48. Fitting 2

12.1K 620 39
                                    

Aku say thanks buat 30K vote. Thanks buat teman-teman yang nggak malu dan nggak pelit vote cerita ini.

Hehe, selamat datang buat yang baru gabung. Semoga kalian terhibur dan jangan lupa tinggalkan jejak.

Sebentar lagi UNDER COVER versi Wattpad bakal tamat. Untuk itu aku udah siapin cerita penggantinya. Prolog udah aku up ya, Gaes. Masih dengan genre Adult-Romance. Dan nggak diperuntukkan untuk under 18.

Ini dia cerita baruku. Jangan lupa berkunjung ya.  👇🏾

  👇🏾

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_

_

_

"Kamu cantik pakai gaun ini, Din," bisik Ribel yang saat ini tengah berdiri tepat di belakangku.

Kami tengah berdiri di depan standing mirror yang cukup tinggi dan lebar. Setelah beberapa saat lalu Baary meninggalkan kami menuju ruang Sandya.

Ah, dari situ aku tahu kalau ternyata mantan suamiku itu sedang dekat dengan pemilik butik ini. Dari gelagatnya, sepertinya Sandya yang lebih getol mendekatinya. Aku nggak peduli, semoga mereka bahagia.

"Harusnya ini dipakai lima tahun lalu. Tapi terlambat tidak buruk, daripada tidak sama sekali." Ribel terus memandangiku dari pantulan cermin.  Wajah tampannya memendar. Sesekali dia membenarkan veil yang menjuntai.

Sebenarnya aku masih belum percaya bisa melakukan hal ini lagi. Dalam hidup, sudah dua kali ini aku fitting gaun pengantin. Dan kuharap ini terakhir kalinya.

"Di bagian perut kayaknya terlalu sempit. Apa kamu nyaman?" tanya Ribel yang tatapnya jatuh ke bagian perut. Mataku otomatis mengikuti arah pandangnya.

"Enggak, bahan gaunnya cukup elastis."

Seakan tidak percaya Ribel menarik kain yang ada di bagian perutku. "Hm, kamu benar." Hanya saja tangannya yang jahil itu malah nyangkut di sana, lalu merambat ke atas dan berhenti tepat di bagian dada.

Aku memutar bola mata ketika dia menatapku sambil menyeringai. Seandainya kami tidak sedang berdua di ruangan ini, mungkin aku sudah menyentak tangannya yang tidak punya sopan itu.

"Rasanya nggak rela kalau ini dilihat para tamu nanti. Ini terlalu terbuka sepertinya."

"Gaun ini masih normal. Modelnya memang begini."

"Mungkin bagian ini bisa ditutup." Tangannya menarik veil yang menjuntai lantas menutup bagian dada atas.

"Akan kelihatan aneh jadinya. Udah deh, biar kayak gini aja." Aku menyingkirkan veil itu dan kembali memperhatikan gaun dari pantulan cermin. Ribel terlalu berlebihan. Tidak ada yang terbuka di sini. Bahkan bagian atas dada tertutup kain tipis dengan warna senada kulit.

"Apa ganti gaun lagi aja ya? Aku bisa minta sama Sandya agar membuat gaun yang lebih tertutup lagi."

"Kenapa nggak sekalian aku pakai karung aja?" Nyaris saja aku menggeram. Apa dia pikir membuat gaun pengantin itu semudah membalik telapak tangan. "Sebelum memutuskan memilih model ini, aku udah nunjukin gambarnya ke kamu dan kamu setuju."

Under Cover (THE END) Where stories live. Discover now