Bolos

116 12 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡














"Ahk... Shhhh sakit."

Mark langsung mendekat, dia mengambil gelas diatas nakas.

"Ini, coba minum dulu !!"

Haechan ngambil gelasnya, terus dia beberapa kali ngerjap sampe akhirnya sadar kalo itu bukan kamarnya.

"Loh, kok saya disini?" Si pemilik kamar natap Haechan.

"Kamu gak inget pas datang kesini sendiri?" Haechan diem, dia berusaha nginget semuanya sampai akhirnya tubuh ringkih itu bergetar.

"Kalo sudah ingat, bagus. Berarti saya tidak akan mendapatkan fitnah penculikan anak." Ujar Mark.

Haechan mendengus. "Bapak masih bisa dapat tuduhan fitnah pelecehan." Seketika tubuh Haechan beku pas ditatap tajam oleh Mark.

"Be-becanda pak hehe."

"Jangankan ngelecehin kamu, saya aja gak punya kesempatan buat tidur dikamar sendiri."

"Tidur?" Mark ngangguk.

"Semalam saya tidur dikamar tamu, kamu tenang saja !!"

"Semalam?" Mark ngehela nafas, Haechan terus-menerus mengulang satu kata dari ucapan nya.

"Kau ini...."

"Tunggu, sekarang jam berapa?" Tanya Haechan panik.

Seingat dia, pas nyamperin Mark belum makan siang deh dan masih dibawah jam dua belas siang.

"Sekarang, jam tujuh pagi."

"Tujuh pagi... APA?" Haechan melotot, Mark hampir lompat sakit kagetnya.

"Ada apa?"

"Jadi maksud bapak, saya nginep disini?" Mark ngangguk singkat.

"Karena trauma kamu ke ungkit, jadinya kamu pingsan dan lanjut tidur soalnya baru bangun sekarang."

Haechan nganga gak percaya, selama itu dia tidur? Wah.. wahh, Haechan gak tahu harus apa.

"Kamu sempat bangun, tapi cuma ngeracau gak jelas dan gak lama tidur lagi." Jelas Mark, lelaki itu masih anteng benerin kemejanya.

Haechan langsung turun dari ranjang, Mark menatap sosok itu dari cermin.

"Mau kemana?"

"Pulanglah, kan harus kerja." Mark ngegeleng.

"Tidak usah !! Kamu istirahat dulu buat hari ini."

"Lah, mana bisa gitu pak? Saya aja belum izin ke pak Dude."

"Sudah saya izinkan." Haechan melotot.

RUMAHWhere stories live. Discover now