Bagian 2

62.2K 3.4K 14
                                    

"Duh, udah deh, Ma. Gue tau Lo kesel tapi jangan segininya juga!"

Teguran Rosa tak Mima hiraukan, dara berusia 27 tahun itu malah semakin berapi-api mengaduk kuah pedas baksonya. Tak tanggung-tanggung, sepuluh sendok sambal Mima masukkan ke dalam kuah bening sehingga berubah seperti lava yang siap membakar habis tenggorokan dan lambungnya.

"Gak bisa, Ros! Lo tau gue udah bekerja dengan keras sampe gue lembur seminggu penuh, lewatin makan siang, dan juga tidur gue. Gak bisa. Gue gak terima!" Dumalnya, lalu menusuk bulatan besar bakso dan menggigitnya brutal sampai membuat Rosa menelan salivanya.

"Iya gue ngerti, Ma. Tapi dengan cara kayak gini juga gak akan merubah apapun. Justru akan rugiin diri Lo sendiri, nanti Lo sakit perut."

Mima tahu jika melampiaskan emosi pada makanan pedas itu tidak baik dan hanya akan berujung menyakiti diri sendiri, tapi bagi Mima itu jauh lebih baik ketimbang dia melampiaskannya pada orang lain. Apalagi Mima yang pada dasarnya pecinta makanan. Bolak-balik kamar mandi sedikit tidak ngaruh, ya!

Rosa hanya bisa menghela napasnya. Percuma juga memberitahu Mima disaat emosinya masih belum terkontrol, yang ada masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Paling nanti ujungnya Mima minta diantar ke klinik.

"Pak Arlan gak tau usaha gue, Ros. Dia gak pernah lirik proposal yang gue ajuin dan lebih milih ide-ide karyawan cowok. Lo ngerasa gak, sih? Pak Arlan itu mandang gender banget tau gak. Patriarki. Gak percaya kalo karyawan cewek juga punya ide bagus. Dia bahkan gak mau repot buat mikir-mikir proposal gue, sakit hati gue!" Mima memotong baksonya tanpa perasaan sambil membayangkan jika bakso tersebut adalah kepala Arlan.

"Gue pernah ada diposisi Lo dan kita semua pasti pernah ngerasain proposal ditolak. Jadi gue tau nyeseknya gimana. But, ini bukan akhir dari segalanya, 'kan? Buktinya Lo tetep bangkit dan kerja seperti biasa gak peduli berapa banyak proposal Lo yang ditolak. Come on, Mima!" Saat ini yang hanya perlu Rosa lakukan sebagai teman adalah, memberikan dukungan dan juga energi positif agar Mima kembali mendapatkan semangatnya.

Mima itu tipe manusia ceria dan juga penuh ambisi. Pantang menyerah serta memiliki vibes paling positif yang pernah Rosa kenal. Tapi disaat ada satu hal yang membuat Mima bersedih, maka wanita itu akan sepenuhnya suram. Rosa tidak suka itu.

Rosa mengusap bahunya berulang kali membuat Mima menoleh dengan bibir mencebik. Mima ingin menangis tapi sayangnya ia tidak secengeng itu untuk menangisi hal tersebut. Rosa benar, Mima telah melewati begitu banyak rasa sakit selama hidup, ada yang lebih menyakitkan dan menyesakkan daripada ini. Tidak seharusnya dia lemah hanya karena debu sekecil itu.

"Mending sekarang kita ngobrol soal acara akhir tahun kantor, gimana?" Dengan secepat kilat Rosa membangun topik pembicaraan baru, pembahasan yang Rosa yakini akan Mima senangi.

Terbukti dalam waktu singkat senyuman lebar langsung merekah di wajah Mima. "Bener! Gue sampe lupa kalo lusa acara akhir tahun kantor. Ya ampun, gue bahkan belom sempet nyaris dress yang cocok, Ros!" Rosa mendelikan matanya.

"Gue udah ajak Lo ke mal ya kemaren, tapi alesan Lo apa? Gue mager, duitnya kepake beli merugame. Males ah!"

Dua wanita tersebut asyik berlarut dalam pembicaraan mereka sambil sesekali tertawa saat ada pembahasan yang bagi mereka cukup lucu. Kebahagiaan yang didapatkan dengan cara sederhana namun memberikan dampak yang cukup kuat bagi Mima.

Mima selalu bersyukur dan merasa beruntung karena Tuhan mendatangkan sahabat baik seperti Rosa, sahabat yang bisa menerimanya dengan tulus tanpa mengharapkan timbal balik dari dirinya.

•Beloved Staff•

Sebuah perayaan akhir tahun dalam perusahaan adalah sesuatu yang tidak asing tentunya, acara yang dimaksudkan untuk evaluasi sekaligus merayakan pencapaian selama setahun tersebut. Bukan hanya memberikan kesenangan bagi para karyawan saja, tapi juga membangun hubungan erat dengan para petinggi yang jarang staf biasa temui jika di hari kerja.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now