7. Taman Lili

52.1K 4.3K 21
                                    

Rahel membawa nampan berisi gelas dan mangkuk kosong. Bekas Nyonyanya menyantap tadi. Melewati koridor demi koridor yang menampakkan interiaor klasik dengan dominasi warna dongker dan cream. Sesekali ia berpas-pasan dengan pelayan lain dan hanya melengos.

Akhir-akhir ini lingkungan pelayan agak bar-bar. Terang-terangan mengatai Rahel penjilat. Padahal mereka sendiri yang mendorong Rahel mengemban tugas pelayan pribadi Duchess Tiran. Ya, untungnya Tiran itu kini menjadi Tiren. Mati kemarin. Perubahan Duchess setelah melewati hidup dan mati membuatnya berubah lunak. Rahel dikira memanfaatkan keadaan untuk mendapat simpati.

Yah, dasarnya orang-orang bermulut longgar. Apapun akan mereka jadikan santapan gosip.

“Hm?”Aatensi Rahel terarah pada sosok proporsional di depan sana. Pakaian ala bangsawan itu tak pernah gagal membuat karismanya bergelora. Membuat siapa pun tunduk dan terpesona.

Sesuai etiket pelayan, Ia memberi hormat sebelum melanjutkan lagi jalan. Itu adalah pelajaran dasar yang tidak boleh dilupakan Rahel sebagai pelayan kepada majikannya, Duke Lukas.

“Salam Tuan. Berkah Tuhan terlimpahkan pada pedang pelindung kekaisaran,” ucap Rahel sopan. Ia sedikit menekuk lutut dan menunduk.

“Bagaimana keadaannya?”

Orang ini adalah kepala keluarga Trancy. Sejak dulu dikenal sebagai pelindung kekaisaran. Nenek moyangnya adalah pahlawan berjasa. Entah berapa kemenangan yang diperoleh sampai detik ini. Duke Lukas pun tak luput menorehkan kemenangan itu.

Prestasi gemilangnya membuat keluarga Trancy harum dikalangan bangsawan pun rakyat biasa. Namun, setelah kurang lebih tiga tahun menikah. Harum itu seakan ternoda oleh bau bangkai akibat rumor negative dari Lilyana Trancy yang punya pria simpanan.

Emang bangke Duchess tukang selingkuh itu!

“Nyonya Lilyana sudah sadar Tuan. Beliau langsung memakan serealnya dengan lahap.” Lukas melirik mangkuk ludes tak bersisa. “Tumben sekali. Biasanya dia tidak pernah menghabiskan makananya.”

“Sepertinya Nyonya ingin cepat sembuh.” Tidak mungkin kan Rahel bilang kalau Nyonyanya kelaparan seperti orang tidak makan tiga hari.

“…. Bagus. Tetap awasi pola makannya. Itu tugas mu. Turuti apapun yang dia mau. Jika tidak ada. Kau bisa bilang ke kepala pelayan.”

Rahel tersenyum ramah dan sekali lagi menekuk lutut. “Baik Tuan.”

Tatapan Rahel menyendu. Menatap kepergian Tuannya. Sebenarnya ada satu rahasia yang disembunyikan Rahel.

Peristiwa malam itu, orang yang datang adalah Duke Lukas. Dengan jelas Rahel melihat wajah murka laki-laki itu.
Apa sebenarnya Duke Lukas mencintai Lilyana?

Yah, itu masih menjadi pertanyaan. Sebab, pelayan yang dipaksa melayani Duchess ini sebenarnya baru dikerjakan beberapa bulan saja. Sebelumnya Rahel berada di tempat cuci pakaian. Entah kenapa saat itu tiba-tiba ia dipanggil dan berakhirlah seperti ini.

Rahel juga heran satu hal. Malam itu ia mendapati Duke Lukas mengunjungi kamar Duchess. Saat itu Duchess belum sadar. Tidak tahu apa yang dilakukan Duke Lukas di dalam. Mungkin saja dia menyumpahi istrinya mati?

Itu sebabnya Rahel tidak ingin memberi harapan palsu pada Nyonyanya. Jika ia bilang Duke Lukas yang menyelamatkan. Mungkin wanita itu akan luluh.

Menyelamatkan belum tentu Duke Lukas mencintai istrinya. Logika saja, pernikahan mereka adalah antara dua keluarga besar. Jika Duke Lukas mendapati Duchess mati mengenaskan. Apa keluarga istrinya tidak akan murka? Mungkin karena itulah Duke Lukas masih mempertahankan.

Lebih dari apapun, Rahel adalah orang paling depan yang ingin mereka hidup rukun. Jika terus seperti ini. Karirnya sebagai pelayan Duchess akan berhenti jika mereka cerai. Begitulah budaya di lingkungan bangsawan. Siapa pun yang diceraikan ia boleh membawa pelayan pribadinya. Kan Rahel tidak mau hidup menyedihkan bersama Nyonyanya!

DUKE! Let's Have Babies! (END)Where stories live. Discover now