Bagian 37

36.5K 2.9K 60
                                    

"Happy birthday, Jemima!"

"Yuhuu!"

Mima tersentak dan membulatkan matanya saat mendapatkan kejutan tak terduga dari rekan-rekan divisinya. Beberapa diantara mereka ada yang meledakan confeti dan adapula yang meniup peluit, sedangkan ditengah-tengah, kedua sahabatnya memegang kue yang sudah terdapat lilin menyala.

Hari ini ulangtahunnya?

Benarkah?

"Tiup dulu, dong lilinnya!" Rosa mendekatkan kue tersebut ke hadapan Mima yang masih menunjukan reaksi bingung, lalu mau tak mau meniup api diatas lilin.

Ditatapnya satu persatu rekan-rekannya tersebut. "Ini emangnya hari ulangtahun gue, ya?" tanyanya tiba-tiba membuat mereka sontak bersorak.

"Gini nih, terlalu sibuk dengan urusan duniawi sampe lupa kapan diri sendiri dilahirin!"

Mima sontak terbahak dan lalu memeluk teman-temannya satu persatu. "Thank you, guys! Gue gak nyangka bakal dapet kejutan dari kalian. Gue terharu karena kalian inget sama ulangtahun gue," ungkapnya dengan hati yang menghangat.

"Tanggal lahir semua staf disini tercatat jelas di kalender, Ma. Sengaja, biar gampang minta traktirannya!" celetuk Benji, disetujui oleh yang lainnya.

Mima tidak jadi terharu kalau begitu.

Kejutan kecil seperti ini sudah bukan hal asing lagi bagi mereka, terlepas dari niatnya yang ingin mendapat traktiran, effortnya juga cukup untuk membuat terharu. Apalagi bagi mereka yang jarang mendapat perayaan dihari lahir.

Disaat asyik dengan potong kue setelah sebelumnya momen dengan berfoto sebentar, ada satu orang yang hanya memandangi keseruan tersebut dengan pandangan sulit diartikan.

Biasanya tiap kali menginjak tanggal dimana dirinya dilahirkan, Mima tidak pernah merayakan atau menganggap hal itu berkesan. Karena seperti orang dewasa kebanyakan, Mima tidak menganggap ulangtahun sebagai sesuatu yang berarti, yang ada dia sedih karena usianya semakin tua dan semakin bertambah tanggung jawab yang dia emban.

Selain itu, Mima bisa memberikan hadiah pada dirinya sendiri diluar tanggal ulangtahun. Terutama pada saat tanggal gajian, memberi apresiasi diakhir kerja keras itu lebih mengesankan bagi Mima.

Tapi Mima tetap bahagia karena teman-temannya mengingat serta merayakan tanggal ini, mereka bahkan memberi hadiah kecil yang katanya harus dibuka saat sudah pulang. Biar semakin terasa surprise nya.

Bunyi denting notifikasi yang baru saja masuk ke ponselnya mengalihkan perhatian Mima, senyumannya merekah ketika mendapati nama kontak sang kekasih yang tertera di sana.

Mas Arlan
Jam makan siang nanti, ke Rooftop ya. Ada yang mau aku tunjukin.

Mima menggigit bibir bawahnya guna menahan senyum. Jantungnya mendadak berdebar kencang disertai rasa penasaran yang datang.

Kira-kira apa yang ingin Arlan tunjukan, ya? Apa pria itu juga hendak memberinya kejutan?

Mima memekik tertahan. Tidak sabar sekali!

"Permisi, Mbak Mima?" Senyuman di wajah Mima seketika luntur saat Lova muncul dihadapannya.

Sudah cukup lama gadis itu tidak berinteraksi atau mencari gara-gara dengannya, lalu sekarang tiba-tiba menunjukan batang hidung tanpa diminta.

"Kenapa, ya?" tanyanya, saat Lova hanya diam di depan kubikelnya.

Lova terlihat menggerakkan bola matanya, seperti sedang mengintai sesuatu, hal tersebut membuat Mima menautkan alisnya bingung. "Saya ... ada yang mau saya omongin sama Mbak."

My Beloved Staff (TAMAT)Där berättelser lever. Upptäck nu