7🐔

836 69 0
                                    

"Di mana anak-anak? masih main di taman?" Celetuk Wren tiba-tiba, ia melirik jam tangan yang melingkar kokoh di pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul 18.09, itu artinya, sudah waktunya untuk makan malam.

"Ga tau, tadi gue liat mereka udah masuk kamar anak Lo. Dan sampe sekarang ga keluar-keluar." Jawab Patra seraya menyeruput kopi hitamnya dengan kaki yang ia silangkan. Sungguh aestetik.

"Yodah, Lo panggil sana! Biar makan malam." Usir Wren, lalu pria bertubuh kekar itu berdiri dan berjalan meninggalkan Patra sendiri di ruang tamu dengan keadaan cengo.

"Dia mau mandi, terus gue ga ditawarin buat mandi juga? dasar temen sengklek!" Umpat Patra kesal. Ia meminum tandaskan kopi hitamnya dan berdiri juga, menyusul sang anak dan menyuruhnya untuk mandi dan makan malam.

Jarak kamar Lucas dari ruang tamu memang agak jauh, sekitar puluhan langkah. Namun karena posisinya yang lurus, membuat kamar Lucas dapat terlihat dari ujung ruang tamu.

Sepanjang perjalanan, Patra melihat-lihat dinding mansion keluarga Maleakhi tersebut. Terlihat banyak sekali pajangan di mana-mana, mulai dari lukisan abstrak yang memiliki panjang dan lebar yang lumayan besar. Ada pula pajangan lukisan pemandangan, ada patung-patung abstrak, porselen, serta..

foto Keluarga.

Itu foto keluarga Maleakhi, ia ingat betul bahwa foto itu diambil tepat sebelum kelahiran Lucas. Bahkan hari itu, Zefanya rela datang ke mansion Veddira untuk mengajak Cassandra agar melakukan foto keluarga bersama. Walau memang, jika menurut darah daging, mereka sama sekali tak masuk dalam lingkaran keluarga. Namun, karena kedua pasangan itu yang sudah berteman sejak masa bontot, membuat mereka menjadi sangat akrab dan tentunya menjadi keluarga.

Berteman sejak duduk di sekolah dasar, awalnya hanya Zefanya dan Cassandra saja yang bersahabat, namun karena Zefanya memiliki kekasih seorang Wren dan Cassandra dengan Patra, membuat kedua pria itu menjadi kompak dan saling mengenal lebih jauh.

Mulai dari hari itu, hingga saat ini. Hingga usia mereka sudah berkepala tiga. Mereka tetap akrab dan bahkan perusahaan mereka saling berhubungan.

Namun, sebuah tragedi enam tahun yang lalu. Tragedi yang merenggut nyawa istrinya dan Zefanya. Gara-gara tragedi itu, Lillian dan Lucas jadi tak merasakan bagaimana rasanya disayang sesosok ibu.

Padahal Patra masih mengingat betul kala itu saat Zefanya dan Cassandra berucap, bahwa mereka sangat tak sabar untuk mengeloni anaknya dan memberi kecupan selamat malam. Membacakan cerita sebelum tidur, atau sekedar menyuapi sang buah hati.

Tapi semua hal itu tidak terwujud, sebelum kedua wanita cantik itu melakukannya, ajal sudah lebih dulu merenggut mereka.

Kabar kematian kedua wanita sampai ke telinganya ketika ia sedang mengadakan rapat besar di perusahaan, juga Wren turut hadir di sana.

Mendengar telepon dari pihak rumah sakit yang mengatakan bahwa nyonya Veddira dan nyonya Maleakhi mengalami kecelakaan maut, Patra langsung menggebrak meja rapat dengan sangat kuat. Membuat mereka semua yang ada di sana terkejut bukan main, wajah Patra berubah drastis kala itu. Ia meremas ponselnya dengan sangat kuat hingga menimbulkan retakan halus.

Ia berdiri dan menatap Wren, detik berikutnya ia langsung menyeret Wren menuju parkiran.

"HEI! ADA APA!?" Pekik Wren tak tahu apa-apa, merasa aneh akan sikap drastis Patra.

"Zefanya dan Cassandra kecelakaan, dan kata dokter..."

