6. Malam Kedua

74.6K 1.7K 50
                                    


Halo.... Under Cover hadir lagi malam ini. Siapkan kipas ya, bisi hareudang. Jangan lupa tap bintang dan komen ya, Gaes.

Selamat membaca dan pastikan nggak ada siapa-siapa di sekeliling Anda. Muehehehe

🔥🔥🔥

-

-

-

-


Mata legamnya yang teduh terus menatapku. Dari sini aku bisa melihat dengan puas jelas bentuk rupa wajahnya. Ribel adalah jenis pria yang tidak cukup hanya dipandang sekali saja. Aku bukan penggemar pria tampan, terlalu banyak pria tampan di sekelilingku, termasuk suami brengsek, ah mantan suami tepatnya. Tapi dihadapkan langsung dengan pria tampan sekelas Ribel lumayan cukup menggetarkan. Apalagi pria itu sudah pernah membuatku melayang.

Ribel masih belum menjawab pertanyaanku beberapa saat lalu. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan sekarang. Alih-alih menjawab, malah terus menatapku begitu intens. Bikin aku jengah.

Dia meraih botol minuman dan membuka tutupnya. "Aku bisa jadi apa aja buat kamu," katanya sebelum menenggak minuman itu.

Mataku menyipit mendengar jawabannya. Aku nggak paham.

"Pertemuan kita di Bali adalah takdir, hari ini juga takdir, dan malam saat kamu mabuk juga takdir," lanjutnya membuatku terperangah.

Malam saat aku mabuk? Serius, itu dia? Jadi, bukan halusinasi orang mabuk

"Jangan bilang kamu yang membawaku ke hotel dan melepas pakaianku."

"Tepat." Ribel tersenyum. "Nggak masalah kan? Sebenarnya aku ingin lebih dari sekedar melepas pakaian, tapi bermain dengan orang yang nggak sadar bukan gayaku."

Dari ucapannya aku bisa menyimpulkan kalau pria di hadapanku ini jenis pria yang gemar melakukan having sex, dan aku hanyalah salah satu dari korbannya. Oh my God bisa-bisanya aku penasaran dan sempat terjebak pesonanya.

Di mana-mana pria tampan itu sama saja, suka main perempuan. Oke, aku salah sudah memukul rata. Nggak semua begitu, hanya yang kutemui saja mungkin.

Aku menarik napas panjang dan mengembuskannya. Perasanku mulai nggak nyaman.

"Andini Wirajaya, anak kedua dari tiga bersaudara. Lulusan manajemen bisnis Monash University, bergabung dengan Externaise selama kurang lebih lima tahun, dan sekarang sedang menjalani proses cerai dengan suaminya."

Mataku melebar mendengar semua ucapannya. Bagaimana dia bisa tahu banyak hal tentang aku?

Ribel tersenyum melihat keterkejutanku. "Aku mengenalmu lebih dari yang kamu tau, Andini."

Perasaan yang tadi sempat nggak nyaman berubah lagi menjadi rasa penasaran. Bahkan kali ini jauh lebih besar dari sebelumnya. Apa dia seorang stalker, penguntit? Siapa dia? Apa aku juga mengenalnya? Banyak pertanyaan yang berputar di benakku. Pria ini benar-benar misterius.

"Kalau begitu ucapan kamu yang mengatakan pertemuan kita ini takdir, tidak sepenuhnya benar," ujarku setelah beberapa lama membiarkan dia terus berucap.

"Bisa dibilang begitu." Ribel bergerak berdiri, lalu beranjak ke balkon kamar. Di sana dia memantik rokok, menyesap benda itu, lalu asap rokok mengepul dari mulutnya.

Aku harus menuntaskan rasa penasaran ini. Rasa letih seharian di kerjaan, aku abaikan. Kakiku lantas bergerak dan menyusul Ribel ke balkon.

"Bagaimana bisa kamu tau banyak tentang aku? Kamu mencari info tentang aku? Kamu penguntit?" tanyaku seraya mengambil posisi berseberangan dengannya.

Under Cover (THE END) Where stories live. Discover now