14. Menjadi Istri Idaman

49.7K 3.9K 58
                                    

"Hilang!"

Rahel terus mengobrak-abrik lemari. Mencari baju keburuntungan. Sebenarnya baju pelayan ya modelnya itu-itu saja. Tapi yang hilang ini beda! Itu adalah baju dengan rajutan bunga mini di sisi ujung bawah. Hampir tidak kelihatan.

Bukan apa-pa sih. Kalau baju itu tidak dijompa-jampi sama peramal. Mungkin Rahel sudah ikhlas sejak tadi. Bunga mini itulah yang menjadi penanda baju jompa-jampi itu dengan yang lain.

"Hais! Di mana baju itu." Rahel menggaruk kepala. "Ah, apa dijemuran?"

Bergegas. Ia pun menuju pelataran belakang. Tempat para pelayan menjemur pakaian. Langkah Rahel dipaksa berhenti sebab bersimpangan dengan Arnold.

"Hei! Kau lihat Nyonya?"

"Nyonya? Beliau di kamarnya."

"Kau yakin?" selidik Arnold.

"Hum...."

"Tck! Sudah ku periksa sampai kamar Tuan sekali pun. Tapi tidak ada! Kau ini bagaimana menjaga majikan mu."

Biasanya Arnold orang yang tenang. Kali ini tidak bisa! Bagaimana bisa tenang jika majikannya hilang?! Ugh! Lagi-lagi Arnold kehilangan. Licin sekali Nyonyanya. Seperti belut.

"Maaf Tuan. Tapi saya sudah memastikan Nyonya ada di kamar tadi. Mungkin mata Tuan yang kurang jeli. Coba cari lagi!" balas Rahel. Tak kalah pedas. Salah siapa dia bicara ketus duluan.

"Tck! Nyonya mu hilang. Bagaimana kau bisa tenang-tenang saja?!" Arnold mengacak rambut. Frustasi. Si pelayan justru tampak tenang tanpa ada ekspresi terkejut sedikit pun. Itu sebabnya Arnold agak kesal. Seolah dia tidak ada pedulinya.

"Yah, kalau sudah hilang mau bagaimana? Itu kan keinginan Nyonya. Percayalah! Kalau sudah lapar dia akan kembali."

"Apa kata mu?!" ucap Arnold tersulut. Bagaimana ada pelayan model begini? Sedangkan Rahel. Yah, seperti biasa. Dia sudah khatam dengan tingkah random majikannya. Hilang seperti ini sudah menjadi rutinitas. Nanti, Nyonyanya akan kembali saat waktunya makan. Seperti kucing.

"Kau...." tunjuk Arnold. "Ikut aku cari Nyonya!"

"Ha? Baju ku saja belum ketemu. Tidak! Aku tidak mau!"

Arnold semakin mengaga. Wah, pelayan ini benar-benar!

"Kalau kau tidak ikut. Aku akan melaporkan mu pada Kepala Pelayan!" tunjuk Arnold emosi. Di depan wajah Rahel.

"Cih, badan bongsor tapi tukang ngadu. Tidak jauh berbeda dengan bocah tiga tahun."

Walau bergumam. Nyatanya Arnold mendengar jelas. Malu sekaligus naik pitam. Arnold yang punya kebanggaan sebagai ksatria kepercayaan Duke. Baru saja dipermalukan. Kalau dia bukan wanita. Arnold sudah melayangkan bogemnya.

Hah! Sabar!

Mengalah. Arnold memilih pergi. Prioritasnya adalah menemukan Nyonya rumah. Ia hendak mencari ke sekeliling mansion sebelum suara pelayan gila menginterupsi.

"Tunggu!"

"Ayo kita cari bersama!" ucapnya menggebu. Sungguh! Ada apa dengan wanita ini? Tadi dia menolak mentah-mentah. Sekarang antusias sekali. Aneh!

"Sepertinya kita harus mencari di luar mansion," cetus Rahel.

"Kenapa kau yakin sekali?"

"Apalagi kalau bukan Nyonya sudah menggunakan baju keberuntungan ku untuk menelsup keluar! Lihat saja nanti. Aku akan memakaikan korset sampai lapis tiga!"

Arnold memandang ngeri. Dia bukan wanita biasa. Bisa-bisanya menampakkan aura jahat terang-terangan seperti itu.

Mereka tetap dalam pencarian. Arnold mengambil kuda sebelum mereka menuju ke tempat potensial majikannya kabur.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant