5. Diculik

59.7K 4.4K 98
                                    

"Hallo Nona cantik."

"Ah... emh... hallo. Apa kau datang untuk menyambut ku?"

"Yaa! Kami datang menyambut Nona, hehe." Laki-laki itu mengulurkan tangannya. "Silahkan Nona. Kami akan menunjukkan jalan menuju neraka."

"Neraka?" sahut Ziya kebingungan. "Tapi aku ingin ke pabrik es. Bukan ke neraka." Ziya menoleh ke samping. Mencari Rahel. Alih-alih menemukannya, Ziya melihat pintu sisi kiri terbuka lebar. Dan di semak-semak sana Rahel memberi isyarat dari mulutnya. "B.a.n.d.i.t."

"Dia ngelawak kan?!" gumam Ziya. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. "A-anu Tuan. Se-sepertinya saya tidak ingin pergi ke neraka. Emh... sa-saya punya anak yang belum diberi nama. Jadi- agh!"

Ziya ditarik paksa. Berkat sepatu yang sengaja ia lepas tadi. kakinya kini menapaki tanah berbatu. Sekilas ia melihat dua pengawal yang sudah pingsan di depan sana. Bersamaan dengan itu banyak orang asing dengan senyum mengerikan menatap ke arahnya. Oh Tuhan! Ziya janji jika nyawanya selamat. Ia akan berbuat baik ke Rahel. Ia tidak akan menjahilinya. Ia akan menganggap Rahel sebagai saudaranya. Ya! Ziya berjanji!

"Rahel...." gumam Ziya lirih seraya menoleh ke Rahel di semak-semak. Genangan air matanya mulai tampak. Ah, kenapa Ziya baru menyadarinya sekarang? Ia sudah banyak menyakiti Rahel. Membuatnya repot setiap hari. Selama itu apa Ziya sudah mengucapkan terimakasih atas perhatian Rahel?

Tidak! Ziya tidak pernah! Mungkin ini waktunya. Ya, tidak ada yang bisa memastikan apakah Ziya akan hidup atau mati. Tapi Rahel masih punya kesempatan kabur. Dia masih bersembunyi di sana pasti karena khawatir. Ziya harus melepaskan Rahel!

"Rahel.... Pergilah," pinta Ziya hanya dengan gerakan bibirnya tanpa suara. Setidaknya Rahel bisa selamat.

"Aku... aku.... Mana mungkin aku.... Menolak! Haha!" Setelah itu Rahel kabur tanpa dosa.

Kepergian Rahel membuat Ziya cengo. Tuh orang semangat banget kabur. Seenggaknya terharu dikit kek!

Kesal! Ziya pun berteriak, " WOI Bandit nganggur di sana! Tuh ada yang kabur satu!" tunjuk Ziya ke arah Rahel.

"Tidak akan ku biarkan kau selamat, Rahel. Kita adalah dua jiwa yang tidak bisa dipisahkan! Huahaha!"

Seperti kebanyakan adegan penculikan. Ziya dan Rahel di ikat dan ditutup matanya. Mereka dibawa entah kemana menggunakan kereta kuda. Berakhir di rumah tua di dalam hutan. Sepertinya ini markas mereka. Mungkin.

Seribu untung nyawa Ziya diampuni saat itu. Masih hangat dalam ingatan bagaiamana Ziya memohon ampun atas nyawanya. Tak hanya Ziya, Rahel pun yang langsung tertangkap sampai merangkak di bawah kaki laki-laki botak itu sambil menangis.

Katanya, "Tuan yang tampan. Tolong ampuni nyawa saya. Saya hanya pelayan rendahan yan tidak bernilai apa-apa. Kalau Tuan membawa Nyonya di sana. Saya yakin Tuan akan dapat tebusan besar. Dia adalah SEORANG DUCHESS!" teriak Rahel disengaja.

Sialan! Kalau begini hanya Ziya yang akan dibawa.

"Tuan bandit yang gagah. Saya memang seorang Duchess. Tapi bukankah saat ini penjualan budak banyak diminati? Tuan bisa menjual pelayan tidak berguna itu. Atau menjual organnya juga tidak buruk!" Seringai Ziya mengembang. Rasakan pembalasan ku! batinnya.

"Tuan! Tolong pilih dia saja!" sahut Rahel tidak mau kalah.

"Tidak Tuan! Kau akan dapat keuntungan ganda jika membawa kami berdua!"

Sampai mati Ziya tidak akan melepas Rahel! Tidak akan!

"Hahaha, ide bagus! Aku akan membawa kalian berdua."

YES! Berhasil! Batin Ziya.

Suara gelegar petir membuat Ziya dan Rahel reflek berpelukan. Setelah tadi saling jauh karena sedang dalam kondisi bermusuhan. Tak terasa sudah tiga jam berlalu Ziya dan Rahel dikurung dalam rumah bobrok di dalam hutan. Malam pun segera datang. seoah semesta ingin mempermainkan mereka. Badai datang bersama gemuruh angin.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang