10🐔

687 59 2
                                    

Lil menatap binar pada Lucas yang menyantap kuenya dengan semangat, Lil jadi ingin memakan kuenya juga.

Ia mengambil satu kue salju dan memakannya, mengemut pelan karena tekstur kuenya yang lumer dan terasa sangat manis.

"Eemm! Enak banget! manissss...." Celoteh Lil dengan mulut yang penuh kue, bahkan tak sadar ia sudah memakan beberapa potong kue.

Lucas yang melihatnya tersenyum, bahkan jika dibanding kue itu, Lillian tetaplah yang paling manis!

Merasa asyik sendiri, Lil berhenti mengemut dan menatap Lucas yang diam menatapnya.

"Lucas? kok ga dimakan?" Tanya Lil, bahkan tangannya kini sudah mengambil lagi kue yang ia bawa sendiri, maksudnya kue yang ia beli tadi di jalan ketika hendak menuju ke mansion Lucas.

Lucas menggeleng, "kamu aja yang makan." Jawabnya, melihat Lillian yang berbinar bahagia seperti itu, membuatnya sudah puas. Ia tak perlu kue manis itu, hanya perlu menatap wajah Lillian yang manis, sudah mampu membuatnya menggeram ingin mengecup pipi gembul itu.

"Lil," panggil Lucas pelan.

Lil menoleh, mulutnya masih dipenuhi oleh kue-kue manis. Pipi gadis itu semakin menggembul kala mulutnya penuh dengan makanan salju.

"Hm?" Jawab Lil, hanya itu yang bisa ia lakukan sebagai jawaban.

Lucas semakin menggeram, mengeratkan tangannya yang berada di atas paha.

"Ak-aku..bo-boleh...ci-..." cicit Lucas dengan sangat pelan, bahkan sangat pelan. Merasa gugup dan malu akan lanjutan kata-katanya. Pipinya sudah memerah, mencoba menahan keinginan yang bertalu-talu di hatinya.

"Hm? Lucas ngomong apa?" Tanya Lil setelah menelan paksa kue-kue itu ke dalam perut, mendekat pada Lucas agar mendengar lebih jelas perkataan Lucas.

Lucas menegang, Lillian semakin dekat dengannya. Berada tepat di sisi kanannya, membuat Lucas jadi membeku.

"Lucas? kau kenapa?" Tanya Lil heran, mengapa tiba-tiba sekali Lucas bersikap aneh? Padahal, beberapa menit yang lalu Lucas masih marah padanya. Lalu sekarang? Lucas seperti menahan rasa sesuatu yang ingin ia ucapkan.

Lucas memejamkan matanya pelan, mencoba meredam perasaannya. Bisa gila ia jika terus seperti ini.

Baiklah, Lucas! kau harus menanyakannya.

"Mm..apa Papah, pernah nyium kamu?"

Lil memiringkan kepalanya bingung, membuat kesan imut semakin menjadi-jadi. Untung Lucas tak melihatnya, jika tidak bisa gila nanti jantung Lucas.

"Om Wen?"

Lucas mengangguk.

"Iya, Om Wen pernah nyium Lucas. Papah juga, kenapa?"

Lucas menggeleng, merasa sedikit kesal. Apa-apaan papahnya itu! Gercep sekali.

"Ka-kalo aku..."

"Kalo Lucas kenapa?" Tanya Lil semakin mendekat, kenapa suara Lucas semakin lama semakin memelan?

"Bo-boleh..ga.."

"Iya boleh kok, semuanya boleh kalo buat Lucas. Hehe." Jawab Lil cepat, menunjukkan senyumnya yang menawan dan deret gigi putihnya, bahkan matanya sedikit menyipit.

Lucas terhenyak, ucapan Lil barusan... terdengar agak,

"Beneran?"

Lil mengangguk, "iya dong, masa Lil boong sama Lucas?"

"Kalo gitu..aku pengen nyium kamu." Tutur Lucas malu, setelah mengucapkan kata-kata memalukan itu, kepalanya tertunduk dalam, dengan wajah yang memerah.

"Eh?" Heran Lil, menggaruk pipinya yang tak gatal.

Lil menatap intens pada Lucas yang sedang menunduk, sebenarnya Lucas kenapa sih?

Katanya mau nyium, tapi kok malah nunduk? atau..Lucas yang mau dicium?

Lil mengedikkan bahu, yasudah ia lakukan saja.

Cup. Mata Lucas membola, pupilnya mengecil, tubuhnya menegang, ia menatap ke samping, melihat Lillian yang tengah tersenyum tanpa dosa. Padahal gadis itu....baru saja membuat jantungnya hampir meledak!

"Li.."

"Kenapa? tadi katanya Lucas mau cium, tapi Lucasnya malah nunduk, yaudah Lil aja yang cium, hehe." Terang Lil, membuat pola peace dan tersenyum ke arah Lucas.

Lucas yang masih belum sembuh itu segera berdiri, mari menetralkan detak jantung dulu!

"Aku pergi dulu." Ucapnya pelan, dan tanpa melirik ke belakang, Lucas sudah lebih dulu ngacir meninggalkan Lil sendiri di dalam kamar dalam keadaan heran.

***

Suasana di meja makan kali ini tetap seperti biasanya, empat kursi terisi mengelilingi meja bundar yang terbuat dari kaca berwarna emas.

Seluruh meja penuh dengan berbagai macam makanan, dua pria dewasa duduk dengan anaknya masing-masing berada di samping tubuh mereka.

Lil asyik makan, tak tahu bahwa sesekali ketiga pria itu menatapnya diam-diam, menatap pipi gembul itu yang secara naik turun seiring ia mengunyah. Terlihat sangat menggemaskan.

Lucas juga makan dengan tenang, selera makannya menjadi semakin tinggi karena ada Lil di depannya.

Selesai makan, keempatnya berjalan ke ruang tamu. Awalnya Lucas menolak, selesai makan ia ingin langsung ke kamar. Tapi, karena ada hal yang katanya penting untuk dibicarakan mengenai dirinya, terpaksalah ia ikut ke ruang tamu, mendengar perihal apa yang dimaksud oleh ayahnya.

Lil duduk di atas pangkuan ayahnya, dan Lucas duduk di sofa khusus satu orang.

"Libur musim panas kan udah abis, umur kalian juga udah lewat enam tahun. Kebetulan kalian berdua juga seumuran. Jadi, papa dan Om Patra rencananya bakal daftarin kamu sekolah." Ujar Wren menceritakan maksudnya tadi.

Lucas menatap papahnya seolah bertanya, mengapa tiba-tiba sekali.

"Lil juga bakal satu sekolah kok sama Lucas." Ujar Patra melengkapi ucapan Wren.

Lucas yang awalnya merasa kesal, langsung digantikan dengan perasaan senang. Jika itu berkaitan dengan Lillian, maka ia akan menerimanya dengan senang hati.

"Lil udah pasti setuju, iya kan?" Tanya Patra pada putrinya yang tengah duduk di pangkuannya.

Lil tak mengerti, jadi ia mengangguk saja sebagai tanda bahwa ia adalah anak gadis yang baik karena penurut.

"Kalo Lucas?" Tanya Patra.

"Hm." Jawab Lucas seadanya. Padahal dalam hati senangnya minta ampun, ingin sekali meloncat-loncat di atas kasur dengan kuat.

***

Tbc

02 Desember 2023

FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now