11. Arti Pernikahan

48.5K 4.1K 7
                                    

Suara binatang malam menjadi satu-satunya pemecah keheningan yang ada. Seorang berpakaian militer tengah sibuk mengulak-alik bara api. Agar ruangan ini tidak dingin. Sedingin orang yang tengah berkutat dengan laporan di sana.

“Tuan yakin akan pergi lagi?” ucap Arnold. Ksatria yang bersumpah setia pada keluarga Duke Trancy sekaligus orang kepercayaan Lukas.

“Hum. Sudah lama aku tak mengunjungi benteng Foxie. Sepertinya di sana butuh peninjauan ulang."

Arnold menatap datar. Dia yakin itu hanya alibi saja untuk menghindari istrinya. Lagi.

“Hah, padahal aku berharap tahun ini punya keponakan. Mansion ini indah tapi terlalu suram.”

Kegiatan Lukas terhenti. Arnold memang terkenal dengan mulut tanpa filternya.

“Bandit yang kemarin. Apa kau sudah menemukan markas pusatnya?”

“Cih… mengalihkan topic,” gumam Arnold. Paham, pasti Tuannya selalu begitu saat membahas istrinya. “Yah, anak buah ku sedang mencari tahu. Tuan tenang saja. Tanpa Tuan turun tangan sekali pun mereka akan ditemukan. Seperti kemarin… di tengah hujan lebat Tuan menerobos hutan untuk menyelamatkan Duchess. Ku pikir hubungan Tuan dengan Nyonya sudah membaik. Ternyata sama saja. Kalian terlalu rumit.”

“Masalah keselamatan dan perasaan itu berbeda. Kau tidak bisa menyamakannya. Sebagai suami aku harus memberikan kesalamatan pada istri ku. Itu adalah pemahaman dasar.”

“Entahlah, aku tidak tahu jalan pikir kalian berdua,” dengus Arnold. Ia beralih ke kursi dan memakan camilan yang tersedia.

Mungkin ada yang bilang sikap Arnold tidak sopan. Situasi seperti ini hanya terjadi di antara mereka saja. Sebab, antara Arnold dan Lukas sudah terjalin hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan.

Ini kisah lama antara mereka. Satu nyawa telah diselamatkan dari wabah mematikan di desa nan jauh di ujung sana. Hanya Arnold yang masih terasa denyut nadinya. Sedang satu desa telah musnah. Di tengah banyaknya larangan, Lukas yang kala itu masih menginjak usia remaja membawa Arnold untuk diobati di ibu kota. Dia selamat dan bersedia mengabdikan hidupnya untuk keluarga Trancy.

“Jalani saja tugas mu. Ku izinkan kau tidak berjaga di benteng Foxie agar bisa mengawasi Lilyana. Kau tidak perlu merasakan dinginnya udara di sana. Seperti prajurit lainnya.”

“Hah, menurut ku menjaga Nyonya Lilyana lebih berat dibanding menjaga benteng Foxie.” Arnold menyeringai, “Bangsawan dan segala kerempongannya.”

Aktivitas Lukas berhenti. Untuk sejenak sorotnya beralih ke Arnold lalu kembali lagi ke tulisan. Yah, Arnold benar. Orang biasa tidak akan terbiasa dengan kehidupan glamour bangsawan. Hanya di era Lukas rata-rata ksatria berasal dari penduduk biasa. Itu sebabnya, tak ada yang mau menjadi ksatria yang menjaga Lilyana. Jika Lukas tidak menunjuk Arnold, mungkin tak ada satu pun yang mau. Walau sudah diiming-imingi gaji besar sekali pun.

Ksatria bergerak bukan karena uang. Tapi karena kesetiaan. Lalu… kesetiaan mereka hanya tertuju pada Duke Lukas.

“Kau boleh mengajukan keluhan. Aku akan mempertimbangkannya,” ucap Lukas lirih. Bagaimana pun ia tidak mau memaksa seseorang bekerja karena terpaksa.

Untuk sejenak kegiatan Arnold berhenti. “Hah, kalau bukan aku siapa lagi yang akan menjaga Nyonya manja itu?” gumam Arnold kemudian bangkit.

Arnold tidak tahu apa arti Lilyana bagi Tuannya. Sejauh ini ia hanya disuruh menjaga. Kejadian kemarin adalah kesalahannya. Arnold pikir, Lilyana pergi tak jauh dari mansion.  Seperti biasa, ia akan mengunjungi acara tea party apalah itu. Arnold akan menyusulnya dengan menunggang kuda.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora