Bagian 6

52.4K 4.2K 89
                                    

Karena gabut, jadi post 2x hari ini.

•Beloved Staff•

Arlan dengan pasrah berjalan ketika Mima menyeretnya susah payah menjauh dari tempat yang sekiranya banyak orang. Mereka bertemu didepan lift saat akan pergi makan siang, Mima yang baru datang dengan merengus langsung menariknya ke arah berlawanan tanpa peduli lagi dengan pangkat mereka di tempat kerja.

"Maksud Bapak apa?!" semprot Mima setelah mereka sampai di sebuah tangga darurat yang selalu sepi karena jarang digunakan.

Wajah wanita itu terlihat merah karena emosi juga hidungnya yang kembang-kempis seolah mengeluarkan asap, saking panasnya.

Arlan bukan tidak tahu permasalahan apa yang terjadi saat ini, bahkan namanya sudah terdengar sampai ke beberapa penjuru kantor bersanding dengan Mima, alih-alih Lova. Begitulah kekuatan gosip, maka dari itu Arlan bersikeras menahan Mima untuk tutup mulut soal skandalnya.

"Memangnya saya buat apa?" tanyanya balik kelewat santai membuat Mima mengerutkan dahinya.

"Kemarin Bapak narik saya ditempat umum sampe jadi bahan gosipan orang-orang, dan Bapak bilang sangat menikmatinya. Maksudnya apa? Saya itu niat tutup mulut demi menjaga reputasi Bapak, ya tapi enggak dengan mempertaruhkan reputasi saya juga, dong!" Arlan menggaruk tengkuknya, meringis saat suara Mima terdengar memekakan kedua telinganya.

"Kamu gak bisa ngomong pelan-pelan?"

"Enggak!" Balas Mima sambil melotot, kepalanya menengadah agar bisa melihat Arlan dengan jelas ---meskipun lehernya mulai terasa sakit karena terus mendongak. "... Saya gak bisa diem aja disaat orang lain gunjingin saya. Saya gak terima."

Ingin rasanya Arlan tertawa sekeras-kerasnya sekarang. Padahal sebelumnya Mima ngotot sampai mengancamnya akan menyebarkan gosip tentang dirinya, tapi disaat dirinya yang menjadi korban gosip dia sampai semarah ini.

"Gak enak, 'kan?" Wanita itu mengeratkan rahangnya kuat. "... Kamu kemarin-kemarin terus goda saya mau sebarin gosip tentang saya, dan sekarang keadaan justru berbalik. Bukan gosip tentang saya dan Lova tapi justru sama kamu. Kamu itu sadar gak sih, kalo sekarang kamu kena karma?"

"Apa?!"

Arla cekikikan lalu menyentil kening Mima hingga sang empu meringis dan memegang dahinya. "Gosip ini gak akan rugiin kita berdua, Mima. Kenapa kamu sampe setakut ini?"

"Gak rugiin Bapak bilang? Bapak gak tau nasib saya disana---"

"Ya, ya ... Saya gak peduli sama nasib kamu diruangan gimana. Cuman saya yakin kamu gak akan dirugiin sama gosip itu. Justru dapat banyak keuntungan." Mima menautkan sebelah alisnya, ia masih mencoba untuk mencerna apa yang dimaksud Arlan. "... Mima, saya kepala manajer kalo kamu lupa. Saya punya wewenang juga disini dan siapa yang berani lancang sama saya? Okay, yang lancang sama saya cuman kamu tapi sebagian banyak orang disini hormat sama saya---"

"Bapak jangan sombong, ya! Jangan mentang--- aduh!" Mima mengusap keningnya yang lagi-lagi mendapat sentilan dari Arlan, ditatapnya dengan tajam pria didepannya.

"Saya belum selesai ngomong! Gak akan ada yang berani apa-apain kamu kalo mereka berpikir kita dekat, mungkin ada beberapa yang julid ---sama kayak kamu, tapi gak akan berani terang-terangan didepan kamu. Sudah saya bilang, gosip ini bukan hal yang jelek-jelek banget!" Arlan memasukan kedua lengannya ke dalam saku, bersikap santai dan mengakui bahwa dirinya disini diperlakukan segan oleh banyak orang.

Terima atau tidak, tidak ada yang berani untuk membicarakan keburukan tentangnya.

Mima mendengus, memejamkan matanya sejenak lalu bersedekap dada. "Jadi, Bapak mau gimana?"

My Beloved Staff (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang