38. kilas balik Jihoon

1.6K 287 12
                                    

Ketiganya masih tetap diam tak ada yang membuka suara, setelah aksi kekejaman Junkyu terungkap mereka bertiga semakin gelisah, raut wajah penuh kekhawatiran terlihat jelas, bukan khawatir pada kondisi adik mereka melainkan khawatir jika kebejatan mereka akan terungkap detik ini juga.

Hingga waktu kembali berganti, hari itu beberapa hari setelah kejadian di gudang bawah tanah Haruto tampak berjalan biasa keluar dari dalam kamar, anak itu berpapasan dengan Jihoon namun si sulung menatap bengis dirinya, Haruto menunduk dengan wajah penuh ketakutan hingga langkahnya menuju dapur di buntuti oleh seseorang.

Dari ujung anak tangga Jeongwoo melihat punggung sempit adiknya yang sedang mengambil minum, mata pemuda itu langsung tertuju pada pisau yang ada didekat kompor.

"Abadi..kau akan abadi Park Jeongwoo... Jihoon masih menyayanginya...kau pasti akan tersingkirkan..."

Kedua tangannya terkepal kuat, saat kemarin Haruto hampir mati Jihoon begitu mengkhawatirkan Haruto bahkan Jihoon sampai bertengkar hebat dengan mereka terutama Junghwan, si sulung Park dengan tak segan melukai adiknya, membuat Junghwan mengerang kesakitan karena pemuda itu terus saja melawan.

"Kupas buah" perintah Jeongwoo pada adiknya, Haruto mengambil pisau dengan ragu. Jeongwoo menyaksikan dalam diam, melihat bagaimana Haruto dari samping tampak sangat indah.

Bulu mata yang lentik, bibir mungil, semburat merah di pipi dan juga leher jenjang yang menjadi pusat tujuannya.

"Cepat lakukan... sebentar lagi Jihoon akan pulang dan kau harus segera membuat Jihoon membenci anak itu.."

"Abadi... keabadian...kau akan abadi.."

Sret!

"A-abang mau apa?"

Haruto berusaha menahan tangannya ketika Jeongwoo menariknya mengarahkan pisau yang tengah ia pegang pada perut pemuda itu.

Namun fokusnya kini beralih, bukan pada Jeongwoo melainkan sosok menyeramkan yang ia lihat beberapa hari yang lalu didalam gudang, bisikan Jeongwoo terdengar jelas di telinganya, Haruto masih berusaha untuk menarik tangannya namun terlambat, detik itu juga tangan Haruto yang memegang pisau menusuk perut kakaknya.

"ABANG!"

Darah terciprat mengenai lengannya, Haruto membuang pisau itu dengan perasaan takut yang teramat, suara tawa melengking benar-benar menyakitkan telinga, dengan pandangan yang berkabur Haruto melihat Jihoon berlari kearah mereka. Ucapan si sulung bahkan tak dapat didengar olehnya, tubuh Haruto meluruh kedua tangannya berusaha untuk menutupi telinganya yang terus berdengung nyaring, teriakan dan tawa dari sosok menyeramkan belum juga hilang.

"PERGI!"

Tubuh kecilnya semakin beringsut mundur, Haruto memukul udara ketika melihat sosok itu semakin mendekat kearahnya.

"MATI!"

"AAAAA PERGI!"

PLAK!

"Dasar anak pembawa sial!"

Tawa melengking lenyap, sosok itu menghilang, Haruto tampak terlihat linglung, matanya menatap gelisah namun hal itu sama sekali tak membuat Jihoon merasa khawatir. Si sulung Park malah dengan bengisnya menarik tubuh ringkih memasuki ruangan yang tak pernah Haruto ketahui sebelumnya.

"A-abang bukan adek! Bukan adek! Bukan adek!"

Haruto terus berteriak histeris dengan air mata yang tak berhenti membanjiri pipinya.

PLAK!

"Aku bukan kakakmu anak kurang ajar, berhenti menyebut namaku dengan mulut busukmu!"

Jihoon menarik tubuh adiknya menghempaskan begitu saja, pemuda itu membuka ikat pinggang dengan perlahan, sebelah kakinya menginjak dada Haruto yang kini jatuh terlentang.

REINKARNASI [SELESAI]Where stories live. Discover now