekeh Yesi.
(Weh.. weh.. weh.. kok anak ceweknya)

Yang dipanggil pun keluar, "Berapa, Yes, total e?"

"45, Bude."

Wanita itu lantas meratakan helaian uang dari dalam dompetnya, lalu mengulungkan ke Yesi.

"Lha Liana teng pundi e, Bude?" tanya Yesi basa-basi begitu menerima uang, menanyakan gadis yang seperti Tom & Jerry dengannya itu.
(Liana kemana, Bude?)

"Kae, neng njero. Arep dolan po? Kene mlebu." ajak Bude Sari.
(Itu, di dalem. Mau main? Sini masuk)

"Mboten, hehe."
(Enggak, hehe)

"Lha anakku sing siji ra mbok takokke, Yes?" goda Pakde Suryo.
(Anakku yang satu lagi gak kamu tanyain, Yes?)

"Pakdeeee.."

"Janu neng Parangtritis, dijak ponakane Pakde Suryo sing seko Boyolali." kata Bude Sari tanpa ditanya.
(Janu ke Parangtritis, diajak keponakannya Pakde Suryo yang dari Boyolali)

"Woalah, hehe."

"Ben wae, timbang neng omah mung ngalamun. Nek dewean lak mung bengong wae cah kae. Koyo iseh ketok-ketoken kancane. Gek kae we turu jaluk dikancani. Ning nek saiki wis wani meneh. Kelangan kae ki. Wong nek nongkrong-nongkrong kerepe yo karo cah kui. Nganti bengi ngono. Kadang nganti tak seneni Janu ne."
(Biarin aja, daripada di rumah cuma bengong mulu. Kayak masih kebayang-bayang temennya. Waktu itu aja tidur minta temenin. Tapi kalo sekarang udah berani. Kehilangan dia tuh. Orang kalo nongkrong-nongkrong seringnya ya sama anak itu. Nyampe malem gitu. Kadang nyampe Bude marahin si Janunya)

"Weh, enggih to, Bude?"
(Weh, iya, Bude?)

"Heem, Yes." Bude Sari kemudian menengok isi keresek di tangannya. "Eh, lha iki tahune gawe dewe opo reseller e?"
(Eh, ini tahunya bikin sendiri apa reseller sih?)

"Ndamel piyambak, Bude."
(Bikin sendiri, Bude)

"Kok le kreatif to."

"Nggih namung iseng-iseng kok, Bude. Ngge nambahi sanggu sitik-sitik."
(Ya cuma iseng-iseng doang, Bude. Buat nambahin uang saku dikit-dikit)

"Wingi ki Janu sek pengen. Aku malah rangerti nek dirimu gawe status nawakke tahu walik."
(Kemaren tuh Janu yang pengen. Bude malah gak tau kalo kamu bikin status nawarin tahu walik)

"O, enggih to, hehe."
(O, iya toh, hehe)

"Iyo, Yes."

Setelah dirasa tidak ada bahan pembicaraan, Yesi lalu pamit, "Nggih pun, Bude. Pamit riyin. Matur nuwun nggih."
(Yaudah, Bude. Pamit dulu. Makasih ya)

*****

Beberapa minggu kemudian, rumah Yesi riweuh karena mau ada arisan. Ia pun bantu-bantu menggelar karpet dan sebagainya.

Begitu jam menunjukkan pukul 13.00, ibu-ibu PKK mulai berdatangan. Mereka pun dipersilakan masuk.

Yesi stand by di dapur untuk jaga-jaga kalau ada yang butuh sesuatu, tentunya sambil bermain hape dan sesekali mengobrol dengan tetangga yang malah ikut nongkrong di dapur Yesi.

Tiba-tiba muncul notifikasi WhatsApp, membuat dahi Yesi berkerut.

Gadis itu lantas melirik ke wanita di depannya dan ke layar ponselnya secara bergantian beberapa kali. Yesi juga memperhatikan tangan wanita di depannya itu. Kosong.

"Bude Sari!" panggil Yesi.

Wanita yang sedang mengobrol tadi menoleh, "Pie, Yes?"

"Hehe, mboten nopo-nopo."
(Hehe, gak papa)

Aneh.

Bude Sari sedang duduk tepat di hadapannya. Pergerakannya juga tampak jelas di penglihatan Yesi. Namun di saat yang bersamaan..

Bude Sari:
(Reply status)
Yes, bude pesen 2 ya

Yesi:
Ya bude

Bude Sari:
👍

Yesi kembali mengetik balasan. Apa ini seperti dugaannya?

Yesi:
Kalo pesen pake wa mu sendiri kenapa sih jan
Ga perlu pake wa ibukmu🤣

Bude Sari:
Ini bude sari nduk

Yesi:
Wkwkwkwkwkwkwk
Bude sari aja arisan di rumahku
Ga pegang hp

Bude Sari:
Hehe
Ini liana

Yesi:
Malah soyo ra mungkin
🤣🤣🤣
(Malah makin gak mungkin)

Januar sedang mengelap kaca karena katanya mau ada tamu menginap. Ini malam minggu dan tentu okupansi penginapan akan lebih penuh dari hari biasa.

Kadang ada pasangan muda mudi yang datang, tapi bapaknya tidak mau menerima yang seperti itu.

Januar menyemprot cairan pembersih dan membuat permukaan kaca menjadi blur. Begitu ia mengelapnya, sosok Yesi muncul dalam pantulan kaca.

Cowok itu lantas balik badan dan Yesi sudah berdiri sambil menenteng keresek putih di tangan.

"Berapa."

"30."

"Sek tak ambil uang."

Januar menaruh lap dan masuk ke dalam, lalu keluar lagi membawa tiga lembar uang sepuluh ribuan.

"Keluarganya mbak iparku mau nginep di sini to nanti." kata Yesi.

"Iya." balas Januar, kemudian mengulungkan uang dan diterima Yesi.

"Yaudah, Jan. Tengs ya."

Yesi memasukkan uang ke saku dan langsung pergi begitu saja. Sementara Januar masih memperhatikan kunciran rambut yang bergerak ke kanan dan ke kiri itu. Sebelum akhirnya lanjut mengelap kaca.

JogjalovartaWhere stories live. Discover now