16🐮

461 33 0
                                    

"LUCAS!"

Tepat setelah teriakan Lil, Kiel menyusul masuk ke dalam ruangan.

Betapa terkejutnya ia saat melihat pemandangan yang ada di depannya, Kiel sampai terpelongo dibuat.

"Li-Lilli?" Beo Lucas, tangannya yang mengepal kuat di udara itu langsung ia sembunyikan di balik punggung. Menatap takut pada Lil.

"Lucas? apa yang kau lakukan?" Tanya Lil syok, kondisi di ruangan ini terlihat sangat.. berantakan.

Lucas menggelang kuat, segera berjalan mendekat ke Lil dan memegang tangan Lil.

"Dia udah jelekin kamu, Lil. Dia pantes dapetin itu." Jawab Lucas, memasang wajah bersalah dan menantang secara bersamaan.

"Lucas, aku ga ngerti.." ucap Lil, bagaimana bisa Lil tidak paham akan situasi ini?

Ia yang awalnya khawatir karena Lucas tak kunjung memasuki kelas, lalu berniat mencari Lucas di sekeliling sekolahan. Tak lama, Lil mendengar suara teriakan dari dalam ruangan. Lalu berjalan mendekat untuk mencari tahu, setelah sampai, Lil mencoba mendengar lebih seksama kegiatan apa yang ada di dalam ruangan hingga ruangan menghasilkan suara teriakan. Tepat setelah ia memberi peringatan pada Kiel untuk diam, tiba-tiba suara teriakan Lucas yang menggelegar terdengar dengan sangat jelas. Pada saat itu, Lil dibuat panik. Tanpa pikir panjang, Lil segera masuk dan memanggil nama Lucas berharap Lucas tidak kenapa-kenapa. Tapi, tepat setelah Lil masuk, pemandangan yang disuguhkan sungguh di luar dugaan.

Di dalam ruangan itu ada segerombolan anak laki-laki yang seusia dengannya, sekitar enam orang ditambah Lucas.

Di sana, ada lima orang anak laki-laki yang sudah terkapar akibat pukulan, kecuali seorang lagi yang masih tetap duduk di kursi usang dengan gaya.. yang terlihat muak atau mungkin malas?

Lalu, Lil melihat saat kepalan tinju Lucas hampir mendarat di salah satu wajah dari kelima anak laki-laki yang sudah terkapar itu.

Saat Lucas menoleh, sedetik Lil dapat melihat tatapan Lucas yang begitu tajam. Seolah memberi tanda agar menjauh dari Lucas, jauh sejauh-jauhnya jika ingin selamat.

Lil sampai dibuat syok, apakah ia Lucas yang ia kenal? apakah Lucas memang seperti itu?

Dan saat ini, Lucas dengan wajah yang tak dapat dikatakan baik-baik saja, bagaimana tidak, lihatlah saat ini wajah Lucas. Penuh dengan peluh dan sedikit lebam biru, rambutnya juga telah acak-acakan serta pakaian yang tak dapat dikatakan rapi lagi.

Lil mengelus wajah Lucas yang melebam, "ini kenapa?" Tanya Lil sedih, sebenarnya.. Lucas kenapa. Sejak tadi, pertanyaan itu terus keluar dari pikirannya, selalu tentang Lucas yang bersikap aneh.

"Dipukul mereka." Adu Lucas, menunjuk anak-anak yang sudah terkapar di lantai, lengkap dengan ringisan tertahan mereka. Sepertinya mereka juga terluka, atau bahkan lebih terluka daripada Lucas.

"Kenapa bisa?"

"Mereka jelek-jelekin Lillian." Jawab Lucas, nada suaranya berubah dingin ketika mengatakan nama Lillian, ia begitu dendam jika ada orang yang berusaha menjelek-jelekkan Lillian-nya.

"Beneran? bukan Lucas yang cari gara-gara duluan kan?"

Lucas segera menggeleng, tak membenarkan ucapan Lil.

"Mereka yang duluan Lil! Mereka yang salah, jadi mereka pantas dipukul." Jawab Lucas dengan sedikit geram, wajahnya berubah bengis ketika menatap ke belakang, dimana anak-anak itu yang sedang mengaduh kesakitan, dan tatapan Lucas seketika lembut ketika menatap Lil.

Lil menghela napas lelah, tak tahu hendak mengatakan apa. Ia hanya bisa memeluk Lucas mencoba menenangkan.

"Udah, mending kita pulang." Ajak Lil, memberi pengertian. Ia mengelus lembut punggung Lucas, lalu merelaikan pelukan dan segera menggandeng tangan Lucas, menyeretnya dari sana.

"Tapi mereka harus lebih dihukum, Lil!" Berontak Lucas tak terima, seolah masih belum puas atas apa yang telah ia lakukan. Padahal jika dilihat, kondisi anak-anak yang Lucas pukul benar-benar sudah tak baik-baik saja.

"Udah Lucas, ikut Lil ya?" Pinta Lil lembut, mengeratkan genggaman tangannya pada Lucas.

Lucas yang melihat Lil langsung kalah, yah bagaimana dan kapanpun, sepertinya Lucas akan tetap kalah jika dihadapkan dengan Lil.

Lucas mengangguk patuh, membuat Lil mengembangkan senyumnya.

"Bagus." Ucap Lil, lalu mengajak Lucas untuk semakin menjauh dari ruangan gelap itu, Lil membawa Lucas ke gerbang, ia yakin saat ini ayahnya pasti tengah risau karena mereka tak kunjung berada di gerbang.

Sedangkan di ruangan gelap itu, masih tersisa tujuh anak laki-laki. Lima diantaranya adalah korban Lucas, lalu ada Yehezkiel, dan seorang lagi. Anak yang masih setia duduk dengan santai di atas kursi, tak berniat membantu anak-anak yang terluka, tak berniat juga untuk melerai Lucas.

Kiel yang melihatnya segera mendekati anak laki-laki itu.

"Mereka temanmu?" Tanya Kiel, menunjuk anak-anak yang terluka itu dengan alisnya.

Anak itu menatap Kiel sekilas, lalu mengalihkan pandangannya. Kiel menunggu jawaban, tapi beberapa detik berlalu ia tak kunjung membuka mulut.

Apakah Kiel baru saja dicuekin?

"Tuli?" Tanya Kiel sarkas, menatap datar anak laki-laki itu yang sok terlihat keren.

Anak laki-laki itu berdiri, membuat tatapan Kiel juga naik.

"Minggir." Ucap anak laki-laki pada Kiel, seolah Kiel adalah penghambat dalam jalannya yang hendak beranjak dari sana.

Tapi, malas meladeni anak laki-laki yang gila ini. Kiel memilih minggir saja, dan anak laki-laki itu berjalan keluar meninggalkan Kiel.

"Anak yang aneh." Gumam Kiel.

🦄🦄🦄

Tbc

03 Desember 2023

FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now