8🐔

806 64 0
                                    

Lucas terbangun saat ayahnya menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan brutal, "buruan bangun Kai, makan malam." Ujar Wren tanpa kelembutan sedikitpun. Berbeda sekali dengan perlakuan Wren ketika membangunkan Lillian yang penuh dengan kehati-hatian.

Lucas berdecak, menatap tajam ayahnya.

Wren tersenyum kikuk, tiba-tiba saja wajah istrinya terlihat jelas saat Lucas kesal seperti itu. Istrinya juga pernah bahkan sering menatap Wren dengan tatapan kesal. Persis seperti yang dilakukan Lucas saat ini.

"Udah cepet!" Ucap Wren untuk yang terakhir kalinya sebelum pria dewasa itu ngacir keluar, meninggalkan Lucas yang masih setia dengan tatapan cintanya itu.

Setelah ayahnya menjauh, barulah Lucas mencoba meregang-regangkan bahunya. Ia menelisik sekitar, lalu tak lama pandangannya terarah ke samping.

Tempat dimana Lillian tidur, Lucas meraba kasur bekas tidur Lillian, lalu tak lama bibirnya menyunggingkan senyum bahagia.

Pipinya bahkan sudah merah tanpa ia sadari, ia membayangkan bagaimana bisa ia tidur di satu tempat tidur dengan orang lain. Mengingat ia sangat membenci jika ada orang lain yang tidur di sebelahnya. Tapi, mengapa Lillian tidak?

Ahh, harusnya ia bangun lebih dulu tadi, agar bisa melihat wajah menggemaskan Lillian ketika sedang tidur.

"Lillian," gumam Lucas dengan bibir yang sudah mengembang cerah entah sejak kapan. Membayangkan bagaimana Lillian akan terus berada di dekatnya, membuat Lucas kesenangan. Ia akan merasa sebahagia ini jika Lillian terus berada di sampingnya.

Merasa otaknya sudah gila, Lucas langsung menunduk. Bisa gawat jika ada yang melihatnya yang sedang senyum-senyum sendiri, image yang ia tumbuhkan selama ini bisa langsung hilang dalam sekejap.

Lucas itu dingin, maka selamanya akan seperti itu di hadapan publik.

Namun akan berbeda jika berada di hadapan Lillian.

Sudah-sudah! Lucas, lebih baik kamu mandi saja daripada terus menghayal seperti orang gila seperti itu.

Ya, itu benar.

Lucas beranjak dari kasur, kakinya menapak pada lantai berbalut karpet. Saat tiba di depan pintu kamar mandi, Lucas dibuat heran. Sejak kapan pintu kamar mandinya tertutup?

Ceklek!  "LUCAS!!" Terdengar teriakan kaget dari dalam kamar mandi saat kepala Lucas sudah menyembul masuk.

Seketika Lucas langsung, PANIK!!

TOLONG!!! SIAPAPUN TOLONG LUCAS!! Dengan kasar, Lucas kembali menutup pintu kamar mandi itu. Brak! Jantungnya berdegup kencang, ia berlari menjauhi kamarnya.

Wajahnya memerah, telinganya juga memerah, jantungnya bergetar entah kenapa, tapi bibirnya berusaha untuk menahan senyuman yang ingin sekali mengembang.

Sial! Sial! "Aaaa!" Kesal Lucas sambil terus berjalan cepat, merasa sudah tak sanggup lagi untuk menahan senyumnya, Lucas berhenti, ia menempelkan punggungnya di tembok dan tubuhnya merosot ke bawah. Tangan bocah itu menutupi wajahnya yang memerah, juga menutupi senyum langkanya itu.

"Lillian...sial! Jantungku kenapa!" Gumam Lucas frustasi, bisa-bisa Lucas akan mati muda jika terus berada di dekat Lillian. Biarpun begitu, ia malah berharap agar Lillian terus berada di sekitarnya. Aneh.

Sedangkan di dalam kamar mandi, Lil sudah menenggelamkan setengah kepalanya ke dalam bathup, merasa malu sendiri saat kepala Lucas terlihat di pintu.

"Aduh..aku malu sekali." Gumam Lil, merutuki dirinya karena bisa-bisanya ia lupa menutup pintu kamar mandi. Harusnya ia ingat bahwa saat ini ia berada di mansion Maleakhi, bukan mansion Veddira yang bisa seenaknya saja tanpa harus menutup pintu.

"Semoga Lucas tak membahas kejadian tadi." Ujar Lil berharap, ia segera menyelesaikan mandinya dengan cepat. Siapa tahu, saat Lucas masuk tadi, ia pun ingin mandi. Tapi tak menyadari karena Lil berada di dalam.

***

Sudah pukul 19.34 pm, seluruh kursi juga sudah diduduki oleh semua orang. Mereka duduk di kursi yang kemarin juga mereka tempati.

Lil masih merasa malu akan kejadian tadi, jadinya ia tak berani menatap wajah Lucas.

Begitu juga Lucas, bahkan disini Lucas-lah yang paling merasa sangat malu. Padahal ialah pihak si pengintip, kan harusnya pihak yang diintiplah yang malu, tapi ini malah sebaliknya. Tapi hal itu akan terlihat biasa saja karena ini seorang Lucas.

"Ayo Lil, dimakan makanannya." Tawar Wren seraya memberinya sepotong daging ayam, dan Lil menerimanya dengan senang.

"Makasih Om."

"Ga masalah sayang, Lil juga boleh makan yang lainnya kok." Ujar Wren semakin gencar, bahkan berani-beraninya dia mengucapkan kata 'sayang' pada putrinya Patra!

"Canda elah." Gumam Wren ketika merasa bahwa Patra tengah menatap sengit dirinya.

"I-ini juga Lucas makan," tawar Lil gugup.

Lucas terdiam, tak lama ia menerima sepotong daging itu yang diberi oleh Lil dengan sumpit.

"Makasi." Ucap Lucas.

Patra yang ingin memasukkan makanan ke dalam mulutnya langsung berhenti di udara saat mendengar ucapan terimakasih seorang Lucas.

Begitu juga Wren, pria itu yang sedang memotong daging yang hendak ia makan, seketika pisaunya berhenti memotong karena mendengar ucapan Lucas.

"Di-dia beneran Lucas?" Tanya Patra pada Wren dengan gerakan mulut tanpa suara.

Wren mengedikkan bahunya tanda tak tahu, "mungkin." Jawab Wren pula dengan gerakan mulut tanpa suara.

Dasar duda-duda aneh!

Lil tersenyum mendengar ucapan terimakasih itu, Lil jadi lupa akan rasa malunya tadi. Ia tersenyum manis pada Lucas, baiklah. Besok ia akan pagi ke sini.

***

See u in the next part me amourr ♥️

Tbc

Jumat, 1 Desember 2023

FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now