[22] | Kehidupan

2.6K 131 1
                                    

Happy reading!

***

"Oh ya Vin, kalo beneran ini raga gue. Jiwa yang sebelumnya gantiin raga gue ini sekarang kemana?"

Mereka kini sedang berjalan menuju parkiran, dengan tangan saling bertautan dan Sienna yang mengayun-ayunkan tangan mereka dengan riang.

Davin menoleh pada Sienna saat mendengar pertanyaan Sienna. "Jiwa itu hilang karena pemiliknya kembali dan juga karena kamu semakin mendominasi tidak selemah saat koma, yang membuat jiwa itu lemah dan menghilang"

"Oh gitu... Lo tau itu semua karena Dukun itu juga?"

"Iya"

"Terus-terus- hidup gue sebagai Nara gimana? Raga Nara disana gimana?"

"Raga Nara disana tidak bisa melanjutkan hidupnya, karena jiwa asli Nara telah mati sejak kamu menempati raga itu,"

"Dan juga karena raga nya tertabrak saat jiwa kamu mengalami penarikan untuk kembali ke raga kamu disini"

"Karena si Dukun juga!? Jadi pas gue jongkok ditengah jalan, jiwa gue ke raga ini. Dan raga Nara tertabrak gitu!? Tubuh gue-"

"Tubuh orang lain Sienna, raga kamu disini sama aku"

"Gitu ya? Oh ya Vin gue-"

"Aku, Sienna." Potong Davin.

"Enakan gue"

"Biasain aku"

"Iya deh aku aku aku, tuh udah ye"

Karena gemas dengan tingkah Sienna, Davin mencubit pipi Sienna gemas dengan tangannya yang satu lagi.

"Sini"

Davin menarik Sienna mendekat lalu memakaikan Sienna helm. Setelah selesai Davin menaiki kendaraannya begitupun Sienna.

Selama diperjalanan pulang, Sienna celingak-celinguk memperhatikan sekitar, tapi setelah diperhatikan lagi jalan yang Davin tempuh bukanlah jalan menuju rumahnya. Sienna langsung menepuk bahu Davin.

"Eh Vin, rumah gue kan bukan jalan sini."

"Memang bukan"

"Terus ini mau kemana?"

"Apartement"

"Ih gue mau pulang aja kerumah"

"Gaboleh"

"Gue mau pulang"

"Pulang ke apartement aku aja, bukannya dirumah kamu ada Clara?"

"Gapapalah, ayo anter pulang"

"Iya, pulang ke apartement aku"

"Besok aja, sekarang ada yang mau gue cari"

"Serius besok?"

"Iya dua rius deh!"

"Nginep ya"

"Iya iya ngineeep, sekarang anter dulu pulang"

"Ck oke"

Davin lalu memutar arah kendaraannya menuju arah rumah Sienna. Sepanjang perjalanan Davin hanya diam, dengan raut suram. Sienna hanya tersenyum geli melihat raut wajah tidak mengenakan Davin. Sienna tidak mengucapkan apapun selama perjalanan pada Davin, walaupun terlihat olehnya Davin yang tidak rela dirinya pulang.

Sesampainya didepan gerbang rumahnya, Sienna lantas turun dari kendaraan Davin. Dia berpamitan pada Davin lalu hendak berjalan ke dalam rumahnya, namun langkahnya terhenti karena Davin menahan tangannya.

"Kenapa?"

"Kalo ada apa-apa langsung telpon ya" Davin memperlihatkan raut khawatir yang kentara, berbeda dari sebelum-sebelumnya yang tidak terlalu menunjukan ekspresi pada Sienna.

Sienna lantas mengangguk mendengar ucapan Davin, dia tersenyum lalu menepuk kepala Davin pelan. "Siap pak bos"

Sienna melepaskan pegangan Davin pada tangannya lalu berjalan mundur dengan tangan melambai-lambai pada Davin dengan riang.

"Hati-hati"

Sienna terkekeh mendengar ucapan Davin, dia tetap berjalan mundur, lalu saat sudah dekat dengan pintu rumahnya, dia kembali melambaikan tangan cepat lalu membalikan badannya dan masuk ke dalam rumah.

Sedangkan Davin hanya diam melihat tingkah aneh Sienna, dia mengulum senyum. Lalu menyalakan mesin kendaraannya, dia kembali menoleh pada pintu yang tertutup lalu melajukan kendaraannya.

Di sisi lain, Sienna telah masuk ke dalam rumahnya dan melihat orangtuanya dan juga Clara yang berada di ruang TV sedang menonton bersama sembari bersanda gurau dengan Clara yang berada di tengah-tengah mereka.

Sienna hanya menatap interaksi itu dengan datar, dirinya tidak menyangka jika memang ini adalah kehidupan dirinya yang sebenarnya. Jika ingin memilih dia ingin kembali ke kehidupan nya sebagai Nara, disana walaupun dirinya tidak memiliki orangtua tapi dia dikelilingi orang-orang yang baik. Tapi disini, belum apa-apa sudah disajikan hal hal yang tidak masuk akal.

Sienna mendengus lalu kembali melanjutkan jalannya menuju kamarnya. Dipertengahan jalan Sienna harus menghentikan langkahnya karena suara menggelegar dari Mona.

"Bagus! Kamu bikin Clara sakit dan ngga pulang seharian, terus sekarang pulang. Ngga malu?!"

"Ngga tuh" saut Sienna cuek, entah kenapa dia sebal dengan Mona dan tidak peduli jika dirinya tidak sopan. Suasana ini tidak benar, sangat-sangat berbeda dengan memori yang dia dapat dari jiwa sebelumnya.

"Berani-beraninya kamu sama Mami! Kamu tau-"

"Nggak tau Mih, aku capek entar lagi ya marah-marahnya. Mau tidur, butuh tenaga" Potong Sienna, lalu dia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya, tidak memperdulikan teriakan Mami nya.

Sienna memasuki kamarnya lalu menutup kamarnya dengan keras. Dia tadi melihat raut wajah Clara yang menyebalkan saat tadi Sienna berdebat dengan Maminya. Dirinya benar-benar harus mencari tau sangkut pautnya Clara di hidupnya, selain bahwa Clara adalah anak Papi tirinya. Dan ngomong-ngomong soal papi tirinya, selama Sienna dimarahi entah hari ini atau kemarin, tidak ada suara pembelaan dari Papi tirinya itu padanya.

Sienna mendengus lalu mengedarkan pandangan ke segala arah ruang kamarnya. Dia berjalan menuju tempat tidurnya, lalu menyimpan tas nya disana dan mulai mencari ke segala penjuru ruangan untuk menemukan Diary nya.

Setelah mencari beberapa puluh menit, Sienna mendapatkan Diary nya di dalam rak baju. Dengan cepat Sienna kembali ke tempat tidurnya dan mendudukan dirinya disana, dia lalu membuka halaman pertama dari Diary itu.

Clara menyebalkan, aku tidak memiliki salah apapun tapi dia selalu mengganggu ku.

Sienna mengerutkan keningnya bingung, maksudnya dari SMP Clara sering mengganggu nya? Tapi kenapa saat SMA Clara tidak menganggu nya ya? Sienna lantas kembali membuka lembaran baru di diary itu.

Aku nggak merebut cowok yang disukai Clara, tapi kenapa aku yang disalahkan.

Sienna kembali mengerutkan keningnya, kenapa sebagian besar isi diary ini tentang Clara?

Aku senang memiliki keluarga yang menyayangiku, mami dan papi sangat memanjakanku. Tapi akhir-akhir ini suasana rumah sedikit berbeda, kenapa ya...

Sekarang aku tau kenapa Clara slalu memperlakukanku seperti itu, itu semua karena...

Karena? Karena apa? Sienna memberenggut kesal karena lanjutan dari Diary itu hilang tersobek. Menyebalkan.

Sienna membolak balik halaman, mencari lanjutan dari kata tersebut. Tapi tidak juga didapatkan nya.

Bukannya mendapatkan petunjuk, Sienna malah semakin kebingungan. Dia menyimpan diary itu serempangan lalu membaringkan tubuhnya ditempat tidur lalu menatap langit-langit kamar. Dia harus mencari hal-hal lainnya, tapi sebelum itu Sienna ingin beristirahat dulu. Dengan perlahan mata Sienna tertutup dan memasuki alam mimpi.

To Be Continue

COME; SIENNARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang