32. Pecah

20.4K 848 41
                                    

Mataku terbuka pelan ketika merasakan ruang kosong di sebelahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mataku terbuka pelan ketika merasakan ruang kosong di sebelahku. Tidak ada Ribel di sana, padahal aku sangat yakin kami tertidur sambil berpelukan selepas subuh tadi. Entah sudah pukul berapa sekarang, cahaya di luar tampak begitu terang sampai menembus tirai jendela kaca.

Aku beringsut sambil menarik selimut ke atas. Menutupi tubuhku yang tidak mengenakan apa-apa. Kakiku melangkah keluar dan langsung bisa menemukan Ribel tengah sibuk di dapur.

"Hai, kamu udah bangun?" sapanya sambil lalu, kelihatannya dia sangat fokus pada teflon di depannya. Pria itu bertelanjang dada, dan dengan percaya diri hanya mengenakan boxer. Astaga, kalau Nando dan istrinya lihat bagaimana?

"Oh iya, Nando dan Karina pergi sejak pagi. Mereka cuma meninggalkan pesan singkat di atas meja. Katanya mereka mau ke Maribaya dan menginap di sana," ujar Ribel saat aku menggeser langkah menuju dining room.

"Mereka membiarkan kita berdua di sini?" Aku masih ingat bagaimana Nando melarang kami tinggal dalam satu kamar, sekarang malah dia pergi bersenang-senang sendiri.

"Ya. Nggak masalah kan? Aku lebih senang dia nggak ada. Sedikit mengganggu."

Aku berdecak dan mengambil satu buah apel di keranjang buah. "Kamu ngapain sih? Kenapa repot-repot masak? Kita kan bisa telepon staf vila buat pesan makanan."

"Kelamaan, akunya udah keburu lapar. Lagian aku cuma bikin roti bakar isi telor. Kamu mau nggak?"

Tidak kupungkiri perutku juga melilit kelaparan. Jarum jam sudah menunjuk angka 11, pantas kalau cacing-cacing dalam perut meronta-ronta.

"Boleh deh."

Tidak lama sandwich bakar isi telur tersaji di depanku. Ribel juga menyodorkan segelas susu dingin.

"Kita hari ini nggak jalan-jalan?" tanyaku sambil terus menikmati sarapan semi makan siang ini.

"Memang kamu mau ke mana? Mending di sini rayain sembuhnya trauma kamu."

Hm, aku tau betul apa isi kepalanya. Nggak akan jauh-jauh dari selangkangan tentu saja. Padahal kami sudah bergulat nyaris tiga jam lamanya sebelum tepar karena kelelahan.

Setelah menghabiskan satu roti bakar dan segelas susu, Ribel beranjak menuju kolam renang. Suara riak air terdengar nggak lama kemudian. Sepertinya pria itu sudah bergumul mesra dengan air hangat yang ada di kolam itu. Sempat kulihat dia bolak-balik dari ujung ke ujung menggunakan gaya bebas.

Mendengar kecipak air membuatku tergelitik ingin menghampiri. Langkahku yang akan menuju kamar mandi berbelok, dan mendekati dinding kaca yang sekaligus menjadi sliding door. Kamar yang kutempati ini berada di lantai satu dengan pemandangan yang menghadap langsung view kolam renang. Cukup menggeser pintu aku bisa langsung nyebur.

"Sayang, mau renang bersama?" tanya Ribel ketika menyembul ke permukaan air. Tubuhnya penuh buliran air dan tampak lebih seksi. Aku sempat terkesima selama beberapa saat. Aneh, padahal pemandangan itu sudah sering aku lihat.

Under Cover (THE END) Where stories live. Discover now