26🐮

174 11 0
                                    

"Papah.." panggil Lil pelan, duduk tenang di kursinya dengan tangan yang memegang garpu untuk makan. Di sampingnya ada Lucas yang juga sedang makan.

Patra menoleh, "ya sayang?" Jawabnya, menatap sang putri.

"Besok Lil boleh belajar kelompok gak?"

Lucas yang mendengar ucapan Lil sudah paham maksud dan arah pembicaraan Lil, jadi ia memilih diam saja tanpa ikut mencampuri.

"Boleh dong sayang.. kenapa engga." Jawab Patra, tersenyum hangat pada putri kecilnya.

"Tapi kerja kelompoknya di rumah temen."

Wren langsung menghentikan acara makan malamnya, ia yang sibuk dengan garpu berisi makanan keluar masuk dari mulutnya, Wren menatap Lil meminta penjelasan lebih lanjut.

"Kerja kelompoknya di rumah temen, karna kalo di sini atau rumah Lil 'kan ga bisa, papah sendiri yang larang." Ujar Lil lagi.

Lucas tetap diam tak menanggapi, ia makan seperti biasa namun pendengarannya ia tajamkan, walaupun atensinya tak bergerak ke sana ke mari.

Patra terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Begitu pun dengan Wren.

"Gimana pah?"

Patra tetap tak menjawab, bagaimana bisa ia membiarkan putrinya pergi ke rumah orang lain? Padahal banyak penjahat di luar sana yang selalu mengincar keberadaan putrinya.

"Ga bisa, pah?" Tanya Lil lagi karena tak kunjung mendapat jawaban, justru keterdiaman Om Wen dan ayahnya yang ia dapat.

"Bolehin aja." Ucap Wren memutuskan, alhasil Wren ditatap langsung oleh Patra sedikit tidak setuju.

"Gapapa, dijaga bodyguard." Ujar Wren lagi karena tahu bahwa Patra sedang menatapnya dengan raut wajah tak setuju.

Patra kembali menolehkan atensinya pada Lil, putrinya itu. Lil ternyata sudah besar sampai sudah bisa melakukan kerja kelompok di rumah temannya ya.. Patra sampai tak menyadari akan pertumbuhan Lil yang begitu cepat.

"Baiklah." Jawab Patra membolehkan.

"Makasih, papah." Kata Lil berterimakasih, lengkap dengan bibir yang sudah mengukir senyum.

"Sama-sama." Jawab Patra membalas senyuman putrinya.

Dan,

makan malam itu pun berlangsung dengan hikmat. Setelah pembicaraan singkat itu, Lil dan Lucas segera beranjak menuju kamar karena setelah makan mereka memutuskan ke kamar saja. Sedang tidak berminat untuk menonton siaran televisi.

Lucas menggandeng tangan Lil menuju kamarnya, meninggalkan kedua orang dewasa itu yang masih duduk di tempatnya.

Sepeninggal Lil dan Lucas, Patra segera membuka suara.

"Gimana? udah ada tanda-tanda si pembunuh itu?" Tanya Patra dengan mimik wajah serius, tak lagi ada senyum hangat seperti yang ia tunjukkan pada putrinya tadi.

Wren menggeleng, "belum. Apartemennya udah dijual, dan semua data-data tentang dirinya hilang. Ga ada satupun yang tersisa, bener-bener rapih dia nyembunyiin diri." Kata Wren sedikit lesu, padahal ketika ia mendapat kabar bahwa ada sedikit informasi yang ia temukan perihal pembunuh itu, tapi ketika ia turun langsung ke TKP, justru hasil nihil yang ia dapat.
*Tempat Kejadian Perkara

"Sial, kita telat lagi." Ucap Patra mendesah kesal, sudah beberapa tahun ini mereka terus mencari pembunuh Cassandra dan Zefanya, tapi tak kunjung mendapat petunjuk putih yang memudahkan mereka dalam menangkap si pembunuh itu.

"Kita sabar aja, intinya jangan nyerah. Kita bakal terus cari si pelaku." Ujar Wren pelan, mencoba memberi semangat pada Patra padahal ia sendiri sudah lesu di tempat.

Sedangkan di kamar Lucas.

Anak laki-laki itu sudah masuk ke dalam ranjang, sedangkan Lil tengah duduk di meja belajar. Lil memegang pensil dan di depannya tersedia kertas putih.

"Mau ngapain?" Tanya Lucas penasaran.

"Mau nyoba ngerjain PR yang dikasih bu guru tadi." Jawab Lil, tak menoleh pada Lucas ketika menjawab.

Lucas diam, memerhatikan Lil dari atas kasur dengan tatapan yang sangat intens.

Ia jadi membayangkan bagaimana jika Lil tak berada di dekatnya ketika hendak tidur? Ia sudah sangat nyaman saat Lil akan tidur sekasur dengannya, ia sudah bisa tidur dengan nyenyak karena ada Lil ada di sampingnya.

Bagaimana jika suatu saat nanti Lil takkan ada di sampingnya? Tak ada ketika Lucas hendak tidur, tak ada ketika Lucas butuh pelukan sebelum tidur. Bagaimana Lucas akan menghadapi hari-hari tanpa keberadaan Lil?

Mengingat hal-hal yang membuatnya khawatir, Lucas segera turun dari ranjang dan langsung memeluk Lil dari belakang, membuat Lil berdecak karena tangannya yang hendak menulis jadi susah.

"Lepas, Lucas." Ucap Lil, mencoba melepas pelan tangan Lucas yang melingkar di perutnya dan kepala Lucas yang menyender di tengkuk lehernya.

"Ga." Ucap Lucas pelan, suaranya teredam, Lucas menutup mata guna meresapi pelukannya. Menghirup aroma tubuh Lil yang begitu memabukkan, mampu membuatnya kecanduan. Tak sadar, Lucas sudah mengecup singkat leher Lil.

"Lucas.. Lil mau nulis. Jadi susah nih karna Lucas meluk Lil." Kata Lil memberitahu, siapa tahu Lucas akan melepasnya.

Lucas berhenti mencium-cium Lil, ia lantas duduk di kursi kosong sebelah Lil.

Karena Lucas yang sudah melepas pelukannya, membuat Lil jadi mudah untuk menulis lagi.

Lucas merapatkan kursinya ke dekat Lil, lalu menumpu dagunya dengan kedua tangan di meja, kepalanya ia miringkan sedikit guna melihat wajah Lil dalam dekat.

Lil tak memperdulikan Lucas, ia menyibukkan diri dengan belajar.

Sedangkan Lucas sudah hanyut dalam pesona gadis itu, padahal Lil hanya memakai piyama pink muda dengan motif tangan gelembung. Tapi entah kenapa, Lil malah terlihat sangat cantik dan imut sekarang. Ahh, kapan dan bagaimana pun Lil, Lucas akan tetap memuji kecantikan Lil yang tak bisa ditandingi oleh siapapun.

🦄🦄🦄

Tbc

21 Desember 2023

FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now