Aluna 16

48.9K 2.9K 284
                                    

𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣


•••







"Siapa yang telah menghajar kalian ditengah malam seperti ini?!"

Motor-motor itu adalah milik para polisi yang biasa bertugas dimalam hari sekitar tempat kejadian, begitu mendapatkan sinyal aneh ketiganya langsung berhenti disini dan membantu para anak remaja yang babak belur tersebut.

Archio memegang perutnya yang masih terasa ngilu akibat tendangan mereka, dirinya melirik Alastair yang lebih memprihatinkan namun bisa-bisa nya pria itu memasang wajah santai sembari terus menyerka darah dari sudut bibirnya yang robek.

"Ada beberapa kelompok pria yang menghajar temanku, dengan inisiatif aku mencoba menolongnya namun sial karena kalah jumlah kami harus tumbang," ungkap Archio tak tau jelas apa yang terjadi, ia kesal karena Alastair hanya diam saja sedari tadi.

"Baiklah, kami akan mencari jejak para prusuh itu. Sebaiknya temanmu segera dilarikan kerumah sakit, dia tampak lebih parah," ungkap salah satu polisi berkulit hitam menepuk pundak Archio. "Lain kali jangan berkendara dimalam hari, itu sangat membahayakan."

Setelah mengatakan itu ketiganya segera berpencar mencari orang-orang tersebut, Archio mendengus melihat keterdiaman Alastair yang sibuk memandangi cincin di jemarinya.

"Sebaiknya kau ikut denganku keMension, keluargaku tidak akan pulang malam ini jadi kau bisa menginap sembari memulihkan kondisi tubuhmu As," Alastair menoleh melihat mobil kuning yang berada tepat dua puluh kaki didepannya.

Tanpa menolak Alastair melangkah lebih dulu dan membuat Archio menatap punggungnya tak percaya.
"Kenapa kau malah berjalan lebih dulu! Aku pemimpinnya disini harusnya aku--"

"Adikmu menangis."

Jawaban Alastair yang terkesan dingin membuat Archio tersadar dan segera berlari membuka pintu mobilnya.

Begitu dibuka, wajah sembab Aluna terlihat menatapnya penuh kesal sekaligus khawatir.
"Apa adikku ini menangis? Apa yang membuatmu menangis seperti ini? Katakan?"

Dengan penuh kehati-hatian Archio memegang kedua pipi Aluna, Alastair disebelah nya terus merekam detail semua ekspresi menggemaskan gadis sipit itu.

Aluna yang masih terduduk didalam mobilnya perlahan mengeluarkan isakan yang sedari tadi ia tahan, dengan terisak-isak dirinya mencecari Archio penuh amarah.
"Pria bodoh! Harusnya kau tidak membahayakan dirimu sendiri sialan! Jika saja mereka tadi melepaskan tembakannya kau bisa mati!!! Kau bisa matii!"

Senyum senang diberikan Archio, melihat adiknya yang seperti ini karena mengkhawatirkan pria itu membuat kadar bahagia dan terharu dalam hati Archio meletup-letup mengalahkan rasa sakit diperutnya.

"B--baiklah... don't cry anymore baby... Aku bisa di pukul Mommy jika melihatmu menangis seperti ini lagipula aku benar-benar tidak apa-apa, aku meminta maaf dan berjanji tidak akan gegabah seperti tadi," Archio berjongkok mencium lengan Aluna. "Jika adikku masih marah, bagaimana kita akan menyelamatkan dia?"

Aluna mengikuti arah tunjuk rahang Archio pada Alastair yang berdiri disamping Kakanya, mata gadis itu membulat terkejut karena wajah Alastair yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Dia akan menginap dirumah kita untuk semalam ini, bagaimana?" pertanyaan Archio diangguki cepat oleh Aluna.

"Iya, ayo masuklah!" ucapnya sedikit meringis melihat wajah tampan Alastair yang terluka oleh beberapa bekas pukulan.

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang