33. adeknya mbak shara

97 17 4
                                    

Sandal jepit hitam bersama dengan Crocs KW warna pink kalem turun dari motor dan melangkah ke salah satu cafe dengan view sawah di Jl. Sidomukti.

Di Jogja kalau ada sawah 'nganggur', memang sering dibuat cafe di pinggirnya. Entah itu cafe modern atau bernuansa Jawa. Salah satunya di sepanjang jalan alternatif yang tembus ke Terminal Condong Catur satu ini.

Januar dan Liana memesan menu dan memilih tempat duduk yang menghadap ke barat agar bisa melihat pemandangan hijau dan langit senja. Tidak lama, pesanan mereka pun datang.

Liana membuka kamera, kemudian memotret dirinya dan Januar, meski kakak barunya itu sedang melihat ke arah lain, alias tidak sadar kalau sedang difoto. Setelah itu, ia mempostingnya di stori.

Liana menaruh ponselnya dan menempelkan bibir ke sedotan, lime mojito dalam gelasnya menyusut perlahan. Setelah itu, ia beralih ke Januar, "Jan, mbok kamu tu cerita to!"

"Cerita apa to." jawab Januar datar sambil mencimit kentang gorengnya.

"Tentang cewekmu!"

"Gak punya og."

"Halah. Lha yang kamu apelin pas malem minggu itu!?"

"Emang cewekku?"

"Lha emang bukan?"

Januar menarik napas dalam dan memandang ke langit biru dengan gradasi oranye di atas sana. Ada sekawanan burung yang terbang entah ke mana tujuannya.

"Eh, Li. Tak bilangin." kata Januar berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Apa?"

"Kata bapak, kamu suruh pacarannya dikurangin."

"Ck."

"Kok ck?"

"Bapak tu nyebelin e, Jan."

Liana memutar garpu di atas piring, membuat spaghettinya melilit sempurna.

"Padahal dulu aja bapak kalo pacaran, aku gak ngelarang. Masa giliran aku yang punya pacar, bapak ngerecokin? Tiap ada cowok yang dateng ke rumah, sama bapak dipelototin, diinterogasi, terus akhirnya mereka pada takut dan kapok pacaran sama aku!"

"Pfffft, iya po?"

"HOOH! Nyebelin e. Apalagi nek aku pulang malem. Langsung dibahas terus sampe sebulan penuh. Padahal ni ya, temen-temenku aja orang tuanya pada cuek lho anaknya keluar malem? Cuma bapak doang yang lebay ngelarang-larang."

"Bapak tu sebenernya sayang, Li. Ya emang kadang cara nunjukkinnya nyebelin." kata Januar. "Aku tu sebenernya sama lho, Li. Nek malem belom pulang pasti dicari-cariin, terus dimarahin. Temenku yang Panjul-Panjul itu juga, masih dicari-cariin."

"Iya po? Pffft."

"Iya, tanya o."

"Kirain kamu dibolehin bergaul bebas di luaran sana."

"Enggak lah."

Januar lanjut makan kentang gorengnya, sementara Liana lanjut makan spaghettinya. Lagu yang sedang trending di Spotify sayup-sayup terdengar dari cafe sebelah. Sementara di cafe lainnya, terdengar aktivitas live music dari band lokal.

"Cewekmu kayak apa sih, Jan?" tanya Liana setelah menyelesaikan makannya.

"Kok ngomongin itu lagi to."

"Biarin. Mbok cerita to, Jaaan!"

"Gak ada cerita yo."

"Halah."

"Beneran og."

"Januuu! Kita kan sekarang sodara. Besok kalo kita udah berumah tangga, anakmu manggil aku Tante, terus anakku manggil kamu Pakde, lho! Kita harus lebih terbuka!"

"Bahasamu i lho."

"Januuuuuuuuu, cepet ceritaaaaaa."

*****

Di dalam gelas tinggal es batu saja dan Januar beniat ke toilet. Untuk ke toilet, ia harus melewati meja-meja yang sudah penuh terisi oleh pengunjung lain.

Langkah kaki Januar melambat ketika tiba-tiba mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

"Tenanee???"

"Yo tenan. Ha nek kamu sendiri, Shar? Pilih yang mana?"

Benar seperti dugaan Janu. Di situ ada Shara. Bersama gerombolan mbak-mbak cantik berpakaian modis lainnya.

"Nek Shara yo mesti milih sing ngganteng. Ketebak. Delok wae mas e. Blasteran je."

Januar kemudian pura-pura duduk di salah satu kursi yang aman sambil menguping.

"Blasteran??? Bukan e jowo tulen?"

"Blasteran yoo.. hidungnya aja beda ama kita."

"Sek.. sek.. ini maksudnya mas caleg yang dulu jemput Shara di kopi prambanan itu to? Emang dia blasteran?"

"Bukan yang itu, ada lagi."

"Weh, masmu ada berapa e, Shar? Akeh tenan."

"Yang kayak blasteran bukan masku. Adekku lebih tepatnya." kata Shara.

"Adekmu?"

"Kan tuaan aku."

"Woalaah, tuaan kamu to??? Semester berapa e?"

"SMA kelas 12."

"EH?!! MASIH SMA?!!"

"Huum."

"Buset, masih SMA to. Kayak apa e anaknya? Seblasteran itu?"

"Ni lho, IG nya."

"Mana mana.. Weh, bocah tenan rupane?"

"Yo gak bocah banget yo."

"Maksudnya nek dibandingin cowok seumuran kita. Tapi ganteng kok, Shar."

"Terus nanti yang kamu undang wisuda berarti siapa, Shar?"

"Hooh, Shar. Siapa yang nanti jadi pendamping wisudamu? Mas caleg apa adekmu?"

"Halah gak perlu pake pendamping-pendamping. Yang penting keluarga sama sahabat deket."

JogjalovartaWhere stories live. Discover now