9. Ikut Reuni

43.5K 1.7K 32
                                    

Andini-Ribel malam ini hadir lagi. Hehe lama ya. Seperti yang aku bilang, di sini bakal slow, seminggu cukup 2 atau 3 kali aja. Semoga nggak mager yaaa...

Jangan lupa vote dan komen ya. Bila perlu share cerita ini biar makin banyak yang baca. Hihi.

Happy reading, Gaes.

🔥🔥🔥

-

-

-

Malam ini, Nando beneran membawaku reuni bersama teman-temannya. Sebenarnya aku penasaran juga dengan Bagas yang sekarang punya status duda. Siapa tahu saja ketika ketemu nanti, kami bisa saling memahami dan cocok.

Aku meringis, menyadari pemikiranku yang terlalu berlebihan. Padahal, jujur, untuk sekarang aku tidak ingin memikirkan tentang komitmen, apalagi yang menjurus ke pernikahan.

Seperti kata Nando aku butuh refreshing diri sendiri. Butuh menikmati bebas, tanpa beban. Bahkan dia menyarankan untuk berlibur selama beberapa hari agar aku bisa tenang. Sungguh aku nggak butuh, satu-satunya yang bikin aku tenang adalah berpisah dari Baary.

Reuni itu berlokasi di sebuah bar and resto tempat biasa Nando dan teman-temannya berkumpul ketika mereka di Jakarta.

"Lo seneng-seneng aja dulu. Selain Bagas ada dua orang teman gue yang masih single. Lo bisa mempertimbangkan mereka juga," ujar Nando setelah memarkirkan mobilnya dengan apik padahal space parkir lumayan sempit.

"Gue boleh minum enggak?"

"Nggak lebih dari dua gelas."

"Nggak seru," gerutuku manyun seraya melepas sabuk pengaman.

"Demi keamanan lo."

"Kan ada lo!"

"Lo pasti bakal lebih asyik sama temen-temen gue dan lupain gue."

Asumsi yang tidak bisa aku bantah. Nando sangat tahu kalau aku selalu nggak tahan melihat pria tampan dan bening. Seperti pertama kali kenal Baary. Parasnya yang memesona sanggup membuatku mau diajak ke pertemuan selanjutnya dan selanjutnya, hingga aku terjebak dan jatuh terjerembab seperti ini. Namun, setelah semuanya aku nggak mungkin melakukan hal yang sama kan?

Napasku berembus kasar. Rasanya tidak. Aku masih sama. Kalau tidak, mana mungkin aku tidur dua kali dengan pria misterius seperti Ribel? Alasan apa kalau bukan karena aku mudah terpesona?

"Are you ready, girl?" Nando menyeringai lantas keluar dari mobil.

Kami langsung disambut meja bilyard ketika memasuki bar and resto di kawasan Jaksel ini. Live music terdengar keras dari dalam. Aku beberapa kali pernah berkunjung dan yang aku tahu setiap malam resto ini mengundang band-band dari luar negeri.

Masuk lebih dalam area, aku mendapati meja bar berbentuk segi enam yang sudah lumayan terisi oleh banyak pengunjung. Nggak heran karena ini malam Minggu.

Nando terus masuk ke resto bernuansa sendu ini. Lampu resto didesain nyaman untuk mata. Tidak terlalu silau juga tidak terlalu redup. Perpaduan romantis dan dinamis. Aku mengekor di belakang Nando sambil memperhatikan penyanyi berambut pirang di panggung.

Tidak lama Nando tampak melambai, tepatnya membalas lambaian seseorang di table belakang.

Ada sekitar empat laki-laki di sana, dua di antaranya membawa pasangan. Aku tentu langsung memindai incaranku, Bagas. Dan mataku langsung bisa menemukannya tengah bersandar pada sofa sembari memegang gelas koktail.

Under Cover (THE END) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