Sebelum Patra melanjutkan kata-katanya, Wren sudah terlebih dahulu luruh di tempat.

"APA KATAMU!?" Teriak Wren seolah salah dengar.

"CEPAT NAIK!" Titah Patra tak ingin berlama-lama, dan Wren langsung menyusul dengan kaki bergetar.

Patra membawa mobil dengan sangat kencang, tak memperdulikan sekitar lagi karena saat ini pikirannya hanya di penuhi oleh kedua wanita yang sudah sangat ia kenali itu.

Dan setibanya mereka di rumah sakit...

Grep. Patra menoleh ke belakang, ternyata itu Wren yang tengah memegang bahu kirinya. Wren tersenyum tipis, terlihat sangat tulus. Berbeda dengan raut wajahnya yang kemarin-kemarin yang terlihat menyebalkan.

"Gue kangen mereka." Lirih Patra, dan Wren mengangguk seraya ikut menatap foto keluarga yang tertempel di dinding tersebut.

"Gue juga." Balas Wren, wajahnya yang biasanya terlihat sangat kocak dan penuh senyum kini berganti dengan raut kesedihan.

Masih tak percaya bahwa kedua wanita yang sangat ia sayangi ternyata pergi lebih dulu meninggalkan mereka. Ia sangat dan masih belum menerimanya.

***

Patra melongo, menatap tak percaya pada pemandangan yang ada di depannya saat ini. Inikah Lucas yang katanya sangat anti akan orang lain? Bahkan ayahnya sendiri tak pernah tidur sekasur dengannya karena permintaan Lucas sendiri yang anti sosial.

Namun lihatlah ini, Lucas? Tidur dengan keadaan sangat nyenyak dengan Lil di tempat tidur yang sama?

"Woi, ini beneran anak Lo?" Tanya Patra pada Wren yang sedang berdiri di sampingnya, wajah pria itu juga terlihat kaget.

"Kayanya ngga deh, soalnya anak gue ga bisa tidur kalo ada orang lain disampingnya." Jawab Wren.

"Jadi dia siapa?" Tanya Patra sambil menunjuk Lucas.

Wren menggeleng, "ga tau."

Plak! Patra menggeplak belakang kepala Wren karena merasa kesal, bisa-bisanya Wren menjawab seperti itu. Apa Wren sebodoh itu? Jelas-jelas anak laki-laki yang sedang tertidur pulas di tempat tidur itu adalah Lucas, anaknya sendiri.

"Apaan sih!" Kesal Wren tak terima.

Patra tak menanggapi, "cepet bangunin. Bentar lagi makan malam."

Patra berlalu pergi dari sana, niatnya untuk mandi. Jangan salah, mansion Maleakhi ini bukan sekali dua kali ia datangi, jauh sebelum anak-anaknya lahir, ia dan Cassandra dulu sangat rutin berkunjung ke sini. Jadi tak heran, jika Patra melakukan semuanya di sini selayaknya ia berada di mansionnya sendiri. Dan Wren juga tak mempermasalahkannya.

Sepeninggal Patra, Wren menepuk-nepuk pelan pipi Lil.

"Lil, ayo bangun. Waktunya makan malam." Ujar Wren pelan.

Perlahan, Lil mengerjap. Membuka sayu kedua kelopak matanya, dengan pelan-pelan Lil dapat melihat Wren yang tengah berdiri di atas.

"Om?" Gumam Lil.

Wren mengangguk, "iya ini Om. Ayo buruan bangun," ajak Wren.

Awalnya Lil mengangguk, namun detik berikutnya kegiatannya itu terhenti saat menyadari sesuatu.

Lil menoleh ke samping, dan mendapati Lucas yang sedang tertidur.

"Lil bangun lebih dulu, itu berarti tadi Lil yang tidur lebih dulu ya. Lil kalah.." sedih Lil dengan bibir mengerucut.

"Hei, Lil kenapa? kok cemberut gitu?"

"Engga ada." Jawab Lil seadanya, huh! Padahal ia maunya tadi ia yang menang.

"Yaudah, buruan Lil mandi, habis itu nyusul ke meja makan buat makan malam sama-sama, oke?"

Lil mengangguk, "oke."

🦄🦄🦄


see u next part


tbc


29 November 2023




FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now