Momen

127 9 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡











YangYang masih asik menanyai soal pengisi buntalan perutnya, sedangkan Renjun sudah selesai lebih dulu. Barusan lelaki itu pamit keluar ruangan, soalnya ada yang telepon.

Jadi sekarang cuma YangYang, Kun dan si Dokter kandungan yang terlihat sudah bersahabat.

"Ini liat !! Ini tangannya." Si Dokter memperlihatkan gambar di layar monitor nya.

"Oh iya iya." Seru YangYang semangat. "Lagi ngapain sih dia? Masa ngupil?"

"Kayaknya sih." Jawab Dokter itu.

"Eh eh, mau apa?" Tanya Kun heran saat melihat tangan anaknya yang terangkat kearah wajahnya.

"Heeeeeee?"

"Ahahahahahahaha."

Kun masih shock pas ngeliat tangan kecil anaknya malah nonjok mukanya sendiri, tapi itu layar monitor nya keburu bergetar gegara YangYang udah ngakak.

"Kasihan, sampe geter gitu." Gumam si Dokter yang masih kedengeran sama Kun.

"Itu hahaha itu aduh." YangYang susah buat berhenti ngakak. "Itu, gak bakal bonyok kan?" Tanya dia pas udah bisa berhenti ketawa.

Dokter nya ngangguk. "Gakpapa kok, tapi kalo bisa ketawanya jangan kelamaan."

"Kenapa emangnya?"

"Kasihan, nanti si bayi berasa gempa terus."

Halah... Kun udah males, heran aja dia tuh, kok bisa tiap orang yang lagi deket sama suaminya malah jadi seserver gitu? Segala nyambung, bahkan Dokter kandungan inipun sama.

Tok Tok

Cklek

"Maaf Dok, tapi saya harus bicara sama YangYang." Seru Renjun yang baru masuk lagi, mukanya keliatan panik.

Kun sama YangYang jadi ikutan bingung, suasana juga seolah mendukung, padahal barusan mereka masih nagakak.

"Oh iya, silahkan !!" Ucap si Dokter mengizinkan.

Renjun jalan lebih mendekatkan ketempat YangYang diperiksa. "Yang."

"Kenapa lo?"

"Jaemin, Yang."

"HAH?"

---

"Belangkat sekolahnya gak sama ayah?"

"Hari ini sama mama dulu ya !!"

"Tapi kenapa gak sama ayah?"

"Ayahkan baru berangkat kerja lagi, nanti kalo ayah libur baru dianterin ya."

Akhirnya si anak TK itu masuk sekolah untuk pertama kalinya dengan raut muram, apalagi saat melihat teman-teman nya yang diantar ayah mereka atau bahkan ayah dan ibu mereka ikut mengantar.

RUMAHWhere stories live. Discover now