17🐮

431 39 2
                                    

iya aku tau cerita ini cringe, gak jelas, belibet, aneh, gak bagus, gak jelas, banyak typo, alur berantakan, penulisan semrawut, makanya kalian gak mau vote kan😊

cukup tau aja aku sih😄

🎀🎀🎀

Patra meringis jenaka melihat cengonya Wren, bagaimana bisa anaknya sendiri mengabaikan ayahnya? Patra ingin sekali tertawa mengejek.

Wren menatap Patra meminta penjelasan, tapi yang Wren dapatkan hanya gedikan bahu tanda Patra juga tak tahu.

Wren menatap sensi ke arah Patra kala pria dewasa itu menatapnya seolah menertawakannya.

"Mata Lo!" Delik Wren kesal, lalu beranjak dari sana membuat Patra ingin sekali menghambur-hamburkan tawanya yang sudah menggelak.

Tadi, saat Patra sudah tiba di gerbang sekolah Alessa untuk menjemput Lil dan Lucas, Patra menunggu hingga beberapa menit. Setelah gerbang mulai sepi, Patra dibuat khawatir karena kedua bocah yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang. Padahal tadi pagi Patra sudah memberitahu bahwa mereka akan dijemput, jadi tidak mungkin anak-anak itu lupa bahwa mereka ada jemputan.

Lantas, kemana Lil dan Lucas?

Menghilangkan pikirannya yang kemana-mana, Patra memilih menunggu beberapa saat lagi, dan jika sampai saat itu mereka belum juga datang, maka Patra akan segera beranjak dari sana. Siapa tahu bahwa kedua bocah itu ada halangan, misal kebersihan kelas.

Beberapa menit.

Satu menit.

Dua menit.

Lima menit.

Delapan menit.

Sebelas menit.

Patra jengah ditempat, ia segera melangkahkan kakinya memasuki area sekolah. Ia juga khawatir jika putrinya dan si dingin itu kenapa-kenapa.

Tapi, tepat beberapa langkah Patra memasuki area sekolah, langkahnya terhenti kala netranya melihat Lil dan Lucas sedang berjalan ke arahnya, tepatnya ke arah gerbang.

Patra langsung menyusul mereka, hendak memarahi karena mereka terlambat.

Setelah mendekat, Patra yang awalnya ingin mengomel langsung terdiam, menutup mulutnya untuk tak membuka suara. Patra dibuat kaget ketika melihat tampilan Lucas yang acak-acakan.

Apakah Lucas baru saja berkelahi? karena itu mereka terlambat? Tapi bukankah ini adalah hari pertama mereka bersekolah?

"Lil," panggil Patra pada putrinya, meminta penjelasan pada Lil dengan raut wajah, menunjuk Lucas dengan alisnya tanpa membuka suara.

"Nanti." Jawab Lil dengan gerakan mulut tanpa suara.

Lucas begitu datar, tatapannya bak tembok angelombang. Melihatnya saja sudah membuat Patra meringis, pikirannya langsung mengarah pada Zefanya, huft! Benar-benar keturunan Zefanya sih. Jadi ga heran.

"Yaudah, ayo masuk dulu." Ajak Patra, tak ingin banyak bertanya-tanya karena Patra tahu bahwa Lucas takkan menjawabnya, jadi biarkan saja dulu Lucas tenang, dan jika kondisi hatinya sudah baik, barulah pelan-pelan bertanya pada Lucas perihal apa yang terjadi. Dan untuk sekarang, yang terpenting adalah ketibaan mereka di mansion.

Sesampainya mereka di rumah, Wren yang melihat penampilan acak-acakan sang putra langsung syok.

"Kai!! Kau kenapa?" Tanya Wren menggelegar, suaranya begitu lebay dan terkesan dilebih-lebihkan. Ahh, jikapun itu suara Wren yang asli, karena biasanya Wren yang bersikap konyol dan humoris, suara histerisnya barusan akan tetap disamakan sebagai candaan saja. Resiko orang yang selalu dianggap humoris.

"Kai?" Tanya Wren lagi, tapi Lucas tak menggubrisnya. Bahkan menatap sang ayah pun tidak, membuat Patra yang melihat hubungan bapak anak itu meringis, tapi juga ingin tertawa ketika melihat ekspresi Wren.

"Pah, aku ke kamarnya Lucas dulu yah?" Ucap Lil, menatap ayahnya dengan kepala yang sudah menengadah ke atas karena memang tingginya yang hanya sepinggang ayahnya.

