Bagian 40

35.5K 3K 28
                                    

"Kakeknya Bella datang ke firma. Dia minta tolong Papa untuk bantu cari pengacara buat cucunya."

Arlan menelan makanan dalam mulutnya dengan terpaksa sebelum akhirnya meneguk air putih yang tersedia di sampingnya. Melihat reaksinya, kedua orang tua pria itu nampak saling pandang satu sama lain, menyadari bahwa akhir-akhir ini anak mereka sedang dalam posisi yang sulit.

Chandra pun melanjutkan perkataannya, "Tapi Papa menolak." Hal itu berhasil menarik atensi Arlan hingga tertuju pada sang papa.

"Itu diluar dari ekspektasi aku," timpal Arlan. Dia tahu sejak dulu kalau kedua orang tuanya sangat dekat dengan keluarga besar Bella, sehingga terkadang papanya selalu membantu mereka jika menyangkut hukum.

Jadi Arlan juga pikir papanya akan membantu juga kali ini.

"Dari penjelasan ibunya Bella, Bella melakukan rencana itu secara sadar dan juga sengaja. Banyak nyawa terancam atas tindakan sembrono anak itu, mana mungkin Papa membelanya dan melawan anak Papa sendiri." Kecelakaan yang terjadi di perusahaan tempat Arlan kerja memang cukup menggegerkan, paman Bella yang menjabat sebagai direktur pun mendadak tak dipercayai oleh klien atas apa yang diperbuat oleh keponakannya.

Bisa dibilang kondisi perusahaan saat ini sedang dalam posisi terancam dan para pemegang saham menuntut kejelasan, karena tentunya mereka tidak ingin kerugian semakin besar, ditambah sudah ada karyawan yang mulai mengajukan surat pengunduran diri karena mereka ketakutan.

Hanya karena satu orang membuat masalah, orang lain ikut terkena cipratan.

Orang tuanya pun terlihat kecewa pada Bella ---terutama Windy yang selama ini sudah menganggap Bella seperti anaknya sendiri, merasa tidak percaya bahwa perempuan bisa bersikap jahat hingga membuat nyawa orang melayang.

"Jadi, Papa mau ada dipihak aku?"

"Tentu saja. Papa akan ada dipihak yang benar." Arlan menarik sudut bibirnya, merasa puas.

"Kalo gitu, aku minta tolong supaya Bella dihukum seberat-beratnya. Tanpa jaminan atau apapun yang akan meringankan dia." Chandra menatap lekat wajah putranya yang bersungguh-sungguh, selama ini Arlan jarang mau memanfaatkan previlege sebagai anak seorang pengacara, dan untuk pertama kalinya Arlan meminta hal tersebut pada dirinya.

Arlan pergi lebih dulu ke ruang kerjanya tanpa menghabiskan makannya, seperti hari-hari sebelumnya namun Windy tak berani menegur karena merasa bahwa anaknya butuh waktu sampai benar-benar tenang. Arlan biasa berlama-lama di ruang kerja entah untuk menyelesaikan pekerjaan atau hanya sekadar merenung, ruangan yang tenang dan juga dingin membuatnya merasa lebih nyaman menghabiskan waktu untuk berdiam diri.

Sudah beberapa hari dia tidak berkomunikasi dengan Mima pun wanita itu juga tidak ingin bersusah payah menghubunginya setelah perdebatan mereka didepan kantor polisi hari itu. Posisi mereka yang sedang sama-sama emosional membuat suasana semakin memburuk, hingga Arlan merasa bersalah karena dirinya tak bisa memahami Mima.

Tapi Mima juga tidak mencoba untuk mengerti dirinya yang sedang memperjuangkan keadilan, memangnya untuk siapa lagi Arlan seperti itu kalau bukan untuk kekasihnya juga?

Memang berbicara saat sedang marah hanya akan berakhir pada penyesalan. Dan sekarang Arlan merindukan Jemima.

Apa karena Bella berbuat jahat dengan alasan berbalas dendam akibat cintanya ditolak, lantas membuat dirinya bersalah?

Bukankah Arlan juga manusia yang memiliki hak untuk menerima dan menolak apapun dalam hidupnya? Mengapa dia harus mengubur semua harapannya karena perbuatan orang lain?

Bella melakukan itu karena kebodohannya sendiri, dia tidak waras ---karena kalau waras pun wanita itu pasti akan hidup santai dan mencari pria manapun seperti dulu. Itu bukan cinta, melainkan keobsesian yang merusak mental seseorang.

My Beloved Staff (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang