5. Siapa Dia?

49.6K 1.9K 35
                                    


Hay, Under Cover up lagi nih. Tolong ramaikan, yak. Sekedar info lagi, lapak ini hanya akan up kalau malam. Terus, seminggu paling cuma bisa up 2 atau 3 kali saja.

Oke yuk kita lanjut baca. Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak, ya.

🔥🔥🔥

-

-

-

Sepanjang presentasi di hadapan pria itu, tatap kami sering bertemu. Gugup sedikit menyerangku ketika dia terus-terusan memandangiku yang sedang bercuap-cuap. Dan gara-gara itu kepalaku terus memikirkan hal-hal yang pernah kami lakukan beberapa bulan lalu. Aku memang gila. Di saat sedang serius begini, otakku malah memikirkan hal-hal mesum.

Sosok Ribel kali ini jauh berbeda dari saat aku pertama kali bertemu. Penampilannya hari ini sungguh mengagumkan. Mungkin aku berlebihan, tapi melihatnya dengan setelan jas abu seperti itu membuat ketampanannya bertambah sepuluh kali lipat.

Oke, aku mulai melantur. Hanya saja euforia lantaran bertemu lagi dengannya masih meletup-letup di dadaku.

"Ada pertanyaan, Pak Ribeldy?" tanya Siska setelah presentasiku berakhir.

Ribel tidak langsung menjawab, matanya masih menghujamku dengan tatapan yang sulit aku artikan.

"Pak Ribel? Ada yang ingin Anda tanyakan?" tanya Siska lagi. Namun, masih belum ada sahutan. Entah pria itu sibuk memikirkan apa. Yang jelas gara-gara sikapnya, aku jadi salah tingkah.

"Pak Ribel?" Kali ini, pria di samping Ribel ikut memanggil. Hingga akhirnya Ribel terkesiap dan menatap sekeliling.

"Oh, sori. Gimana?" tanya Ribel seolah sadar dari lamunannya.

Siska tersenyum, tampak sabar. "Ada yang ingin Anda tanyakan perihal presentasi tadi?" tanya Siska mengulang.

Mata legam Ribel mengerjap, dia lantas menggeleng. "Tidak ada, Bu Siska. Saya deal. Perusahaan kami akan bekerja sama dengan perusahaan Anda."

Mata bulat Siska kontan melebar. "Anda yakin, Pak? Apa benar-benar tidak ada yang ingin Anda tanyakan atau sesuatu yang belum Anda pahami?"

"Tidak perlu. Asisten saya akan mengurus semuanya termasuk kontrak kerjasama itu."

Wajah Siska makin berbinar. Dia pasti sangat senang karena berhasil menjaring klien impiannya.

Klien impian? Aku benar-benar tidak menyangka kalau Ribel, yang kukenal sebagai terapis pijat urut, ternyata seorang pimpinan perusahaan. Ini masih seperti mimpi. Akalku masih belum menerima, meskipun ada juga rasa lega bisa melihatnya kembali.

"Terima kasih, Pak Ribeldy. Baru kali ini saya bertemu dengan klien sisimpel Pak Ribeldy."

Siska tidak berlebihan. Biasanya kami akan mendapatkan berbagai macam pertanyaan dari calon klien. Tidak jarang mereka memberi pertanyaan yang menyulitkan kami. Namun, klien yang Siska anggap spesial itu begitu mudah memberi kata sepakat.

Kembali aku melihat senyum pria itu. "Tidak masalah, Bu Siska. Sebenarnya sudah lama saya ingin bekerja sama dengan perusahaan Anda."

"Really? Wah, aku merasa tersanjung. Sekelas Semesta Jaya Group mau bekerja sama dengan perusahaan kecil seperti perusahaan saya."

"Anda terlalu merendah. Perusahaan Anda hebat."

Pertemuan kami tidak lama karena asisten Ribel sudah mengingatkan untuk pergi lagi. Aku belum puas melihat wajah tampan itu. Meskipun tidak banyak yang aku ucapkan, tapi jujur aku masih ingin berlama-lama melihatnya.

Under Cover (THE END) Where stories live. Discover now