Bagian 29

45.4K 3.4K 23
                                    

"Idih! Kesambet bidadari dari mane lo, ha? Sampai dengan berbesar hati ngomong begitu sama si cecunguk?"

"Namanya Lova, Vi, ah! Lo mah sering banget ngatain orang sembarangan!"

Via mendelikan matanya ketika Rosa menegurnya. Apa pedulinya? Terserah dia mau memanggil orang dengan apa saja.

Tatapannya kembali fokus pada Mima, dimana saat ini mereka bertiga tengah menikmati dua box ayam goreng di apartemen wanita itu. Katanya itu sebagai traktiran karena Mima sudah resmi berpacaran dengan Arlan. Mima tidak lupa jika kesuksesan dalam menjalin hubungan sampai berhasil gol, ada bantuan dua sahabatnya juga.

Meskipun Via sempat julid, katanya pacar kaya kok traktirannya cuman ayam goreng, tapi dia makan paling banyak. Dasar busung lapar tak tahu malu dia.

Mima meletakan tulang ayam kesekiannya pada plastik. "Gini-gini gue tuh masih mikirin masa depan orang. Lagian gue juga baik-baik aja. Si Lova gue liatnya dia masih muda, masih panjang masa depannya. Kasian kalo ada gelar mantan narapidana," terangnya pada dua sahabatnya itu, terutama Via yang ngotot tidak terima dengan tindakan Mima yang begitu mudah memaafkan Lova.

"Tapi lo nyaris mati digigit tikus, Ma! Jelas itu bukan hal sepele!" Rosa mencuri ayam dari tangan Via dan langsung melahapnya ketika si pemilik masih sibuk mendumal.

"Konyol banget kesannya gue kalo mati digigit tikus! Si Lova lakuin itu juga bukan atas kemauan dia juga, tapi disuruh tuh sama si Nyi Blorong!" Via dan Rosa saling memandang satu sama lain disertai kernyitan dalam di dahi mereka.

"Nyi Blorong?"

"Bu Bella! Waktu itu gue sempet debat sama dia. Dia nyuruh gue buat jauhin Pak Arlan, mana mau lah gue. Orangnya posesif gue! Mungkin karena itu dia marah terus mancing Lova yang pada dasarnya udah gak suka sama gue, buat lakuin itu. Jadi, gak sepenuhnya salah si Lova, kan?"

"Gue baru inget kalo Bu Bella itu kenal Pak Arlan udah lama, kan? Mereka pernah ada something atau apa gitu? Keliatannya mereka kayak canggung juga sekarang," seloroh Rosa membuat Mima terdiam sejenak.

Kalau Mima menceritakan bahwa pernah ada cerita kurang enak diantara Arlan dan Bella, rasanya kurang etis. Itu kan sudah ranahnya Arlan kalau mau menjelaskan. Lebih baik dia pura-pura tidak tahu saja.

"Gak tau. Gue gak peduli juga!" celetuknya dan menggragas ayam goreng pedasnya lalu bergumam penuh kenikmatan.

"Jangan sok gak peduli-peduli gitu lo, bisa aja Bu Bella itu akan jadi bibit-bibit pelakor lo di masa depan!"

"Enggak ya! Gue lebih percaya sama Pak Arlan."

Via mengangkat sudut atasnya dan bereaksi seolah dia ingin muntah. "Sekarang aja bilangnya lo percaya, lupa lo kemaren nangis-nangis gegara Pak Arlan gendong si cecunguk? Sini gue getok pala lo pake remot!" Mima terbahak, kalau diingat-ingat lagi juga Mima malah malu sendiri.

Tapi kan sekarang sudah lain ceritanya. Dan fiks, bahwa itu hanya kesalahpahaman semata.

Bel berbunyi saat Mima mengangkat sampah makanan bekas dia dan kedua temannya, yang sekarang sudah pulang ke rumah masing-masing setelah membuat kekacauan di apartemennya. Dalam sekejap letihnya hilang ketika mendapati Arlan datang mengunjunginya sambil tersenyum lebar, dan merentangkan tangannya membuat Mima langsung berhambur ke pelukannya.

"Eh, tapi aku kotor---"

"It's okay ... Aku juga baru pulang dari kantor. Aku gak nyangka bakalan sekangen ini!" Mima tertawa geli mendengar ucapan Arlan, pria itu sampai mencium ubun-ubunnya kuat, seperti vacum cleaner.

Mima lantas menarik pria itu untuk masuk, sehingga Arlan disuguhkan dengan pemandangan yang berbeda dari terakhir dia datang ke apartemen Mima. Posisi sofa dan meja yang berubah, serta beberapa tumpuk kardus berisi barang-barang wanita itu menjadi pusat perhatiannya.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now