[27] | Gagal

2.3K 126 1
                                    

Happy Reading!

***

Sienna berjalan menuju Davin yang masih menunggu nya di depan rumah, dia kini berhadapan dengan Davin. Sienna hanya diam, sedangkan Davin mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Davin, Sienna malah menghamburkan badannya memeluk Davin. Davin yang awalnya terkejut dengan tindakan Sienna kini hanya tersenyum kecil lalu membalas pelukan Sienna dan mengusap punggung Sienna lembut.

"Kenapa hm?"

"Gagal maning Vin"

"Gagal?"

"Iya, Mami gue udah tau keburukan Bapa Clara dan juga tau Bapa nya Clara awalnya nikah karena harta Mami gue. Mami gue nerima mereka" lesu Sienna.

Davin mengusap-usap punggung Sienna lembut, lalu Davin mencoba melepas pelukan Sienna untuk melihat raut wajah Sienna. Dia menangkup wajah Sienna dengan tangannya dan mengelusnya lembut. "Jangan sedih"

"Ngga sedih, tapi ngerasa sia-sia aja kalo gini. Kalo tau begini mending gue foya-foya kan?" Sienna kini menampilkan raut wajah sebal.

Davin tersenyum kecil, tapi tidak menjawab ucapan Sienna. Dia hanya tetap mengusap pipi Sienna lembut. Hening beberapa saat, tidak ada yang berbicara sedikitpun, mereka juga masih berada di depan rumah Sienna.

"Davin"

"Mm kenapa?"

"Terus sekarang gimana?"

"Apanya?"

"Hidup gue"

Davin terkejut dengan ucapan asal Sienna, dia menyentil dahi Sienna tidak terlalu keras. Sienna cemberut lalu mengusap dahi nya yang di sentil Davin.

"Jangan asal bicara" Davin lalu melepas tangan Sienna dari dahi nya lalu digantikan oleh tangan Davin yang mengusap dahi Sienna lembut.

"Nanti kita cari jalan keluarnya, sekarang kita pulang ya?"

"Kemana?"

"Ke apartement aku"

"Hmm ayodeh ngantuk juga pengen istirahat"

Davin tersenyum, lalu memakaikan Sienna helm dan menyuruh Sienna naik ke kendaraannya, setelah melihat Sienna naik, Davin lalu menjalankan kendaraannya menjauhi kawasan rumah Sienna.

Di balik gorden, Clara melihat interaksi Davin dan Sienna, dia lalu menyeringai. "Davin lumayan juga ya?"

***

Sesampainya dikediaman Davin, Sienna melenggang masuk dan menidurkan dirinya diatas sofa. Davin sendiri berjalan menuju dapur untuk mengambil air untuk Sienna.

Saat Davin kembali, dia masih melihat Sienna yang berbaring di atas sofa dengan tangan tertelungkup menutup matanya. Davin lalu menyimpan air putih di meja depan sofa.

"Minum dulu Sienna"

"Hmm"

Sienna hanya bergumam dan tidak beranjak dari posisi nya, Davin yang melihat tingkah aneh Sienna mengerutkan keningnya. Ini pertama kalinya dia melihat Sienna yang begitu pendiam dan lesu, dia merasa tidak nyaman dengan sikap Sienna. Davin lalu berdeham.

"Sienna ayo minum, tidur di kamar jangan disini. Nanti badan kamu sakit"

"Iya-iya" Dengan malas Sienna bangun dari tidurannya dan mendudukan diri di sofa.

Sienna menatap Davin dengan mata sayu, lalu mengambil air minum itu dengan lesu. Setelah meminumnya Sienna kembali menyimpan gelas itu di atas meja.

"Kamu kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Keliatan lemes, kamu sakit?" Davin lalu mendekatkan dirinya dan menempelkan punggung tangannya pada kening Sienna. Tidak panas.

"Ngga panas kan? Emang ngga sakit tau!"

"Terus kenapa, cerita"

"Gatau lagi ngga mood aja" Setelah mengucapkan itu dia kembali menggulingkan dirinya ke sofa.