Patra mengangguk, "iya sayang. Sekalian kamu hibur dulu Lucas, dia kayanya lagi sedih." Jawab Patra seraya tersenyum.

Lil mengangguk, dan berjalan mengikuti Lucas yang sudah lebih dulu pergi menuju kamar.

"Bener-bener anaknya Zefanya sih." Kata Patra entah pada siapa, karena arah pandang Patra ketika mengucapkan kalimat itu entah kemana, seolah ia mengucapkannya pada angin yang tak terlihat namun dapat dirasakan.

Wren mendelik, ia tahu betul bahwa itu adalah sarkas-an padanya.

"Diem Lo." Ketus Wren.

Sedangkan di kamar Lucas, Lil sudah masuk dan meletakkan tasnya di sofa, ia berjalan menuju ranjang karena Lucas sedang duduk di sana.

Lil mendekat dengan pelan, mengapa suasana di kamar ini terasa agak menakutkan?

"Lucas?" Panggil Lil pelan, Lucas mengadahkan kepalanya, menatap Lillian dengan tatapan sayu.

"Lucas kenapa?" Tanya Lil polos, ia berjalan semakin mendekat pada Lucas, lalu duduk di sebelah Lucas.

"Gara-gara Lillian." Adu Lucas, kini raut wajahnya mulai mengeruh, tidak lagi dingin dan datar seperti tadi.

Lil bingung, "gara-gara Lil?"

Lucas mengangguk, "kenapa peduliin cecunguk itu?" Tanya Lucas kesal, menatap kecewa pada Lil.

"Cecunguk?" Beo Lil, tak paham akan perkataan Lucas.

"Yehezkiel."

Lil mengangguk mengerti, tapi tunggu..

"Lucas ga boleh ngomong gitu, ga baik." Peringat Lil, berharap Lucas tak mengulanginya lagi.

Wajah Lucas yang sudah keruh itu seketika semakin keruh, "tuh kan! Lillian bela dia lagi..." rajuk Lucas marah, segera membuang muka dari Lil, lalu memalingkan tubuhnya hingga ia memunggungi Lil.

Lil kaget, bukannya baikan Lucas malah semakin marah. Astaga, apa yang harus ia ucapkan lagi agar Lucas tak marah?

"Coba cerita, kenapa Lucas ga mau Lil bahas Kiel?"

Lucas langsung menghadap belakang, menatap Lil dengan delikan mata tak suka.

"Lucas ga suka kalo Lillian deket-deket dia, Lucas ga suka kalo Lillian lebih belain dia daripada Lucas, Lucas juga ga suka kalo Lillian manggil dia dengan nama panggilannya." Terang Lucas, kini matanya memerah menahan tangisan, raut wajahnya yang marah itu segera berganti tangisan ketika Lucas mengucapkan kata panjangnya. Seolah sudah menumpahkan semua unek-uneknya.

Lil tak tahu harus menjawab apa, padahal Kiel tak menjahati Lucas maupun Lil, tapi kenapa Lucas tak suka pada Kiel?

Lil yang melihat setitik cairan bening jatuh ke pipi mulus Lucas segera merentangkan tangannya, mengarahkan Lucas agar memeluknya.

Suara Lil yang ingin menyuruh Lucas memeluknya langsung terdiam, kala Lucas sudah lebih dulu memeluknya tanpa persetujuan Lil.

"Huaaa... hiks." Dan pada akhirnya, tangisan seorang Lucas terdengar, walau teredam dalam baju Lil karena Lucas menyembunyikan kepalanya di pundak Lil.

Lucas mendusel-dusel pada baju Lil mencari kenyamanan, suara tangisannya teredam karena begitu erat memeluk Lil.

Tangan Lil tak tinggal diam, Lil mengelus-elus lembut surai Lucas, juga punggung Lucas.

"Udah-udah, ga usah nangis. Ada Lil," ucap Lil menenangkan, terus menepuk-nepuk kepala atau sesekali punggung Lucas untuk menenangkan sang empu.

"Lil ga boleh jauh dari Lucas, hiks. Lil harus terus bereng Lucas." Ucap Lucas dengan suara getar, semakin mengeratkan pelukannya pada Lil, tak membiarkan siapapun menyentuh Lil karena merasa bahwa Lil adalah miliknya.

🦄🦄🦄

kapan sih tamat ni cerita, aku sudah bosan😭😭😭😭😭😭

Tbc

03 Desember 2023

FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now