RUMAH

Berkumpul

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡

Kabar duka itu menyebar dengan cepat, sampai akhirnya berhasil membuat teman-teman Haechan yang lainnya datang.

YangYang lari sambil ngegeret suaminya, dia tadi nelepon Jaemin yang lebih dulu sampe.

"Yang, sebentar !!" Seru Kun.

"Pak, harus cepetan ini." Kun ngehela nafas, pasrah banget dia dipanggil pak kalo diluar rumah.

"Sayang."

"Ish, iya iya. Buru deh !! Mau apa sih?"

Kun senyum, dia ngelepas cengkraman tangan YangYang di pergelangan tangannya. Setelah lepas, Kun menempelkan kedua telapak tangan itu lalu saling mengisi sela-sela jari dan kemudian menguncinya.

"Yuk !!" Ajak Kun setelah membenarkan posisi pegangan tangan mereka.

"Cuma gini doang?"

"Biar nyaman."

"Elahhh, ini urusan nyawa orang malah benerin genggaman."

"Iya iya maaf, ayo !!"

YangYang ngalah, dari pada dia makin lama nyampenya kan? Yaudah, mending jadi suami yang nurut dulu aja.

"Dimana?"

"Lurus aja, mereka nunggu di deket bagian informasi kok."

"Oh, oke." Sekarang yang mimpin jalan malah Kun, mana mukanya semangat banget lagi, gak tahu deh gegara apa.

"Itutuh." YangYang nahan tangan suaminya, terus nunjuk kearah kerumunan.

"Yaudah, yuk !!"

"Lepas dulu ngapa? Gerah nih."

"Udah gini aja !! Nanti kamu ilang, lagi rame ini."

"Yang bener aja pak?"

"Iya bener."

"Heleh."

Mereka menghampiri dua orang, salah satunya menatap kehadiran mereka.

"Gimana Jaem?" Tanya YangYang.

Jaemin yang masih ngelus pundak Haechan cuma ngegeleng, temennya masih merem.

"Ini, pingsan atau gimana?" Tanya Kun.

"Ketiduran kayaknya pak, dari tadi nangis terus soalnya."

"Oh." Seru Kun.

"Yang, bisa gantiin dulu gak? Gue mau nelepon Jeno bentar."

Merasa dapat kesempatan kabur, YangYang langsung lepas tangan suaminya dan jalan cepet kearah Jaemin.