6. Mengancam Nyawa

56.8K 4.5K 32
                                    

“Ugh! Kenapa harus hujan. Aku… jadi… hik... basah kuyub,” ucap laki-laki berpawakan bongsor. Dari gelagatnya dia sedang mabuk. Terlihat dari botol yang sedang dia pegang.

“Shhh, dingin. Hik….”

Tatapan laki-laki itu mengarah pada Rahel dan Ziya. Menyorot dengan tatapam mesum.

Setiap langkah laki-laki itu mengikis jarak dengan mereka. Semakin dekat, semakin banyak keringat dingin yang keluar. Tenggorokkan Ziya terasa kering. Menelan saliva saja ia tidak bisa. Laki-laki itu benar-benar mengerikan!

“Ma-mau apa?” tanya Ziya memberanikan diri. Sedangkan Rahel tak bergeming dengan tubuh gemetar.

Laki-laki itu tak bersuara. Ia justru menyipitkan mata seolah menimbang-nimbang. Kemudian, saat seringai itu menampakkan eksistensinya. Tubuh Rahel diangkat paksa. Suara jeritan menggelegar.

“Lepas! Lepaskan aku!” teriak Rahel ketakutan.

“Hei Tuan! Jangan macam-macam dengannya! Kau akan menerima akibatnya nanti. Di-dia….” Ayolah cari segala macam alasan agar laki-laki itu melepaskan Rahel. Ziya benar-benar punya firasat buruk!

“Dia itu akan dijual ke tempat budak!” celetuk Ziya. Argh terserahlah! Yang penting Rahel selamat dulu. “Kau akan dimarahi oleh bos mu jika terjadi sesuatu padanya. K-kau tahu kan? Para bangsawan tidak mau barang cacat. Itu akan mengurangi harga jualnya.”

Dalam hati, “maafkan aku Rahel. Itu demi menyelamatkan mu.”

“Bos?” ulang laki-laki itu. “Kenapa aku harus memarahi diri ku sendiri?”

“A-apa?!”

“Hahaha, akulah bosnya. Mau aku apakan gadis ini tidak ada yang akan memarahi ku. Jadi… hik…. “ laki-laki itu beralih ke Rahel. Menyeringai mesum. “ Layani aku gadis kecil.”

“Tidaaaaak! Tidak mau!” Rahel berteriak histeris. Setiap teriakan membuat Ziya panic. Ia harus melakukan sesuatu!
Tapi… apa yang bisa Ziya lakukan? Sedangkan dirinya saja gemetaran seperti ini!

“Arghhh! Kuatin diri mu Ziya! Di masa depan kamu bakal mati. Seenggaknya jangan seret orang nggak bersalah!”

Dengan tekad kuat itu Ziya berlari ke arah laki-laki bongsor itu. Menyeruduknya dengan sisa kekuatan yang ada.

Berkali-kali Ziya dijatuhkan. Berkali-kali juga Ziya dibanting. Ia terus bangun dan kembali menyerang laki-laki itu secara membabi buta. Menggigitnya, menendangnya, menyeruduknya. Tak peduli bibirnya pecah. Tak peduli lututnya tergores. Pokoknya Rahel harus selamat!

“Nyo…nyonya….” gumam Rahel. Tak menyangka Nyonya yang dulu sering menyiksanya kini dengan segenap hati ingin melindungi.

“Nyonya… ku mohon berhenti. Jangan sakiti diri mu lagi.” suara tangis pecah. Rahel tidak peduli seberapa menyeramkannya laki-laki ini. Yang ia inginkan hanya Nyonyanya berhenti menyakiti diri sendiri.

“Rahel. Kau tahu?" Tubuh yang baru saja dibanting itu kembali berdiri. “Aku pernah mati konyol sekali. Jika memang di sini kuburan ku. Setidaknya aku akan bangga karena mati menyelamatkan orang. Hihi.”

“Jadi… jangan berteriak terus. Gunakan energi mu untuk menyelamatkan diri.”

“Hais! Bicara apa kau sejak tadi!” bentak laki-laki itu. Amarahnya tersulut. Alkohol mengendalikan dirinya. “Tck! Persetan dengan tebusan! Aku akan membunuh mu di sini!”

“Nyonyaaaa!”

DOR!

***

Sentuhan halus Ziya rasakan. Berkat itu kesadarannya kembali. Tapi… emh, bagaimana ya? Ziya sedang malas membuka mata tuh. Bukan malas sih. Lebih tepatnya tidak mampu. Badannya benar-benar kaku. Gerak sedikit saja tulang-tulangnya beresonansi menimbulkan ngilu. Rasanya ia ingin hibernasi panjang seperti beruang.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Where stories live. Discover now