40. Gaduh

15.2K 813 76
                                    

Halo, Andini Squad. Sehat semua? Aku ucapkan selamat datang dan selamat bergabung di cerita ini. Cerita ini fiksi dan hanya buat hiburan aja. Jangan sampai kalian emosi sendiri dibuatnya. Wkwk.

Yang baru gabung jangan lupa Follow Author dulu yak. Dan pastikan vote di tiap bab, juga usahakan komen. Biar apa?

Biar aku semangat nulis tentu saja. Hehe. Yuk, kita lihat ada kegaduhan apa di bab ini.

Sudah hampir dua Minggu aku menumpang di unit Siska

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah hampir dua Minggu aku menumpang di unit Siska. Unitnya memiliki dua kamar sehingga satu kamarnya bisa langsung kutempati. Itu yang menjadi pertimbanganku saat memutuskan tinggal di sana untuk sementara waktu sebelum dapat apartemen baru yang cocok.

Hanya saja, meski kamar terpisah tetap tidak bisa menghilangkan suara berisik yang ditimbulkan di kamar sebelah. Dany sering menginap di sini, dan ya bisa tebak kan apa yang terjadi?

Percintaan mereka sangat panas. Aku rasa keduanya sama-sama maniak. Bukan hanya itu, kadang mereka juga ceroboh membiarkan pintu kamar terbuka ketika melakukan itu. Gokil sih, aku kaget setengah hidup ketika tanpa sengaja melihatnya sedang digarap Dany. Jujur, melihat itu kepalaku mendadak pusing.

"Hai, Din," sapa Dany yang baru keluar dari kamar Siska.

Aku yang kebetulan ada di dapur hanya menoleh sesaat sambil tersenyum. Siska lantas muncul di belakang pria itu dengan gaun tidur tipis yang menonjolkan dua putingnya.

"Kamu bikin apa, Din?" tanya wanita itu seraya mengikat rambut tinggi-tinggi. Dia mendekati kulkas dan membuka pintunya.

"Mie instan, aku laper."

Kulihat Siska mengambil dua botol air mineral, dan menyerahkan satu pada Dany. Sepertinya keduanya dehidrasi setelah bertempur di atas ranjang.

Tepat ketika mie instan selesai aku buat, Dany pamit pulang.

"Kok tumben dia nggak nginep?" tanyaku seraya berjalan menuju living room sambil membawa mangkok mie.

"Nyokapnya datang dari kampung katanya."

"Jadi dia ke sini minta jatah doang?"

Siska nyengir, lalu mengerling dengan iseng. "Kamu nggak ada rencana menemui Ribel? Emang nggak kangen?"

"Kangen apa?"

"Kangen diservis dialah, memang apa lagi?" Dia lantas tertawa. Sudah kuduga jawabannya pasti nggak akan jauh dari itu.

"Nggak. Ngapain?" ujarku santai lalu menyeruput kuah mie. Rasa segar langsung merambati tenggorokan.

"Begini nih kalau udah rasain senjata baru. Yang lama auto nggak diminati lagi."

Aku melotot. Siska masih saja menyangka di Lombok aku sering tidur bersama Ben. Dia masih nggak percaya kalau aku dan Ben hanya teman. Ya meskipun kami pernah berciuman.

Under Cover (THE END) Where stories live. Discover now