Aluna 1

130K 5.1K 220
                                    

𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣




Aluna Lavanya Andrie Gadis dengan mata hitam kecoklatan disertai kelopak mata tipis, pipi tembam, hidung mancung, dan bibir pink tipis itu mengikat rambut panjangnya menjadi satu lalu bergegas lari meninggalkan kamar dengan ruang terbatas miliknya.

Ia meraih almamater miliknya lalu mengecek arah jarum jam sekarang, maniknya melotot begitu sekarang sudah pukul 08.30

"Sial telat lagi gue kalo begini," keluhnya, dengan bergegas ia berjalan kearah dapur guna mengambil sebuah taperwer berisi sarapan buatannya. "Hehe, gasabar gue ngasih hasil tangan gue ke dia."

Tempat yang ditinggalinya bukanlah rumah melainkan sebuah kos-kosan kecil dengan ruang terbatas, Aluna harus dipaksa mandiri sejak kedua orang tuanya mengusir gadis itu dengan alasan hukuman karena Aluna sering melayap malam-malam, padahal Aluna tau kebenaran sebenarnya jika keduanya malu untuk mengakui gadis itu sebagai anaknya, tentu saja. Apa yang akan media katakan jika mengatahui anak dari seorang presedir dan dokter terkenal adalah seorang berandalan nakal sepertinya? Apalagi Aluna adalah seorang perempuan yang diharuskan bersikap anggun dan lemah lembut.

Tapi Aluna mulai terbiasa, bahkan ia kadang ingat kadang tidak dengan kedua orang tuanya dikarenakan mereka tidak pernah mengabari gadis itu seolah tak peduli Aluna akan seperti apa diluaran sini, latar belakang Aluna adalah anak dari orang kaya namun kurang akan kasih sayang keduanya dan ia juga tidak pernah menggunakan marga Andrie sendiri hanya demi dihormati orang-orang.

Kini Aluna sudah siap sepenuhnya.

"Aelah! ongkos naik angkot gue gacukup kalo cuman segini, terpaksa gue harus pake jurus langkah seribu lagi," decak Aluna yang kini berdiri diluar pintu, ia mengecek uang sakunya yang ternyata kurang.

Tak ada pilihan lain, Aluna segera berlari meninggalkan halaman kosnya.

Genangan air yang ada dijalanan terciprat begitu kaki bersepatu nya menginjak air tersebut, sepertinya hujan turun tadi malam.

Setelah sekian menit kini gadis itu berhenti didepan sebuah gerbang bertuliskan Scholl Dream diatas plangnya, Aluna menopang tubuhnya dibawah lutut dengan nafas naik turun.

"Ck, udah ditutup. Gapapa kan ada jalan rahasia," kekehnya tersenyum jail, Aluna memilih melewati jalan belakang sekolah yang dimana terpasang tembok tinggi disekelilingnya.

Dengan cerdik ia memanjat pangkal pohon sebelum meloncat ke dinding tersebut, matanya memicing dengan tangan dibuat seolah teropong untuk mengecek jika tidak ada siapapun dibawah sana.

"Aman," senyumnya merekah, Aluna membalikan badannya dan perlahan turun secara hati-hati dari tembok ini. "Pinter banget gue ckck, untung ga ada guru disini."

"Siapa bilang?"

Deg!

Sial! Suara berat dari belakangnya membuat Aluna meringis pasrah lantas berbalik dan memamerkan deretan gigi putihnya begitu melihat sang guru idaman lah yang kembali memergokinya.

"Eh? Pak Gama ko bisa disini? Sama saya lagi apa jangan-jangan ini yang namanya jodoh?!" tawanya centil sembari menyampirkan helaian rambut kebelakang telinga.

Sebisa mungkin Aluna selalu bersikap anggunly jika didepan guru idamannya ini, namanya Gama Atharizz Calief salah satu guru berusia matang yang telah lama Aluna incar, ia selalu berusaha mengambil perhatian pria bermata dingin itu, meluluhkan bongkahan es batu dalam hatinya karena memang Gama adalah tipe idealnya sekali.

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang