23. yesi cemas

89 13 7
                                    

Januar perlahan membuka mata dan segalanya tampak terang benderang. Ia berusaha menggerakan tubuh namun rasanya perih dan nyeri.

"Janu..." Suara tidak asing tiba-tiba terdengar di telinganya.

Itu dari arah kanan. Kedengarannya seperti merintih.

Januar berusaha menolehkan kepalanya namun terasa sakit. Sehingga, yang bisa ia lakukan hanyalah menggerakkan bola mata ke samping.

"Janu.." Suaranya rintihan itu terdengar lagi.

Di sisi kanan, tempat suara itu berasal, terbentang sebuah tirai hijau yang menutupi. Sehingga ia tidak bisa melihat sisi sebaliknya.

"Gong???" Ia langsung mengenali. "Koe udu???"
(Kamu bukan?)

"Awakku loro kabeh, Nu. Ssshhh.."
(Badanku sakit semua, Nu)

"Podo, Gong. Iki nengdi eh?"
(Sama, Gong. Ini dimana?)

"Rumah sakit."

Rumah sakit?

Benar juga. Ini seperti rumah sakit.

Ruangan terang benderang. Tempat tidur. Gorden yang terbentang mengelilinginya. Bau obat.

"Akdewe kenopo to, Gong? Kok neng kene?"
(Kita kenapa sih, Gong? Kok ada di sini?)

Bagong tadi terdengar kesakitan, apa dia juga sedang dalam posisi terbaring di ranjang sebelah seperti dirinya sekarang? Januar menerka-nerka.

"Digebuki uwong, Cok. Ra eling?"
(Digebukin orang, Co. Gak inget?)

"Sopo sing gebuki?"
(Sapa yang gebukin?)

"Embuh, rangerti."
(Gatau)

Januar berusaha mencerna ini semua. Jeda beberapa menit sampai kilasan kejadian tergambar dalam ingatan. Termasuk ingatan tentang dirinya yang harus segera pulang ke rumah, kalau tidak, pasti ibunya mengamuk.

"Iki jam piro, Gong???"
(Ini jam berapa, Gong???)

"Jam 3."

"Bengi?"
(Malem?)

"Sore."

"Sore???"

Fix. Ibunya pasti mengamuk dan mengomel tanpa henti.

"Nu.."

"Hm."

Bagong kembali melantunkan nyanyian galaunya pada mantan. Cah edan. Bisa-bisanya dalam situasi seperti ini masih saja begitu.

"Janu.."

"Pomeneh."
(Palagi)

"Nek lewat ring road aku ra bakal eling dekne meneh, Nu. Eling e digebuki bareng koe." kekehnya dari balik tirai.
(Kalo lewat ring road aku ga bakal inget doi lagi, Nu. Ingetnya digebukin bareng kamu)

"Yowes, mending eling digebuki ro aku timbang galau ra jelas. Gentho og manja."
(Yaudah, mendingan inget digebukin sama aku daripada galau gak jelas. Berandalan kok manja)

"Hooh yo, Nu."
(Iya, ya, Nu)

"Iyo lah."

Tidak lama kemudian, bersamaan dengan nyanyian galau Bagong yang berakhir, terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan.

Kemudian, muncul wanita paruh baya mengenakan kaos dilapisi jaket tipis.

"Jan.."

Ibunya.

Waduh, nesu ki mesti.
(Waduh, marah ni pasti)

Sebentar lagi ia pasti akan diomeli tanpa henti. Seperti dulu waktu pulang pagi tanpa pamit karena ketiduran di rumah teman.

JogjalovartaWhere stories live. Discover now