27. persamaan januar dengan terminal giwangan

78 14 2
                                    

Sore hari, Januar sedang duduk-duduk di teras homestay bersama Panjul-teman SMA-nya-sambil mengerjakan PR.

Anak itu ia suruh menginap. Orang tua Januar juga sudah mengijinkan.

Panjul memang punya citra lebih positif di mata ibunya, sehingga tidak masuk blacklist 'teman yang sebaiknya dihindari'. Jadi ibunya enteng saja memberi izin.

"Ya ampun, kok yo ra rampung-rampung to iki. Wes puyeng ndasku." gerutu cowok berkulit coklat dengan pipi chubby itu.
(Ya ampun, kok ya gak kelar-kelar sih ini. Dah pusing kepalaku)

"Ngelih ra to?" Januar merekatkan kedua tangan dan melakukan peregangan.
(Laper ga sih?)

"Hooh. Pengen bakmi jowo, Nu."

"Mengko neng warung ijo wae."
(Ntar ke warung ijo aja)

"Shiappp."

Temannya itu menutup laptop dan menaikkan kedua kaki ke kursi, kemudian membuka Tiktok seperti biasa.

Sementara, Januar mulai menggonjreng gitar di pangkuannya secara asal. Gitar yang entah milik siapa, katanya ditinggalkan oleh tamu yang pernah menginap di sini.

"Lha motormu ki sidane dadi kapan e, Nu?"
(Lha motormu tu jadinya kapan sih, Nu?)

"Embuh, kok sue banget yo. Ra digarap-garap po yo ro bengkel e?"
(Tauk, kok lama banget ya. Gak dikerjain-kerjain apa ya sama bengkelnya?)

"Ha njuk koe nek yang-yangan piye? Moso diterke bapakmu?"
(Terus kamu kalo pacaran gimana? Masa dianterin bapakmu?)

"Alah, yang-yangan opo."
(Halah, pacaran apaan)

"Lha karo Mbak Shy-Shy-Shy?" Panjul menempelkan kedua punggung tangan ke pipi dan mempraktikkan aegyo-nya. "Jare balikan?"
(Lah sama Mba Shy-Shy-Shy?)
(Katanya balikan?)

"Mbuh, Pan."
(Ga tau, Pan)

Suasana berubah jadi sesi curhat. Januar mengeluarkan semua keluh kesahnya.

"Ckck, nek wong ayu ki kadang ngono yo, Nu. Sok sak penake."
(Ckck, cewek cantik emang gitu ya, Nu. Suka seenaknya)

Tin!

Tiba-tiba, ada orang berjaket ojol berhenti di halaman depan dan turun dari motornya. Ia menenteng keresek hitam yang bagian atasnya ditutup rapi menggunakan plester merah.

Januar secara reflek beranjak dari kursi dan sedikit mendekat.

Ojol tadi melempar senyum dan menyerahkan keresek yang ia tenteng ke Januar. Januar pun menerimanya dengan bingung.

Dia kan tidak pesan.

"Atas nama siapa?"

Ojol itu lalu mengecek ponselnya, "Yesi."

"Yesi ki bukane cewek sing ngoyak-oyak koe kae yo?" goda Panjul.
(Yesi tuh bukannya cewek yang ngejar-ngejar kamu itu ya?)

"Kalo Yesi bukan di sini, Mas. Tapi yang deket jalan masuk, rumah warna biru." terang Januar.

"Emang di sini kok, Mas. Yesi itu pengirimnya. Ini lho ada catetannya juga, nanti yang nerima mas yang putih ganteng."

"Eciyeee~" sorak Panjul. "Mas yang putih ganteeeng~"

Januar mengernyit bingung, berbanding terbalik dengan Panjul yang tersenyum senang.

Ojol itupun pergi dan meninggalkan orderannya di tangan Januar.

"Opoki, wuah mie ayam to. Cocok kih anget-anget!" seru Panjul riang setelah mengintip isinya. "Eh eh eh ono notes e juga, Nu. Cepet sembuh ya.. Uhuy~"
(Paan nih, wuah mie ayam. Cocok nih anget-anget! Eh eh eh ada notes nya juga, Nu. Cepet sembuh ya.. Uhuy~)

JogjalovartaWhere stories live. Discover now