10. Rencana Sesat

50.1K 4.2K 68
                                    

Sengaja taro di sini biar gak langsung di sroll. Vote komen ygy. #maksa

Happy Reading

Ziya mengerjap dua kali. Alih-alih menanggapi. Ia mengambil gelas porselin itu lalu meminum isinya.

Satu kata untuk situasi ini. Mati kutu!

Diamnya Ziya diartikan berbeda dengan Lukas. Ia pikir istrinya masih kekeuh menentang pernikahan ini. Seperti biasa, Lukas akan menghabiskan banyak waktu di luar agar istrinya tidak terusik dengan keberadaannya.

"Aku akan memantau benteng Foxie. Besok aku akan berangkat. Kali ini setidaknya butuh waktu sebulan. Kau bebas. Kali ini jangan menimbulkan rumor lebih jauh selama aku pergi," tekan Lukas. Ya, karena Lukas tidak bisa menahan amarah keluarga Trancy yang tertuju pada istrinya terus menerus.

"Nikmatilah waktu mu," lanjut Lukas. Ia berdiri. Hendak melangkah sebelum ujung bajunya terasa ditahan.

"Itu.... sebelum kau pergi. Bolehkah aku minta sesuatu?"

Jarang sekali. Batin Lukas. Mengingat segala keperluannya sudah diurus oleh kepala pelayan. Baiklah, mari dengarkan tuan putri ini sebelum pergi. Lukas pun duduk kembali.

"Tergantung apa keinginan mu. Jika itu merugikan keluarga. Aku tidak mungkin mengabulkannya."

"Hais! Tenang saja!" ujar Zita yakin sambil mengkibaskan tangan. "Permintaan ku sangat amat menguntungkan keluarga kita."

Lukas menaikkan satu alis. "Baiklah, apa keinginan mu?"

"Bayi! Aku mau bayi!"

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Padahal teh itu belum masuk ke tenggorokkan. Baru sampai di depan mulut. Karena terkejut Lukas sampai tersedak.

"H-hei... kau baik-baik saja?"

Lukas melebarkan jari. Mencegah istrinya agar tidak mendekat. Setelah netral hati dan pikiran barulah Lukas membenarkan duduknya.

"Apa kau bercanda?!"

"Tidak!"

"Uh...." kepala Lukas semakin pening dibuatnya. Masalah lupa ingatan saja sudah membuatnya kelimpukan. Sekarang dia minta sesuatu yang mustahil.

"Biar ku perjelas ini." Imbuh Lukas. Ia harus mengakhiri pembicaraan gila ini dan pergi. "Aku tidak mau kau menyalahkan ku seperti yang sudah-sudah setelah ingatan mu kembali. Kita bukan suami istri sungguhan. Kau tahu itu! Apa harus ku perjelas setiap point larangan yang kau tulis dulu?!"

Sekali lagi Lukas berdiri. "Jangan minta aneh-aneh! Kau akan menyesal!"

"Tung--"

Percuma, Ziya tak dapat menahan Lukas pergi. Ia hanya bisa memandang punggung lebar itu kian menjauh. Ah, Ziya tidak tahu sedalam apa Lukas membenci Lilyana. Dari responnya tadi, sepertinya Lilyana tidak punya harapan.

"Ih! Tapi itu kan Lilyana. Aku kan Ziya! Pokoknya aku harus punya anak!"

"Duke Lukas! Tunggu!" pekik Ziya. Berlari mengejar langkah Lukas. Selaniutnya bayangkan saja sendiri. Betapa tidak tahu malunya Ziya minta ditiduri Lukas.

Hadeh!

***

Malam harinya. Terpantau Ziya mengobrak abrik lemari baju. Saat masuk, Rahel dibuat menganga sejenak kemudian kembali datar.

Tiada hari tanpa kerusuhan Nyonyanya. Yah, begitulah hari-hari penuh stress. Melayani orang dewasa tapi seperti melayani bocah.

Rahel menghela nafas. Seenak jidat ia duduk sambil menyilangkan kaki di kursi. Kebalik, yang bos siapa yang pelayan siapa. Dengan bertopang dagu. Rahel terus memandangi kegiatan majikannya. Seperti kucing mengacak-acak lemari pakaian.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang