29. Setitik Cahaya

30.8K 2.8K 94
                                    

"Lukas?"

"Aku ingin cerai."

DEG!

Sekejap. Mata sehitam malam itu terbuka. Peluh membasahi tubuh polos. Luruh hingga lembab terasa di sprei yang ia tiduri.

Hembusan nafas terasa berat. Lukas duduk. Meraup wajahnya sekali. Termenung beberapa menit. Mengulas ulang mimpi yang baru saja menghampiri.

Lagi. Wajahnya ia raup. Sepenggal ingatan mimpi telah ia dapatkan. Kata-kata tabu yang tidak pernah ingin Lukas dengar. Bahkan saat di dalam mimpi sekalipun.

"Tck!"

Rupanya ketakutan akan perpisahan lebih berat ketimbang kematian di medan perang.

"Lilyana...." gumam Lukas.

"Aku harus bagaimana?"

"Aku benar-benar.... tidak bisa... berpisah."

Ruang ini jadi saksi. Betapa putus asanya Lukas di tiap malam. Dinding menjadi pendengar betapa Lukas terus menyebutkan nama Lilyana di setiap rancaunya.

Ya, bohong jika Lukas baik-baik saja. Dunianya seketika runtuh. Terdengar berlebihan memang. Namun, bagi Lukas yang baru menemukan cinta setelah bertahun-tahun membuang sisi kemanusiaannya di medan perang. Semua itu... membuat manusia dingin ini terguncang.

"Aku harus menemuinya."

Sebongkah rindu tak dapat lagi ia pendam. Lukas beranjak. Mensahut kimono dan memasangnya asal.

Derap langkah terdengar memburu. Pagi-pagi peluh sudah berjatuhan. Turun bersama kepanikan. Kepanikan akan perpisahan yang baru saja terwujud di dalam mimpi. Demi apapun. Lukas tidak mau mimpi itu jadi nyata.

Bunyi suara derit pintu terdengar. Dengan kunci utama yang bisa membuka semua ruang. Lukas gunakan untuk membuka kamar istrinya.

Di sana. Manik sebiru langit itu masih tampak sayu. Sembab. Namun anehnya keindahan harta manusia itu tak pernah luntur. Walau penampilan Lilyana kini tak ada rapih-rapihnya.

Rambut mengembang. Wajah sembab khas bangun tidur dan seperti biasa, ranjang berantakan. Bahkan terdeteksi satu bantal jatuh ke lantai. Sebenarnya sebrutal apa istrinya tidur sampai-sampai ranjang bisa semengerikan ini?

Ah itu tidak penting. Apapun itu. Jika tentang Lilyana, Lukas tidak bisa menolak.

"Lukas?"

Suara itu, ah... Lukas merindukannya. Dia berbisik lembut dan kadang menjadi sensual.

Jarak ia kikis. Lukas mendekat. Menerjang kenyataan bahwa saat ini hubungan mereka tengah dilanda keretakan tanpa dasar. Hanya karena Lilyana mengatakan pernyataan bahwa ingatannya sudah kembali.

Tapi... bukankah dia sudah berjanji tidak akan menyesal? Ini bukan soal siapa yang menempati hati Lilyana duluan. Tapi bagaimana cara supaya nama itu tersingkirkan. Lukas tidak akan menyerah!

"Selamat pagi, sayang," ucap Lukas tersenyum mempesona.

Benar-benar vitamin penambah kebugaran! Itu yang berputar dipikirkan Ziya. Pagi-pagi sudah mendapat asupan keindahan. Siapa yang tidak senang? Tapi... ini tidak benar.

Ziya mengulum senyum. Ia membuang muka ke segala arah. Seolah ingin mengisyaratkan kehadiran Lukas tak diterima.

"Bagaimana keadaan mu? tanya Lukas. Ia sudah duduk di tepi ranjang.

"Sepertinya kau belum sarapan." Lukas melirik sekitar. Seharusnya di jam segini Rahel sudah membangunkan. Tapi yang Lukas temui justru istrinya masih tampan berantakan.

DUKE! Let's Have Babies! (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें