Aluna 13

54.4K 3.8K 108
                                    


𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣

•••




"Erischa! lagi-lagi kau berpakaian kesekolah seperti itu! Lebih baik tidak usah pakai baju saja!"

"Ide bagus bu nanti saya praktekik titah ibu, " jawabnya menjentikan jari tangan.

Entah untuk yang keberapa kalinya Aluna menghela nafas akan kebisingan dua orang itu, guru disini seakan tak punya harga diri dimata para anak jahanam tersebut minus dirinya ya.

Setelah Kendrick mengundurkan diri datanglah guru perempuan yang benar-benar guru menurut Aluna, karena hanya dia yang sejak tadi tak henti mengocehi cara pakaian mereka.

"Bisakah kau berhenti mentapku hah? Otakku sudah hampir meledak karena perdebatan mereka dan sekarang ditambah kau orang asing!" desis Aluna mengetuk meja dekat Leo untuk mengekspresikan seberapa kesal dirinya saat ini. "Menyesal aku bersekolah disini."

"Kau akan terbiasa disini, karena sekolah manapun yang kau pilih tak akan jauh beda, mungkin jika dirate mereka berada diangka 8 dari 10," ungkap Leo, ia sedikit tak percaya jika Aluna akan melupakan wajahnya begitu saja, Leo mendekatkan wajahnya yang disambut delikan tajam Aluna. "Kau... Benar-benar tidak mengenalku Aluna? Atau hanya berpura-pura."

"Kau gila? Jelas aku tidak mengenali wajahmu kau orang asing! Menjauh sebelum aku mencolok matamu dengan pena ku," ancam nya lalu mengernyit aneh karena Leo malah tersenyum sembari memiringkan kepalanya. "Apa kau tidak takut? Aku benar-benar akan mencolok matamu!"

Tatapan lekat Leo seperti membius nya, entah kenapa Aluna merasa ada sorot rindu di manik berwarna spektrum memikat itu.

"Kenapa kau bisa se menggemaskan ini hm?" lirih Leo bersuara rendah yang mana membuat Aluna berusaha mengalihkan tatapannya kelain arah.

"Aluna!"

Cup!

Aluna tertegun sempurna entah oleh ciuman di pipinya atau oleh panggilan sang guru didepan, apa barusan Leo yang menciumnya?! Baiklah, tidak ada yang melihatnya kan?

Leo bangsat! Ngapain lo cium-cium gue anjir!

Ia menarik nafas mencoba sabar saat ini sebelum mendelik wajah biasa pria disampingnya seakan tak terjadi apa-apa.

"Kalian harus mencontoh Aluna, cara berpakaian dia terlihat lebih rapih dan manis. Mencerminkan anak sekolahan yang baik, bukan malah seperti ini!" kita panggil saja guru ini Grisha, Aluna lihat mereka hanya memutar malas bola matanya.

"Dia hanya anak cupu asal ibu tau, dan sepertinya masih virgin," jawab salah satu siswi dari mereka meniup kuku jari panjangnya.

"Dia virgin karena tak laku, tidak ada pria disini yang mau dengan gadis tak berpengalaman itu, bahkan tidak ada yang menarik dari wajahnya," sambung Isabel melirik wajah Aluna yang kini menampilkan merah alami di kedua pipi putihnya.

Bukan merah karena malu, tapi itu adalah reaksi alami tubuhnya jika Aluna tengah menahan marah.

"Aku merekomendasikan kau agar oprasi wajah saja, mata kecilmu perlu diberi kelopak mata lagi agar terlihat besar, dan bibirmu juga kurang tebal sayang... Dan apa-apa itu? Seragam gembel yang kau pakai?" ledek Ketty membuat beberapa orang di sampingnya ikut membully fisik Aluna.

"Ey! Gadis asia, seberapa bagusnya tubuh kurusmu itu sampai harus ditutup seluruhnya, setidaknya bukalah kancing seragammu agar aku bisa melihat payudaramu-eh atau jangan-jangan kau tidak punya sama sekali?" tatapan mesum diberikan pria berambut pirang disusul tawa teman-temannya.

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang