23. Pria Baik

23.4K 1.2K 79
                                    

Terima kasih buat antusias kalian kemarin. Aduh, waswas juga karena banyak yang bangsat-bangsatin Bagas, wkwk. Tapi emang pantes sih. Haha.

Karena ini Jumat Dindin aku up lagi, ya. Tolong vote dan ramaikan, yak.  Terus jangan lupa baca TWENTY YEARS biar di sana rame juga. Habis tegang di sini, main ke sana ngademin hati. Muehehe.

Aku menoleh ketika pintu terbuka

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Aku menoleh ketika pintu terbuka. Tidak lama Siska muncul dengan raut sedih lalu segera menghampiriku yang duduk setengah rebah di atas ranjang. Dia memeluk erat-erat saat aku hendak membuka mulut.

"I'm sorry to hear it. Are you okay, Baby?" katanya lalu melepas pelukan dan menatapku dengan wajah nelangsa.

Aku hanya mengangguk. Lalu dia memelukku sekali lagi. "Bagaimana bisa manusia-manusia seperti itu masih berkeliaran di bumi?" Suaranya serak. Ada isak kecil yang kudengar. Dia menangis. "Orang-orang seperti itu kebiri saja. Atau mati sekalian," lanjutnya sambil menyeka sudut matanya yang basah.

Meskipun beberapa bagian tubuhku dan luka-luka yang dihasilkan masih terasa sakit, aku tidak mau membuat bosku itu sedih.

"Aku nggak apa-apa, Mbak," ucapku pelan, nyaris tak terdengar karena suaraku seperti nyangkut di tenggorokan.

"Nggak mungkin nggak apa-apa." Siska meraba wajah lebamku.

Di sudut bibir, sudut mata, lebam kebiruannya masih sangat kentara. Bahkan area mataku sampai bengkak. "Dia berani merusak wajah cantik kamu. Rasanya terlalu baik membiarkan dia mati begitu saja. Sebelum mendapat siksa kubur, dia harus mendapat siksa di penjara juga." Ada bara yang menyala dari mata wanita cantik itu. "Kamu sudah melaporkan ini ke polisi, kan?"

Aku mengangguk. Nando dan Baary yang melakukannya atas izinku. Kasus seperti ini sensitif bagi sebagian perempuan. Banyak yang menganggap aib. Kadang malah perempuan yang justru disalahkan atas kasus pelecehan seksual dan sejenisnya. Benar-benar mengherankan. Perempuan yang harusnya diayomi malah jadi kena caci maki.

"Nggak, kasus lo bukan lagi pelecehan, tapi sudah kekerasan. Gue nggak akan lepasin Bagas gitu aja. Dia harus terima hukuman yang setimpal," ujar Nando dengan tangan mengepal ketika dia ingin melaporkan perbuatan Bagas.

"Kamu tenang aja, ya, Din. Semua akan kami urus. Tapi aku mohon kerjasamanya," imbuh Baary meyakinkan. Mungkin karena aku masih sering histeris dan kejadian itu membuat tidur terganggu. Aku hanya bisa istirahat tenang jika dokter memberiku obat penenang.

Meski begitu jika aku perlu menjalani beberapa pemeriksaan terkait kasus ini, aku siap. Tidak peduli kasusnya bakal viral nanti.

"Aku yakin kamu bisa, kamu kuat," ucap Siska menggenggam tanganku erat-erat.

"Dindin memang kuat kok."

Sebuah suara mengalihkan perhatian kami. Dari arah pintu Baary muncul. Tangannya menenteng paper bag berukuran sedang.

Under Cover (THE END) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora