Aluna 37

18.6K 1.3K 70
                                    

𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣








•••


Entah untuk yang keberapa kalinya Andrew mengecup wajah putrinya yang kini ia dekap tak peduli jika mereka tengah berada di dalam kendaraan, pria gagah itu bersyukur Aluna kembali dalam keadaan baik-baik saja bahkan tubuh Aluna tampak lebih berisi, ia terdiam memikirkan perlakuan apa yang diberikan pria itu selama putrinya disana?

"Dad?" Cicit Aluna yang menyandarkan kepalanya didada pria itu dengan tubuh diselimuti kain hangat dan lembut dari Savero.

"Apa hm? Ada yang sakit? Katakan pada Daddy," jawab cepat Andrew mengusap pipi merah Aluna karena cuaca dingin, tapi putrinya itu malah menggeleng pelan. "Lalu apa?"

"Daddy gak pegel? Aku sudah dewasa--"

"Tidak, putriku tidak akan kubiarkan dewasa begitu cepat, tidak," Andrew menggeleng menegakan tubuhnya sedikit dengan merengkuh lebih erat tubuh Aluna sembari menyandarkan pipinya dirambut gadis itu. "Kamu menghilang selama berhari-hari membuat ku benar-benar merindukan putriku sendiri dan hanya karena pelukan pelepas rindu ini Daddy akan berkata pegal? Jawabannya tidak sweetie."

Aluna tersenyum, hatinya benar-benar menghangat mendapatkan pelukan penenang ini begitu dengan Savero yang fokus mengemudi kan mobil mereka.
"Mungkin kita harus menuju rumah sakit dulu."

"Kenapa Uncel? Siapa yang sakit?" Tanya Aluna penuh desakan, ia melirik Daddy nya yang menampilkan wajah lelah. "Dad?"

"Opa terkena serangan jantung sayang, dan sampai sekarang dia tak mau membuka matanya dan hanya mengandalkan makanan melalui alat medis," ungkap Andrew dibalas mata syok Aluna, menyadari kekhawatiran putrinya pria itu segera tersenyum menenangkan. "Jangan khawatir, Opa sudah baik-baik saja sekarang. Mungkin dia hanya merajuk dan ingin cucunya sendiri yang membangunkan."

"Tapi--"

"Dia tidak menyakitimu kan sayang?" Sela Andrew mengalihkan perhatian Aluna, gadis itu menundukan pandangannya namun ditahan jemari Andrew. "Lihat Daddy dan bicaralah."

"Dad... Samuel itu psikopat."

Detik itu juga Andrew melepaskan pelukannya dan beralih menilik anggota tubuh Aluna.
"Dia melukaimu?! Katakan diamana--!"

"Aihh bukan! Denger dulu jangan menyela terus!" Cibik kesal Aluna menutup mulut Daddy nya yang kelewat berlebihan itu. "Dia gak melukai ku, cuman Aluna baru tau kalau dia lebih gila dari siapapun sampai asal bunuh orang."

Andrew cukup bernafas lega, tapi ia hanya bisa menahan gejolak panas didalam hatinya karena pria sialan itu membuat mata suci putrinya ternodai.
"Maaf sweetie, kamu pasti tertekan selama disana, maafkan kelemahan Daddy yang tidak becus menjaga mu."

Savero lihat gadis itu menggeleng ribut atas ucapan Andrew.
"No, Daddy gak bersalah sama sekali. Harusnya aku yang minta maaf, semuanya tak akan terjadi jika bukan karena ku. Dad, apa kesalahanku sedalam itu pada mereka sampai membuat Samuel begitu terobsesi memiliki ku layaknya aku padanya dulu? Apa ini semacam ajang balas dendam?"

Andrew terdiam mengatupkan bibirnya, ia menatap mata hitam penuh rasa bersalah dari putrinya itu, namun belum sempat menjawab Savero lebih dulu menyela.

"Iya."

"Ver," tegur Andrew tampaknya tak dipedulikan Savero yang makin melanjutkan ucapannya melihat Aluna merespon.

"Kau sangat menyebalkan Aluna bahkan rasanya aku tak ingin mengakuimu sebagai keponakan ku, kau membuat Daddy mu menjatuhkan harga dirinya hanya untuk berlutut didepan kaki keluarga Cardelion agar mereka menerima pertunangan kalian," Aluna tertegun mendapat sindiran keras dari Savero, padahal itu bukan jiwanya.

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang