Bagian 26

41.9K 3.8K 54
                                    

Mencari Arlan saat dibutuhkan ternyata lebih sulit dari yang Mima bayangkan, padahal sebelum-sebelumnya pria itu selalu muncul meski Mima tidak mengharapkan kehadirannya, tapi sekarang Arlan entah dimana keberadaannya sehingga sulit untuk Mima temukan.

Di ruangannya, Arlan tidak ada dan asistennya mengatakan jika Arlan sedang ada keperluan dengan manajer umum ada kemungkinan membahas pekerjaan, Mima sampai pergi ke tempat meeting hanya demi bertemu Arlan.

"Ah, Mima tunggu sebentar!" Kedua kakinya secara mendadak berhenti ketika suara tak asing terdengar di telinga, membuatnya mau tak mau berbalik dan seketika tersenyum saat menemukan sosok Bu Nur dari arah berlawanan. "Kamu mau kemana?" tanya wanita paruh baya tersebut sembari membenarkan letak kacamatanya.

"Saya ... habis dari ruang printer, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Tentu saja Mima tidak mungkin jujur bahwa dia sedang mencari Arlan, kan?

"Kamu gak sibuk?" Meski ragu, Mima tetap menggelengkan kepalanya. Pasalnya Bu Nur itu sangat baik pada Mima selama ini, tidak enak kalau menolak jika beliau benar-benar butuh bantuan. "Kebetulan sekali, Bu Sekretaris tadi bilang buat carikan rak kecil untuk dokumen di ruangan Pak CEO. Raknya setau saya gak begitu berat, soalnya dari kawat biasa. Bisa kamu ambilkan di gudang lantai enam? Saya ada meeting sama Pak Direktur, sudah telat banget." Mima menggaruk kepalanya yang tak gatal, malas sekali jika harus mengerjakan tugas yang bukan ranahnya seperti ini.

"Maaf, Bu sebelumnya. Emang gak bisa nyuruh cleaning service buat ambilin? Soalnya ... saya agak takut kalo harus ke gudang lantai enam. Serem!" keluh Mima, dia tidak bohong.

Pernah sekali Mima pergi ke sana bersama Via untuk mengambil kursi atas suruhan Pak Erdi, dan Mima bersumpah tidak lagi-lagi mau ke sana. Tempatnya sangat sempit dan penuh dengan barang-barang, bukan barang tidak berguna, justru disana banyak benda yang dibutuhkan. Tapi saking banyaknya sampai menyesak di dalam ruangan dan menutup jendela, hingga cahaya tidak masuk kalau bukan lampunya dinyalakan.

"Saya nyari si Edi dari tadi tapi gak ketemu, Mima. Anak-anak magang lagi bantu turun lapangan. Minta tolong, ya? Saya beneran gak ada waktu. Saya nanti traktir makan siang, deh!" Mendengar tawaran yang cukup menarik, Mima langsung menimbang-nimbang perintah Bu Nur.

Kalau begitu Mima bisa meminta ditraktir makanan dari luar kafetaria?

"Oke!" jawabnya dengan senyuman lebar membuat Bu Nur menghela napas lega dan langsung mengusap bahunya. "Janji traktirannya ya, Bu?"

"Siap! Tenang aja, gak bakal lupa. Kasih tau aja nanti mau makan apa, saya langsung kirim ke ruangan kamu."

"Okay. Makasih, Bu Nur!"

"Saya yang harusnya makasih. Saya pergi duluan, raknya warna silver kalo gak salah. Kamu cari aja nanti. Oh, satu lagi! Pintunya lagi rusak, jadi jangan ditutup. Takutnya nanti kekunci." Mima mengacungkan jempolnya dan melambaikan tangan saat Bu Nur bergegas pergi dengan tergesa.

Tidakpapa, ketemu Arlan bisa nanti. Sekarang Mima hanya perlu mengambil rak dan mengantarnya ke ruang sekretaris.

Perlu diketahui kalau Mima itu sangat penakut. Takut pada hantu, hewan menjijikan, lumpur, dan juga hal-hal yang berhubungan dengan kotoran, Mima tidak suka. Meski dia bukan tipe manusia yang higienis-higienis amat, tapi Mima juga bukan manusia jorok yang sampai tidak mencuci pakaian lebih dari seminggu misalnya.

Urusan mencuci paling lambat tiga hari, karena Mima pernah terlambat mencuci pakaian dan membiarkannya menumpuk dalam keranjang sampai dua minggu lamanya, waktu itu Mima masih kuliah dan sedang sibuk-sibuknya dengan tesis, mana peduli pada cucian. Dikirim ke laundry kalau ingat saja, sisanya dia habiskan untuk tidur.

Lalu hal paling menjijikan Mima dapatkan, yang mana dalam tumpukan pakaiannya terdapat satu keluarga tikus. Iya, ada tikus yang besar dan lima ekor anaknya yang masih belum tumbuh bulu. Demi apapun itu seperti mimpi buruk bagi Mima, dia sampai membakar bajunya karena enggan untuk memakainya. Bisa dibayangkan berapa banyak tetes air seni dan kotoran tikus itu di sana, karena dari baunya saja sudah bisa ditebak.

My Beloved Staff (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя