Aluna 46

14.7K 1K 120
                                    


𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣





•••










Brak!

"Tidak bisakah kau becus dalam mengajariku Bedebah!"

Edgar yang berdiri disisi meja hanya bisa menarik nafas diam-diam mendengar gertakan disertai gebrakan meja oleh Tuannya, pasalnya pagi sekali pria itu menyuruhnya untuk mendatangkan juru bahasa yang mana membuat Edgar heran.

Guru paruh baya didepannya berkali-kali tersentak membenarkan kacamata baca nya yang melorot.
"T--tapi Tuan memang salah, c-coba sekali lagi."

Sudut mata Samuel menajam disertai tubuh yang perlahan rileks, ia kemudian berdecak sebelum mengucapkannya dengan ragu-ragu.
"S--aya... San-gat? Cinta--"

"Mencintaimu, Tuan," larat pria yang duduk didepannya, ekspresi Samuel kembali kesal hingga pria itu melempar buku-buku berjudul KBBI didepannya. "Tuan tidak boleh--"

"Ini semua salahmu! Kenapa bahasa ini lebih sulit daripada bahasa Italia?!" bentak Sam, Edgar memijit pangkal hidungnya lelah akan semua prilaku emosional Tuannya.

"Tuan... Coba kata apa saja yang Tuan ingat?" usul Edgar membuat Samuel menoleh kemudian mengernyit berfikir.

"Ah, benar sekali," ucap pria tua itu menghela nafas sabar.

Tak lama Samuel tersenyum sumringah sembari menjentikan jarinya.
"Sialan, brengsek, bajingan, anjing, dan satu lagi... Bangsat!"

Entah apa yang diucapkan Tuannya tapi Edgar lihat pria berstatus pengajarnya itu terbelalak syok menyentuh dadanya.
"Tuan... Kenapa hanya kata umpatan yang Tuan hafal?! YaTuhan itu tidak boleh diucapkan!"

"Kau ini kenapa serba salah?! Aku memang menghafalnya untuk memaki orang yang tidak berguna sepertimu!" alibi Samuel melirik sinis wajah keduanya. "Kurasa sudah cukup, aku akan memanggil guru yang lebih ahli daripada kau! Get out!"

Tanpa kata, pria itu berdiri mengangguk bersyukur untuk membereskan barangnya. Dia bersumpah tak akan ada guru yang mau membimbing murid seperti--

"Kau mencoba mengumpatiku?!" bak cenayang Samuel kembali menggertak nya.

"H--haha... Tidak Tuan, kalau begitu saya permisi dahulu semoga hari anda menyenangkan..." pamitnya memilih undur diri.

Begitu pria itu keluar Samuel menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dengan mata terpejam, jemarinya bergerak seirama diatas sana.
"Aluna Lavanya Andrie... Putri satu-satunya yang disembunyikan oleh keluarga tak berguna Andrie? Edgar."

Edgar yang dipanggil segera mendekat.
"Iya Tuanku?"

Samuel membuka kelopak mata indahnya dengan kerutan halus.
"Kau tau kematian dari putri keluarga Andrie yang telah bangkrut itu?"

"Tau Tuan, usut punya usut jika putri mereka dibuang sampai akhirnya ditemukan meninggal karena bunuh diri. Tapi, keluarga Andrie tak mengetahui dimana pemakaman putri mereka, seolah-olah seseorang telah menyembunyikan semuanya Tuan," jelas Edgar membuat riak kejutan diwajah Samuel terlihat.

Samuel menatap keluar jendela yang tampak memamerkan sinar matahari dimusim negara ini, dirinya menopang dagu berfikir dan menyambungkan semua hal yang ia ketahui mengenai jiwa asli didalam tubuh Aluna.
"Keluarga Andrie masih hidup bukan?"

"Masih Tuan, tapi Nyonya besar mereka yang dulu berprofesi sebagai dokter kini memiliki kelainan mental semenjak putrinya meninggal. Bahkan dia dirawat dan dikurung didalam kamar, itu berita yang saya dapat."

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang