16. Penerbangan

34.3K 1.3K 53
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Si seksi dan si semok datang lagi ya. Biasanya aku tulis mereka tiap hari Selasa dan Jumat. Jadi, pastikan cerita ini ada di library biar dapat notif update-nya tiap hari itu.

Wokeh, kira-kira apa yang akan Ribel dan Dindin lakukan selanjutnya?

Yuk, baca ramai-ramai dan jangan lupa tinggalkan jejak.

Oh ya, yang belum follow authornya, buruan follow ya. Ada cerita-cerita menarik lainnya di profil.

Happy reading

🦀🦀🦀






Layar ponselku terus bergetar. Sebuah caller ID asing muncul di sana. Aku tidak langsung menjawab. Ingin tahu seberapa butuh pemilik caller id itu padaku. Bisa saja kan itu hanya orang iseng? Atau malah agen asuransi yang menawarkan produknya. Aku lagi males mendengar ocehan siapa pun.

"Kenapa nggak diangkat?"

Tahu-tahu Ribel sudah ada di dekatku.  Saat ini kami sedang berada di lounge eksklusif bandara, menunggu pesawat pribadi milik Ribel siap terbang.

"Nomor asing," sahutku singkat.

Namun netra Ribel malah menyipit. "Sini, coba aku lihat." Dan dengan seenaknya dia merebut ponsel itu dari tanganku.

"Nomornya nggak asing," ujarnya kemudian.

Aku kembali merebut ponsel itu. "Nggak usah sok tau."

"Aku takutnya dia si pelaku itu."

Sontak aku mendongak dengan wajah tegang. Perasaan waswas tiba-tiba merayap. Lalu ketika ponsel di tanganku kembali bergetar, jantungku seolah mau lepas. Aku terkesiap dan menatap horor layar di genggaman tangan.

"Nah, dia hubungi lagi. Sini, aku angkat."

Lagi-lagi Ribel mengambil paksa ponsel itu. Tapi kali ini aku membiarkan. Saat hendak mengangkat panggilan itu, getarnya mendadak mati. Kening Ribel tampak berkerut.

"Mati?" Dia berdecak. "Cemen banget ini penelepon. Aku yakin dia akan menghubungi kamu lagi. Kamu angkat saja nanti," katanya sembari menyerahkan ponsel itu padaku lagi.

Pria itu lantas beranjak berdiri menghampiri asisten pribadinya. Beberapa detik selanjutnya mereka tampak terlibat obrolan serius. Sementara aku masih waswas memandangi layar ponsel. Sempat kepikiran untuk mengunduh aplikasi get contact, tapi ....

Caller ID itu kembali melakukan panggilan. Spontan pandanganmu bergulir ke arah Ribel yang masih serius berbicara dengan asistennya.

Aku menarik napas panjang sebelum menggeser ikon hijau. Menuruti apa kata Ribel. Saat kudekatkan ponsel ke telinga. Sebuah suara menyapa di ujung sana.

Under Cover (THE END) Where stories live. Discover now