15. mantra pengikat

2.7K 376 22
                                    

Setelah dibentak dan dimarahi oleh kakak sulungnya apakah Haruto akan diam saja? Oh tentu tidak, bocil kematian itu malah dengan sengaja membuat Jihoon kembali harus bersabar karena pagi ini Haruto tak mau makan bahkan dari semalam pun anak itu terus murung, tidak heran sebenarnya karena tubuh Haruto pun belum sepenuhnya pulih.

"Dek jangan lari-lari!"

Haruto terus berlari mengelilingi rumah, sedangkan Jihoon yang pagi ini diberi tugas untuk menjaga Haruto seorang diri hanya bisa menghela nafas pasrah.

Sungguh pusing, bahkan sangat pusing melihat kondisi rumah yang sudah berantakan, mainan dimana-mana makanan pun bahkan sudah berhamburan, ikan peliharaan milik Junkyu bahkan sudah tergeletak tak bernyawa dilantai dengan isi aquarium penuh tanah basah.

"Bener-bener bocil kematian!"

Nasi yang ada di mangkuk bahkan sudah dingin, tangan Jihoon sungguh pegal terus memegang mangkuk itu sambil berlarian.

"Astaga, Haruto jangan dipegang!"

Sentak Jihoon segera menarik tubuh adiknya ketika Haruto akan memasukkan jarinya pada stop kontak.

"Abang ganggu!" Kata anak itu tak kalah keras, kedua tangannya bahkan sudah bertolak pinggang, mata Haruto menatap tajam sengaja menakut-nakuti kakak sulungnya.

Sebenarnya Haruto marah bukan hanya masalah kemarin tapi juga karena Haruto yang belum di perbolehkan sekolah, anak itu sudah sangat bosan diam didalam rumah tapi Jihoon belum juga mengijinkan nya.

"Makan dulu ya? Kamu dari kemarin malam belum makan"

Mengambil kesempatan ketika mulut Haruto terbuka, Jihoon memasukkan satu sendok nasi pada mulut adiknya.

Pyuh!

Namun Haruto dengan segala akal malah melepehkan nasi itu hingga kini berceceran dilantai bahkan sebagian mengenai baju kakaknya.

"Adek gak mau makan sebelum abang bolehin adek sekolah!"

Kesabaran Jihoon yang setipis tissu dibagi 10 kini sudah habis tak tersisa, menghadapi Haruto yang seperti ini memang harus memiliki kesabaran ekstra dan Jihoon tidak memiliki nya.

Prang!

Haruto terlonjak kaget ketika mangkuk yang berisi nasi di lemparkan ke dekatnya, mangkuk itu pecah di dekat kakinya.

"Terserah!" Kata Jihoon dengan nada dingin, tak ada lagi kata lembut.

"Kalau itu yang kamu mau, abang gak akan mau ngurus kamu lagi!"

Perkataan mutlak yang keluar dari mulut Jihoon membuat Haruto terdiam mematung, tatapan mata Jihoon yang kini terlihat tajam sungguh membuat nyali Haruto kembali menciut.

"Gak usah makan sekalian!" Katanya meninggalkan Haruto sendirian.









*********









Hari sudah siang, namun Jihoon tak juga keluar dari kamar, Haruto hanya menatap pintu kamar kakak sulungnya dengan perasaan ragu, ia ingin meminta maaf tapi gengsi.

Ingin makan tak ada apapun didapur, hanya ada bahan masakan mentah, Haruto tidak bisa memasak nanti yang ada malah dapur terbakar hangus. Dari pagi Haruto hanya minum susu dan buah untuk mengganjal perutnya.

Ceklek!

"Ngapain kamu disini?"

Haruto yang semula melamun kini mendongkak dengan ragu, wajah Jihoon masih terlihat masam sepertinya pemuda itu masih marah.

REINKARNASI [SELESAI]Where stories live. Discover now