Penjelasan

133 12 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡












Masih di hari minggu yang sama, saat maniknya menatap si tetangga kost san pergi dengan riang, tapi dia masih kusam.

Haechan tahu kalo Jeno mau ngapel, tapi yang bikin dia bimbang tuh bukan karena iri liat orang ngapel, cuma kayak ada satu hal yang terus ngeganggu pikirannya.

Sesekali Haechan menatap tas bekal yang sudah tiga hari menginap di kamar kost nya, dia bimbang tentang bagaimana cara mengembalikan benda itu.

Padahal mudah jika dia bisa titip langsung pada salah satu anggota keluarga si pengirim, nyatanya gak semudah itu. Haechan baru tahu kalo Sungchan sudah pindah kerja, dan atasannya yang ngasih bekal ini sudah tidak lagi terlihat oleh manik madunya Haechan.

Haechan sadar kok, dia mengerti alasan Mark menjauhinya. Dia juga tidak bisa untuk berbuat lebih, tapi satu hal yang terus membuat Haechan tak nyaman.

Harusnya Haechan senang saat melihat Mark menyerah dan berhenti mendekati nya, tapi hatinya malah berubah gelisah. Haechan berubah jadi gak suka pas dia tahu Mark berhenti, bahkan dia tidak mau atasannya itu menjauh.

Aneh, Haechan gak suka kayak gini. Perasaan dan pikirannya selalu tidak tenang, bahkan suara orangtuanya pun tidak bisa menghilangkan resah di relungnya.

"Anjinglah." Umpat Haechan keras, dia langsung ngambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.

Sebenarnya sudah dari semalam Haechan memikirkan hal ini, lagi pula Haechan masih ingat alamat rumah atasannya itu kok. Jadi, dia bisa pergi sendiri buat ngembaliin kotak bekal itu.

Setelah mandi kadal, Haechan langsung merias dirinya dengan tampilan rapih, bersih dan wangi.

Memakai tas kecilnya, satu tangan menjinjing sebuah paper bag yang berisi kotak bekal dan satu box brownies yang semalam dia beli bareng Jeno.

Iya, jadi pas Jeno bilang mau beli buah tangan buat ngapel, akhirnya Haechan minta ikut pas Jeno belanja dan berakhir dia beli dua kotak brownies.

Buk Buk

Haechan memukul kuat dadanya, bohong jika dia tidak merasa gugup, apalagi sekarang mobilnya sudah berhenti didepan pagar rumah besar itu.

"Permisi pak." Seru Haechan pada security penjaga rumah itu.

"Iya mas, ada yang bisa saya bantu?"

"Pak Taeyong nya ada?"

"Oh ada, mas nya sudah ada janji kah?" Haechan diem, emang dia harus buat janji dulu kah?

"Belum sih pak, saya cuma mau ngasih barang."

"Oh, kalo gitu boleh saya tahu nama mas nya siapa?" Haechan ngangguk.

"Nama saya Haechan pak." Terus Haechan liat security itu kayak ngebuka buku gede, gak tebel cuma lebar aja dan gak lama ditutup lagi.

"Oh mas Haechan, silahkan masuk mas !!"

"Eh? Udah boleh emangnya pak?"

RUMAHWhere stories live. Discover now