17. yesi diceng-cengi warga

51 12 0
                                    

Langit tampak gelap berhiaskan bintang-bintang dan bulan purnama. Angin dingin lereng gunung menerpa kulit wajah Yesi yang makin lama semakin memucat.

Gadis itu duduk terdiam seraya menatap jalanan yang hari ini cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan.

Di Kaliurang, meskipun jaraknya sekitar 20 km dari kota, kalau malam minggu begini pasti ramai, karena banyak wisatawan yang menginap di villa dan hotel sekitar. Kaliurang kan memang tempat wisata.

Anak laki-laki yang duduk sejauh satu meter dari Yesi juga daritadi diam sambil matanya terpaku ke layar ponsel.

"Mas, nasgornya mau pedes gak?" Tukang nasi goreng bertanya pada Januar.

Januar menoleh ke tukang nasi goreng itu, lalu beralih ke Yesi, "Pedes ra?"
(Pedes gak?)

"Gak tau." jawab Yesi.

Cowok berahang maskulin itu berdecak, kemudian menelepon bapaknya.

"Halo... Pak, niki pedes sedoyo nopo pripun nggih sego gorenge... Ooo, nggih..." Lelaki yang hidungnya mulai memerah itu menutup teleponnya. "Yang pedes 2, yang sedeng 3, sisanya gak pedes, Mas."
(Halo.. Pak, ini pedes semua apa gimana ya nasgornya... Oh, ya...)

"Aku pedes, Jan. Berarti yang pedes 3."

"Yang pedes 3, Mas."

"Berarti pedes 3, sedeng 3, 9 gak pedes ya."

"Iya."

Ini bakal lama sekali karena wajannya hanya dua.

Januar lalu melanjutkan aktivitasnya berselancar di dunia maya. Sedangkan Yesi masih dalam posisi semula sambil sesekali meliriknya.

"Janu.." panggil Yesi. Gadis itu lantas berdehem, "Kamu.. pacaran sama Mbak Shara po?"

Mendengar itu, Januar menarik satu sudut bibir ke samping, dengan mata masih ke layar ponsel. Namun, ia sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan Yesi.

"Jan!" panggil Yesi lagi karena Januar tidak menggubrisnya.

"Lo ngomong sama gue?"

Yesi geleng-geleng kepala dengan ucapan Januar barusan. Bisa-bisanya dia menjawab dengan sok jaksel, tapi dengan aksen Jawa, alias gue-nya itu ghuwe.

"Gua gue, woo..!"

Setelah itu, mereka dilanda keheningan selama beberapa saat. Januar masih saja terpaku ke layar ponsel.

Dan akhirnya gadis yang memakai jaket bulang warna navy itu menarik napas panjang, "Mbak Shara bukane dah mau lulus yo?"

"Njuk ngopo nek meh lulus." respon Janu lima detik kemudian.
(Terus kenapa kalo udah mau lulus)

"Mosok pacare ijeh SMA. Ckck."
(Masa pacarnya masih SMA)

"Yo njuk ngopo."
(Ya terus kenapa)

Yesi memutuskan untuk diam.

*****

"Eh, ponakane Bude Dewik kae kok ra tau metu yo?"
(Eh, ponakannya Bude Dewik itu kok gak pernah keluar bersosialisasi ya?)

"Hooh, ratau gelem kumpulan."
(Iya, gak pernah mau kumpulan)

"Jane ki dekne gelem, Mas. Ning isin."
(Sebenernya dia tu mau, Mas. Tapi malu)

"Dijak wae, Yun. Jajal WA en kon rene."
(Diajak aja, Yun. Coba di WA suruh ke sini)

"Tak parani langsung neng omahe wae yo? Nek kon rene dewe mesti ra gelem."
(Aku samperin ke rumahnya aja ya? Kalo disuruh ke sini sendiri pasti gak mau)

"Yowis kono parani."
(Yaudah sana samperin)

Yunek pergi, sementara itu Januar dan Yesi kembali.

Yesi turun dari boncengan sambil menenteng keresek berisi nasi goreng yang tadi dibeli.

"Eh eh delok o ges, sumringah tenan rupane Yesi." celetuk warga.
(Eh eh liat guys, happy banget mukanya Yesi)

"Yo iyolah, bar boncengan ro Janu og ra sumringah. Yo ra, Yes?" timpal warga yang lain.
(Ya iyalah, habis boncengan sama Janu kok gak happy. Iya gak, Yes?)

"Karepmu, Mas." respon Yesi malas.
(Terserah kamu, Mas)

Pakde Suryo yang baru saja mengupas kulit kacang dan memasukkan bijinya ke dalam mulut lantas menyahut, "Lho lho lho.. dirimu ki yang-yangan ro anakku lanang po, Yes?"
(Lho lho lho.. kamu tu pacaran sama anak lakiku, Yes?)

"Mboteeen nggeeh.."
(Enggak ya..)

"Yo rapopo nek yang-yangan, malahane sing cedak, rasah adoh-adoh."
(Ya gakpapa kalo pacaran, malah yang deket, biar gak usah jauh-jauh)

"Hlooo, wes direstoni karo bapakne lho, Yes...!"
(Tuuuh, udah direstui sama bapaknya loh, Yes...!"

"Lulus SMA langsung dirabekke mawon Pakde." kata Winan.
(Lulus SMA langsung dinikahin aja Pakde)

"Gampang kuwi, suk langsung tak tembungke Pak Gatot (bapaknya Yesi)." balas Pakde Suryo.
(Gampang itu, besok langsung tak lamarin ke Pak Gatot)

"Lha wong Janu we pun enten gandengane og, Pakde." balas Yesi santai dengan tertawa kecil, meski batinnya teriris.
(Orang Janu aja udah punya gandengan kok, Pakde)

"Hooh po, Jan?"
(Emang iya, Jan?)

Januar senyum tipis dan mengambil jatah nasi gorengnya, kemudian duduk mojok ke sudut teras.

"Ckck, ya ampuuuun, sakne Yesi cah."
(Ya ampuun, kasian Yesi)

_____

A/N:
Semoga vibe kabupatennya kerasa🤣

JogjalovartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang