Gama terbangun bingung menatap ubin putih serta bau khas obat disekitarnya, pria itu mengerjap beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya.
"Kau sudah bangun? Aku menemukan mu tergeletak diparkiran malam tadi dan langsung membawamu kesini, sekarang bagaimana? Apa kau sehat?" pertanyaan beruntun wanita disebelahnya membuat Gama menoleh.
"Siapa kau?" ia ingat jika malam itu dirinya pingsan karena tak kuat menahan sakit, Gama tiba-tiba teringat dengan Aluna. "Dimana ponselku? Kemarikan!"
Wanita dengan surai hitam lurusnya itu memberikan ponsel Gama yang ia sakui. "Ck, bukannya berterimakasih. Harusnya kau istirahat dengan baik bukan malah bermain ponsel, kenalkan. Namaku Stephanie Thea."
Gama tak menyaut, dirinya masih sibuk menghidupkan ponselnya kembali untuk memeriksa jika Aluna membalas pesannya tapi ternyata tidak. "Kau kemana sayang? Kumohon berikan aku penjelasan dari ucapanmu itu, jangan menghilang secara tiba-tiba seperti ini kau membuatku khawatir Aluna."
Stephanie berpura-pura menepuk-nepuk nyamuk di udara. "Baiklah sepertinya tugasku sebagai manusia untuk saling menolong sudah selesai, biaya rumah sakitnya belum ku bayar jadi kau harus membayarnya sendiri, aku tidak mau rugi dengan memberi keringanan pada orang asing yang tidak tau berterimakasih."
"Tunggu," ujar Gama menghentikan langkah wanita itu. "Terimakasih kau telah menolongku."
"Nama mu?"
"Gama," balas singkat Gama sebelum wanita itu kembali pergi, wajahnya sudah diobati oleh dokter. "Sebaiknya ku datangi Mansion Alexius, benar. Aku harus berbicara dengan Aluna."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Andrew dan Savero yang harus terbang kembali kesini nekad mendatangi Mansion besar Anthalleo langsung, Mansion yang begitu ketat akan penjagaan itu jelas menghadang mobil hitamnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