Davin hanya diam melihat Sienna yang tidak bersemangat, dia mulai memutar otak mencari cara agar Sienna kembali seperti Sienna yang dia kenal.

Setelah memikirkan nya beberapa saat, Davin kini menyunggingkan senyum nya saat mendapatkan ide untuk membuat Sienna tidak se murung ini lagi.

"Sienna"

"Hmm"

"Main games mau?"

"Games apa?"

"Tebak kata"

"Ngga seru!"

"Yang menang bisa minta apapun yang dia mau" Lanjut Davin.

Mendengar kata terakhir Davin, Sienna langsung membuka matanya lalu menoleh pada Davin.

"Serius?"

"Iya, serius"

"Oke deal! Kalo gue menang turutin apa yang gue mau ya"

"Emang yakin bakalan menang?"

"Yakin dong, ayo!"

Sienna sudah beranjak dari tidurannya dan duduk saling berhadapan dengan Davin. Saat Davin hendak memulai tebak kata melalui gerak tubuhnya, Sienna langsung mengangkat tangan.

"Tunggu bentar! Kalo yang kalah hukumannya apa?"

"Rahasia"

"Ih masa gituu, kasih tau dulu dong"

"Emang kenapa? Takut kalah ya" Davin bertanya dengan seringai jahil.

"Hah? Engga tuh, sok mulai mulai"

Davin tersenyum lalu mengangguk. Dia mulai menggerakkan tangannya, dia memegang hidupnya lalu menariknya seperti seakan akan hendak memanjang, saat Davin hendak menggerakan petunjuk kedua Sienna telah mengangkat tangan hendak menjawab.

"Gue tau! Pinokio yaa"

"Salah"

"Lah terus apa? Itu lo tadi pegang hidung terus memanjang kan? Itu pinokio tau!"

Davin tersenyum geli karena melihat raut wajah Sienna yang terlihat kesal. "Aku belum selesai kasih petunjuk yang lain, kamu udah jawab. Mana salah pula jawabannya"

"Emang jawabannya apa?"

"Gajah"

"Yaelaaaah"

Davin menyeringai, "Hukuman nya langsung ya, sini kamu."

Sienna menggelengkan kepala tidak mau, Davin menyeringai lalu mendekat pada Sienna, saat sudah dekat Davin mengangkat tangannya lalu melayangkan nya pada Sienna. Sienna lantas menutup mata reflek karena takut. Davin yang melihat Sienna menutup mata tersenyum, dia lalu menempelkan tangannya pada pipi Sienna lalu menangkupnya dengan kedua tangan, Sienna merasa lega karena tidak di tampar oleh Davin. Namun baru saja dia membuka matanya, wajah Davin telah berada tepat di hadapannya, hanya berjarak beberapa centi saja, saat Sienna hendak bersuara bibir Davin telah menempel dengan bibirnya.

Sienna hanya diam karena terkejut dengan tindakan Davin. Sedangkan Davin, setelah mencium bibir manis Sienna dia menjauhkan wajahnya dan melihat raut wajah Sienna yang memerah, Davin tersenyum geli, lalu mengusap pipi Sienna lembut untuk menyadarkan Sienna kembali dari keterkejutan.

Sienna mengerjapkan matanya, saat Sienna hendak bersuara, ucapan Davin memotong nya.

"Jangan lesu terus ya, aku lebih seneng liat kamu cerewet dari pada diem."

Setelah mengucapkan hal itu Davin kembali mengecup Sienna tapi di dahi, lalu Davin melenggang pergi dengan senyuman kecil di bibirnya. Sedangkan Sienna masih membeku, dia lalu meraba bibir dan dahinya. Dirinya dicium, ciuman pertamanya di ambil oleh Davin? Davin si anak pendiam itu? Sialan Davin! Gue malu! Wajah Sienna kembali memerah, marah dan malu menjadi satu.

"DAVIIIN!"

To Be Continue

COME; SIENNARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang