31. terbangun

1.9K 329 67
                                    

1 tahun 3 bulan telah terlewati namun tampaknya Haruto belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun, anak itu masih terlelap damai dengan tidur panjangnya. Keempat saudara Park bahkan tak berhenti mengunjungi anak itu untuk sekedar mengajaknya berkomunikasi agar ada perkembangan yang baik bagi kesehatan Haruto yang memang masih tidak kondusif.

Berbagai alat penyangga kehidupan tertempel ditubuhnya, tak ada suara apapun selain bunyi monitor mereka hanya berharap keajaiban akan datang dan membuat adik kecil mereka akan terbangun.

Jihoon menatap lekat pada tubuh adiknya, wajah pemuda itu bahkan sudah begitu sendu, banyak menangis, melamun dan juga sering dihantui oleh bayang-bayang masalalu dimana dulu ia yang pernah menyiksa adiknya, jeritan kesakitan Haruto bahkan masih terdengar jelas, permohonan ampun yang dulu ia abaikan kini menjadi boomerang untuk dirinya sendiri, Jihoon menyesal, ia telah menjadi kakak yang buruk dan mungkin Haruto tak akan sudi untuk memaafkannya.

"Maaf.. "

Jihoon kembali bersimpuh dengan derai air mata, kata maaf tak pernah absen dari mulutnya, meskipun Jihoon tau kalau Haruto tak akan bisa mendengar.

"Bangun sayang, abang rindu kamu.. "

"Jangan tidur terlalu lama, kita disini selalu menunggu kamu"

Tangan Jihoon terangkat menyentuh punggung tangan adiknya dengan hati-hati.

"Setelah ini abang janji abang gak akan nyakitin kamu dan abang akan menjaga kamu"

"Katanya adek mau mobil-mobilan baru, kemarin abang beli banyak banget nanti kita main sama-sama ya?"

"Abang Ju juga kemarin beli banyak es krim katanya biar kamu bangun, dia masih suka nyogok kamu ternyata.. "

Jihoon tampak terkekeh kecil, ruangan tempat dimana Haruto biasanya bermain kini sudah dipenuhi oleh mainan, bahkan lemari pendingin sudah lagi tak tersentuh oleh mereka, setiap membukanya bayang-bayang Haruto merengek meminta es krim dan susu membuat mereka sedih.

"Abang Jun juga beliin kamu banyak buku dongeng, setiap malam katanya dia selalu bacain kamu buku dongeng, dia curang masa abang gak dibolehin pinjem, abang juga mau baca nanti kamu marahin ya?"

Jihoon menyeka air mata yang terus membanjiri pipi "Kalau abang Jeo dia-"

Omongan Jihoon terhenti ketika merasakan tangan yang digenggamnya bergerak, jari Haruto tampak menunjukkan pergerakan kecil.

"Ru?"

Jihoon tanpa banyak pikir panjang langsung berlari dari ruangan adiknya untuk memanggil dokter, tak ada yang membuat Jihoon semakin bahagia daripada melihat adiknya yang mulai menunjukkan perkembangan diri, ia berharap Haruto akan benar-benar terbangun dari tidur panjangnya.









***********










Tubuhnya tak bisa digerakkan sama sekali, Haruto merasakan seluruh tubuhnya nyeri, hal pertama kali saat ia terbangun Haruto melihat wajah pria asing yang tengah memeriksa tubuhnya, namun saat keempat orang yang ia kenali memasuki ruangan tubuh Haruto memberikan respon lumayan signifikan, tangan anak itu mengepal dengan mata yang menyiratkan rasa ketakutan yang mendalam bahkan mulut Haruto hanya bisa terbuka tanpa mengeluarkan suara.

"Ru.. "

Saat salah satu dari mereka mendekat, Haruto memejamkan matanya penuh ketakutan, melihat respon pasiennya dokter memberhentikan langkah Junkyu dan memberikan gelengan kencang.

"Kalian keluar terlebih dahulu, jika kalian terus disini kondisi adik kalian akan kembali memburuk"

Didalam sana Haruto ditemani oleh salah seorang perawat, keempat saudara park hanya mengikuti langkah dokter yang tak lain kakak dari ibu mereka sendiri- Park Jinyoung.

"Om bagaimana kondisi adik kami?"

"Saya belum bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut, kita tunggu kondisi Haruto sedikit membaik, tapi pastinya kita memerlukan bantuan psikolog atau mungkin psikiater untuk mengobati adik kamu dilihat dari respon pertama saat bertemu dengan kalian, ketakutan Haruto begitu besar, saya harap kalian mengerti untuk jangan lebih dulu menemui adik kalian karena kondisi mentalnya bisa memperburuk kondisi fisiknya"

Jinyoung menepuk pundak keponakannya, ia sudah tahu apa yang terjadi sebenarnya, Jaehyun sudah menceritakan itu semua, bertahun-tahun lamanya mereka tidak bertemu dan Jinyoung malah diberikan kabar buruk bahwa adiknya sudah tiada, ia sempat marah namun melihat permohonan dari keempat keponakannya membuat Jinyoung merasa tak tega.

Jaehyun membawa Rose dan mengambil gadis itu dari keluarganya, hubungan mereka ditentang karena kakeknya melarang Rose untuk memiliki hubungan dengan seorang penyihir, kemungkinan besar cucunya lah yang akan tewas, bertahun-tahun mereka mencari keberadaan Rose namun itu semua sia-sia, Jaehyun benar-benar menghapus jejak gadis itu. Sekarang Jinyoung sendiri di dunia ini, ia tak punya siapapun lagi, saat bertemu dengan Jaehyun ia berharap kalau pria itu akan memberikan kabar bahagia namun ekspetasi nya salah, Jaehyun malah memberikan kabar buruk hal itu membuat Jinyoung murka namun kemarahannya teredam karena melihat kehadiran empat keponakannya.

"Om, Haruto bisa sembuhkan?"

Jinyoung tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi, pria itu tak bisa memastikan kondisi Haruto saat ini, kondisi fisik Haruto benar-benar lemah, anak itu juga mengalami cedera kepala yang cukup serius, memang banyak yang berhasil sembuh total setelah mengalami koma lebih dari satu tahun namun tak sedikit yang mengalami kelumpuhan setelahnya.

"Kalian berdo'a saja, saya akan berusaha semampu apa yang saya bisa"












************

"Ayah"

Jaehyun yang sedang membaca buku melirik sekilas kearah empat putranya, setelah kejadian satu tahun yang lalu Jaehyun memutuskan untuk menetap dengan keempat putranya, bahaya mungkin masih mengancam jadi ia akan memastikan bahwa kelima putranya akan aman.

"Aku mohon sembuhkanlah Haruto, buat dia melupakan semua kejadian di masalalunya yang buruk, aku tak tega melihat dia ketakutan"

Tak!

Sendok teh disimpan dengan cukup keras.

"Ayah tidak ingin anak ayah menjadi pecundang, kalian harus bisa bertanggung jawab dengan perbuatan kalian, ini akibatnya jika kalian di kuasai oleh ketamakan, jadikan ini pelajaran untuk kalian semua-"

"Jihoon ayah ingin kamu belajar untuk bisa mengontrol emosimu, Junkyu namun juga harus belajar untuk tidak berpikir dengan otak pendek dan harus bisa memikirkan resiko kedepannya-"

"Jeongwoo atas sikap tamakmu ayah menegurmu saat ini dan kau Junghwan, kau harus bisa belajar untuk memutuskan sesuatu secara matang juga jangan mudah terhasut oleh omongan orang lain. Ayah bersikap seperti ini bukan karena ayah tak menyayangi kalian tapi ayah ingin kalian belajar untuk bisa mempertanggungjawabkan perilaku kalian yang sudah membuat Haruto terluka"

Jaehyun bukan tak bisa menyembuhkan Haruto sampai benar-benar seperti semula, Jaehyun juga bukan tak bisa membuat Haruto hilang ingatan tentang kejadian buruk itu, ia bisa, Jaehyun benar-benar bisa namun ia ingin keempat putranya bertanggungjawab dan mengobati Haruto dengan cara mereka sendiri, Jaehyun ingin memberikan pelajaran bahwa seseorang yang tamak maka akan mendapatkan kesengsaraan didalam hidupnya.

"Kalian sudah keterlaluan, jika ayah menjadi Haruto mungkin ayah tak akan sudi untuk memaafkan kalian"

Mendengar ucapan ayahnya sontak keempat park bersaudara langsung tertunduk lesu, mereka takut Haruto akan benar-benar membenci mereka.










**********

Tbc

Sad ending jangan? Duh bingung gini hehe

REINKARNASI [SELESAI]Where stories live. Discover now